Minggu, 13 September 2015

[World] Kisah Tomcat Iran

Kisah Pesawat yang Lahir dari Produk Gagal http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/09/f-14-iran_2.jpgPada tanggal 9 April 1972, Irak dan Uni Soviet menandatangani perjanjian bersejarah. Uni Soviet berkomitmen untuk mempersenjatai negara tersebut dengan persenjataan terbaru. Sebagai imbalan Soviet akan mendapatkan akses utama minyak dan tentu saja pengaruh besar di kawasan.

Tetangganya, Iran mulai gelisah dengan aliansi yang terbentuk antara Irak dan Rusia. Iran didominasi Syah dan Irak dikuasai Sunni. Maka Iran pun melakukan upaya keras untuk mengimbangi apa yang terjadi di Irak. Dan tidak ada cara lain kecuali mengulurkan tangan ke Amerika untuk meminta bantuan.

Di Teheran, Raja Mohammad Reza Syah Pahlevi – bergerak cepat untuk melawan gerakan Baghdad. Di depan Amerika dia secara terbuka menyatakan ingin memiliki bukan hanya senjata biasa tetapi pesawat tempur terbaik dan terbaru yang ada di Amerika. Bahkan kala itu dikatakan Iran akan membeli apapun yang bisa terbang.

Pahlavi kemudian tertarik untuk mendapatkan pesawat tempur yang bisa terbang cepat dan menembak dari jarak jauh untuk melawan MiG-25 Foxbat Soviet yang beberapa kali diketahui telah terbang pada ketinggian 60.000 kaki dengan kecepatan Mach 3 di atas Iran.

Presiden AS kala itu Richard Nixon pun dengan penuh semangat mengabulkan permintaan Teheran. Presiden dan penasihat keamanan nasional Henry Kissinger mengunjungi Teheran Mei 1972 dan menawarkan kepada Iran cek kosong. Bahwa setiap senjata yang dia inginkan akan dia dapatkan.

Dan begitulah akhirnya. Dimulai pada pertengahan 1970-an, Iran kemudian menjadi satu-satunya negara di luar Amerika yang bisa mengoperasionalkan pesawat tempur pencegat paling cepat dan paling tangguh yang pernah dibangun yakni Grumman F-14 Tomcat. Sebuah pesawat sayap ayun yang mengemas radar canggih dan rudal udara ke udara jarak jauh AIM-54 Phoenix.

Tetapi kemudian Amerika dengan cepat menyesal dengan keputusannya tersebut. Pada bulan Februari 1979, kelompok Islam bangkit melawan kekuasaan pemerintah. Mereka menculik 52 orang Amerika di kedutaan AS di Teheran dan mengantarkan kembalinya Ayatollah Ruhollah Khomeini. Revolusi Islam Iran pun berubah dari semula sekutu dekat Amerika menjadi negara yang paling memusuhi Washington. Tetapi saat itu sudah 79 pesawat paling menakutkan F-14 sudah ada di Iran.

Selama lima dekade kemudian Amerika melakukan berbagai cara untuk membunuh Tomcat Iran. Tetapi upaya embargo sekian lama belum menjadikan F-14 Iran menyerah untuk terbang. Melalui kombinasi kecerdikan rekayasa dan spionase, Iran bisa menjaga F-14 bekerja bahkan dalam beberapa aspek bisa mengupgrade teknologinya. Para jet tempur ini dengan berani mengambil pertempuran bahkan berhadap-hadapan dengan pesawat Amerika.

Hingga saat ini 40 F-14 atau bahkan lebih masih berada di layanan Angkatan Udara Iran. Bahkan ketika Amerika sudah mempensiunkan pesawat tersebut pada 2006. Artinya saat ini Iran menjadi satu-satunya negara yang menerbangkan Tomcat.

F-14 muncul berawal dari produk gagal. Pada tahun 1960, Pentagon berharap untuk menggantikan ribuan jet tempur Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika dengan satu pesawat yang mampu melakukan misi pertempuran udara dan serangan darat. Hasilnya adalah General Dynamics F-111. Sebuah pesawat mesin ganda dua kursi yang mengusung sejumlah keajaiban teknologi. Dia mampu menjadi pesawat tempur bomber yang sangat baik dalam layanan Angkatan Udara.

