Sabtu, 19 September 2015

Menganalisa Ala Kadarnya

Berita tertariknya UEA dengan kapal produksi PT PAL Indonesia LPD Buatan PT PAL Indonesia hasil ToT dari Korsel membuahkan hasil di dunia perkapalan. [fototrenindonesia]

Hari Minggu lalu, tersiar berita UEA memesan kapal produksi PT PAL Indonesia, melalui Dirut PT PAL, Indonesia mengatakan sedang negoisasi atas pesanan UEA tersebut. Dari berita Antara, UEA berminat dengan kapal LPD hasil modifikasi PT PAL yang sukses dalam pencarian korban pesawat AirAsia di laut Jawa beberapa waktu silam.

Selain UEA, Filipina juga telah memesan 2 unit kapal SSV (Strategis Sealift Vessel) hasil modifikasi desain PT PAL, yang secara panjang berbeda dengan kapal LPD TNI AL yaitu sekitar 123 meter. Rencananya kapal ini akan sea trial tahun depan.

Menariknya menurut situs NKRI, 'pengamat liar' memberitakan bahwa UEA tertarik untuk memesan kapal lain bukan seperti yang sudah di produksi PT PAL selama ini. Bisa dikatakan UEA memesan kapal dengan kapasitas dan kebutuhan yang berbeda (kalo kata penjahit disebelah ini merupakan spesial edison). UEA menawarkan sejumlah anggaran yang tersedia dengan kebutuhan 2 kapal Helikopter Carrier dan 4 kapal LPD versi mak erot yang mempunyai panjang sekitar 150 meter.

Bila benar adanya merupakan prestasi buat Indonesia bila nantinya kapal tersebut jadi di produksi, karena kapal Helikopter Carrier merupakan hasil rekayasa PT PAL yang belum ada peminatnya termasuk TNI AL.

 Kapal Rekayasa PAL Indonesia 
Kapal Helikopter Carrier desain PT PAL Indonesia [PT PAL]

Helikopter Carrier desain PT PAL ini merupakan hasil rekayasa atas kebutuhan Indonesia memiliki kapal pengangkut helikopter banyak atau bisa di sebut sebagai LHD versi ekonomis atau kapal induk helikopter.

Berita penampakan kapal induk helikopter pertama kali tersiar pada tahun 2000an, dimana Indonesia menggiatkan kapasitas dan kemampuan produksi dalam negerinya.

 Indonesia menjadi lumpuh di beberapa sektor atas embargo barat 

Pada musibah Tsunami lalu, Indonesia kesusahan dalam melakukan operasi penyelamatan, karena banyaknya kapal dan pesawat yang tidak bisa digunakan dan perlu spareparts yang di embargo oleh barat. Akhirnya dengan berat hati, kita melihat pesawat dan kapal Asing membanjiri Aceh dalam operasi kemanusiaan di propinsi Aceh dan sekitarnya.

Atas pukulan tersebut, Indonesia mulai menggiatkan kapasitas dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa ada interfensi dari luar yang selalu ingin tampil mengatur bangsa ini. Malah kita ingat betapa hasil bantuan luarpun, serasa tak ikhlas selalu di kaitkan dengan kebijakan Indonesia kedepan.

Berdasarkan sejarah, Indonesia berusaha untuk mandiri, namun ada saja oknum yang bermain untuk mencari keuntungan golongan/pribadi dinegeri kepulauan ini. Hasil riset dalam negeri pun sudah banyak di ciptakan namun banyak dari hasil itu belum memasuksi proses produksi, sehingga banyak kalangan pemerhati ala kadarnya menyebutnya sebagai negeri 1001 prototipe.

Dirut PT PAL Indonesia, melihat kebutuhan beberapa negara yang tertarik dengan hasil riset desain rekayasa nasional. Salah satunya Filipina, Indonesia berhasil memenangkan tender dari pesaing negara maju untuk pengadaan 2 kapal SSV pesanan negeri kelahiran Ferdinan Marcos tersebut.

Selain itu UEA pun menurut 'pengamat liar' berminat dengan kapal produksi PT PAL. Salah satunya LPD hasil ToT dengan Korea Selatan namun telah dibumbui dengan rasa citra nasional. Menariknya UEA menginginkan kapal dengan panjang 150 meter, berarti PT PAL harus mendesain tambahan pada kapal yang telah diproduksi dengan panjang 125 meter. Bisa dibayangkan penambahan 25 meter bukan suatu yang mudah, dan harus menghitung kapasitas mesin kapal dan lain sebagainya.

 Kapal Induk Helikopter 
Ilustrasi Kapal Helikopter carrier desain by PT PAL. [PT PAL]

Selain kapal LPD, UEA juga tertarik dengan kapal pengangkut helikopter banyak racikan PAL Indonesia. PT PAL menawarkan kapal Helicopter Carrier yang di bangun dari kapal tanker produksi PT PAL, Star 50.

Kapal dengan berat kotor 50.000 DWT ini mempunyai panjang sekitar 189 meter. Kapal tanker produksi Indonesia ini telah dibangun sebanyak 9 unit sampai pada tahun 2013. Dengan mengunakan kandungan lokal sebanyak 35-45%, mampu di pacu sampai dengan kecepatan 16 knots.

Rencananya kapal dari jenis ini akan dimodifikasi ala PAL Indonesia menjadi kapal induk helikopter. Spesifikasi kapal mampu menampung 16 helikopter, 8 di permukaan dan sisanya bisa disimpan pada hanggar di deck bawah.

Melihat penampilannya digambar, kapal ini tidak di lengkapi lift deck yang mampu mengangkat helikopter ke deck atas. Alasan utama tidak menggunakan lift deck yaitu memotong biaya produksi harga kapal, sehingga murah dan mudah untuk bersaing dengan kapal produksi negeri lain.

Menariknya negara yang beribukota Abu Dhabi itu menginginkan kapal dengan panjang 240 meter, bisa dibayangkan PT PAL harus menghitung ulang kapal Star 50 yang aslinya hanya mempunyai panjang sekitar 190 meter.

Dan yang menjadi perhatian dari semua itu, UEA menganggarkan dana dengan biaya senilai 3,7 triliun rupiah.

Melihat harga pesanan pengadaan kapal Filipina untuk 2 kapal SSV saja menghabiskan biaya hampir US$ 90 miliar. Sedangkan ini termasuk 2 kapal induk helikopter dan 4 kapal LPD panjang 150 meter, sepertinya jauh dari harga yang ditawarkan PT PAL, dan dipastikan negara manapun susah untuk merealisasikan permintaan pesanan bin pelit ini kedepan.

PT PAL harus menawarkan harga dengan perhitungan laba didalamnya, bila tidak percuma saja dan abaikan pesanan aneh dari negeri yang katanya kaya minyak tersebut.

  ★ Garuda Militer  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.