Tapi bagi Angkatan Laut F-111 adalah bencana. Kompleks, kurang bertenaga dan sulit untuk mempertahankan diri, versi Angkatan Laut F-111B yang dibangun kerjasama General Dynamics dan Grumman – juga dianggap sebagai Widowmaker, gagal. Dari tujuh prototipe F-111B yang dibangun konsorsium mulai pada tahun 1964, tiga jatuh.

Pada tahun 1968, Departemen Pertahanan menghentikan pembangunan F-111B. Dan untuk mengisi kebutuhan ini Grumman menawarkan konsep ayunan sayap, mesin TF-30, radar AWG-9 dan AIM-54 rudal jarak jauh dari desain F-111B dan dikemas menjadi sebuah pesawat kecil, ringan dan sederhana.

Voila – F-14. Prototipe pertama dari pesawat ini lepas landas pada penerbangan perdananya pada bulan Desember 1970. Kemudian armada Amerika mendapatkan Tomcat pertama dua tahun kemudian. Grumman akhirnya membangun 712 F-14.
Tak Menunggu Lama Mimpi Buruk Tiba http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/09/iria-e1441729064948.jpgPada tahun 1974, Syah yang menguasai Iran memesan 80 jet tempur beserta suku cadang dan 284 rudal Phoenix dengan biaya US$ 2 miliar. Sebanyak 79 Tomcat tiba sebelum kemudian meletus Revolusi Islam yang memaksa Syah pergi ke pengasingan di Mesir dan memaksa Amerika Serikat untuk memberlakukan embargo senjata.

Departemen Luar Negeri AS mengawasi pengiriman F-14 dengan menggunakan personel Angkatan Udara untuk melakukan sebagian pekerjaan termasuk melatih pilot Iran. Tetapi F-14 adalah pesawat Angkatan Laut dan Angkatan Laut memiliki syarat tersendiri untuk menerbangkan pesawat. Akhrinya cabang udara Angkatan Laut pun diperbantukan setelah pemeriksaan ekstensif keamanan berlangsung enam bulan – dan bukan tanpa benturan budaya.

Pilot Angkatan Laut mengambil Tomcat baru di pabrik Grumman di Long Island, New York dan menerbangkan tiga pesawat pertama ke Iran “Beberapa pilot dalam karir mereka pernah memiliki kesempatan untuk menerbangkan pesawat yang benar-benar seperti mobil baru dengan masih dibungkus plastik pada joknya,” tulis salah satu pengirim F-14 setahun kemudian. “Yah, aku punya pengalaman yang luar biasa.

Perjalanan ke Iran dilakukan dengan dua fase. Dari Long Island ke Torrejon, Spanyol, dan kemudian ke pangkalan udara Iran, Isfahan, dengan tanker KC-135 Angkatan Udara terus mendampingi mereka.

Sementara Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS bekerja sama untuk memberikan F-14 Iran, Departemen Luar Negeri melatih penerbang dan teknisi pemeliharaan Iran. Pada 1979, Amerika telah melatih 120 pilot dan petugas radar di kursi belakang.

Skuadron Tomcat Iran pun akhirnya muncul. Tapi raja Iran tidak sepenuhnya senang dengan akuisisi itu. Pada akhir tahun 1975, Syah mengeluh kepada kedutaan AS di Teheran bahwa Grumman telah membayar agen di Iran US$ 24 juta untuk memfasilitasi F-14. Syah menganggap itu sebagai suap dan ingin Grumman mengembalikan uang itu.

Pandangan Raja Iran mencemooh praktek-praktek korupsi agen untuk perusahaan-perusahaan AS dan tidak efektif upaya [pemerintah AS] untuk mengatasi masalah,“ ungkap kedutaan melaporkan kembali ke Washington pada bulan Januari 1976. Syah sangat marah bahwa ia mengancam akan menghentikan pembayaran kepada Grumman. Washington mengingatkan Teheran bahwa kegagalan untuk membayar akan memunculkan sejumlah pelanggaran kontrak.

Sengketa biaya ini akhirnya menjadi racun hubungan AS-Iran,” diplomat Amerika di Teheran memperingatkan. Di tengah ketegangan diplomatik, Teheran menempatkan Tomcat dengan baik untuk melakukan misi yang sejak awal ingin Iran lakukan yakni untuk menghalangi gerak gerik Soviet MiG-25. Pada bulan Agustus 1977, F-14 Iran menembak jatuh sebuah drone target BQM-34E yang terbang pada 50.000 kaki. “Soviet menilai ini sebagai sebuah sinyal bahwa penerbangan Foxbat segera berakhir,” tulis Farhad Nassirkhani dari angkatan udara Iran.

Di tengah hubungan panas antara Teheran dengan Grumman, satu setengah tahun kemudian Revolusi Islam campur tangan dan menggunakan isu ini. Para pendukung revolusi turun ke jalan. Kekerasan pecah. Pada 16 Januari 1979, Syah melarikan diri.

Sebanyak 27 awak F-14 juga melarikan diri. Polisi Iran menangkap setidaknya satu pilot F-14. Tetapi akhirnya dia kemudian dilepaskan karena rezim menyadari mereka memerlukan awak pesawat yang terlatih jika ingin bisa memanfaatkan F-14 baru yang berjajar di pangkalan udara Khatami.
Hanya F-14 Yang Bisa Melawan MiG-25 http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/09/f-mig-e1441729138369.jpgjpgMiG-25 Irak

Pada September 1980, Iran dan Irak berperang. MiG-25 Baghdad dan pesawat pengintaian bisa leluasa ke ruang udara Iran tanpa gangguan. Karena mereka masih mengandalkan F-4 dan F-5 dan tidak adanya awak yang menjalankan F-14. Selama perang delapan tahun, MiG-25 menembak jatuh lebih selusin pesawat Iran, termasuk pesawat mahal peperangan elektronik EC-130. Pilot Irak Kolonel Mohommed Rayyan sendiri mengklaim membunuh delapan pesawat dengan MiG-25.

Ketika perang pecah, hanya 77 Tomcat yang tersisa – dua telah jatuh. Dengan tidak adanya kru dan pengelola, dan Teheran putus hubungan dengan Grumman, Hughes dan Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS.

Angkatan udara Ayatullah ini berhasil memunculkan 60 pilot setia dan 24 kru kursi belakang untuk operator radar. Mereka segera terbang untuk masuk ke ajang pertempuran. Pada awalnya, Tomcat bertindak sebagai peringatan dini dan platfom manajemen pertempuran sementara pesawat kurang canggih melakukan pertempuran yang sebenarnya. “Pesawat-pesawat belum digunakan dalam pertempuran,” laporan New York Times pada bulan Desember 1981. “Sebaliknya mereka telah berdiri off dari pertempuran dan telah digunakan sebagai pesawat kontrol, dengan radar dan elektronik canggih membimbing pesawat lain untuk menuju target atau memberi peringatan jika ada pesawat Irak datang.

Setelah F-14 masuk ke medan laga, pertempuran menjadi lebih menarik. Dalam delapan tahun pertempuran, kru Tomcat Iran mengklaim sekitar 200 kemenangan udara terhadap pesawat Irak, 64 dari angkatan udara Iran bisa mengkonfirmasi. Satu pilot F-14 bernama Jalil Zandi dilaporkan mengklaim 11 kemenengan udara ke udara membuat dia menjadi salah satu pilot paling mematikan selama perang.

Perintah tinggi Irak telah memerintahkan semua pilot untuk tidak terlibat pertempuran dengan F-14 dan tidak mendekat dengan pesawat tersebut,” tulis Nassirkhani. “Biasanya kehadiran Tomcat sudah cukup membuat musuh takut dan menggiring jet tempur musuh kembali ke Irak.

Pada awalnya, F-14 yang hanya dipersenjatai dengan meriam internal 20 milimeter mereka dan rudal jarak jauh Phoenix. Kontraktor Amerika tidak punya waktu untuk mengintegrasikan rudal jarak menengah Sparrow dan jarak pendek rudal Sidewinder.

Taktik normal menyerukan awak F-14 menembakkan phoenix pada target mereka dari jarak 100 mil, tapi tanpa persenjataan alternatif, penerbang Iran bergantung pada AIM-54 untuk pertempuran jarak pendek juga. Bahkan pernah pilot Iran menghantam pesawat Irak dengan rudal ini hanya pada jarak 12 mil.

Delapan F-14 jatuh dalam pertempuran selama perang dengan Irak – satu sengaja ditembak jatuh oleh F-4 Iran, tiga disambar F.1 Mirage Baghdad dan satu digebuk oleh MiG-21 Irak. Sementara dua pesawat lagi jatuh tanpa diketahui sebabnya.

Tomcat kedelapan yang hilang selama perang Iran-Irak dilaporkan jatuh di Irak ketika awaknya membelot. Taghvaee mengklaim bahwa Pasukan Operasi Khusus AS menyusup “jauh di dalam wilayah Irak” untuk menghancurkan F-14 yang ditinggalkan dan “mencegahnya jatuh ke tangan Soviet.

Tomcat Iran mencegat MiG-25 Irak pada beberapa kesempatan. Tapi hanya satu penerbang Iran berhasil menembak salah satu Mach-3 MiG. Pada bulan September 1982 dan lagi pada bulan Desember, Shahram Rostani menembak MiG-25 dengan rudal Phoenix.
Mulai Kritis Suku Cadang http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/03/F-14-IRIAF-overhauled-7-706x492.jpgOperasi tempur yang ketat oleh F-14 Iran, kurangnya suku cadang menjadikan pesawat ini mengalami sejumlah masalah. Pada tahun 1981 agen perdagangan Iran menulis kepada kantor F-14-builder Grumman London, meminta untuk memperoleh suku cadang untuk Tomcat Iran. Mengutip sanksi baru, Washington menolak untuk memberikan Grumman lisensi untuk menjual komponen. “Ini adalah kebijakan sekarang dari pemerintah Amerika Serikat untuk tidak mengizinkan Grumman atau kontraktor pertahanan lainnya untuk mendapatkan lisensi untuk memberikan Iran dengan bahan-bahan ini,” Angkatan Laut mengatakan kepada New York Times.

Pada 1984, hanya sekitar 15 pesawat yang masih bisa terbang. Teknisi terus menjaga 15 jet dalam kondisi baik terutama dengan mengambil bagian dari sekitar 50 F-14s yang tidak bisa terbang.

Mulai tahun 1981, Iran Aircraft Industries mulai melakukan overhaul dan upgrade pada F-14 sebagai bagian dari upaya Teheran untuk membuat negara mandiri di bidang militer. Upgrade akhirnya berhasil menambahkan rudal Sparrow dan Sidewinder ke Tomcat. Program swasembada memiliki bantuan dari agen Iran yang bekerja di luar negeri – dan harus berani menanggung risiko tinggi dengan menambahkan suku cadang sendiri ke F-14.

Amerika sempat membantu, juga – meskipun sebentar. Dalam negosiasi untuk membebaskan sandera Amerika yang ditawan kelompok militan yang didukung Iran di Lebanon, administrasi Pres. Ronald Reagan setuju untuk mentransfer ke Teheran peralatan militer yang sangat dibutuhkan, yang dilaporkan termasuk rudal Phoenix dan rak bom. Insinyur Iran menambahkan rak bom ke empat dari F-14s pada awal tahun 1985, mengubah Tomcat menjadi semakin kuat dalam serangan darat. Bertahun-tahun kemudian, Angkatan Laut AS juga memodifikasi F-14 mereka dengan cara yang sama.

Modifikasi F-14 Iran menjadi bomber ini melakukan serangan pertama pada 1985, menargetkan markas Irak tetapi pesawat jatuh. Teknisi kemudian menambahkan bom 7.000 pon salah satu amunisi terjun bebas terbesar yang pernah ada. Meski kurang akurat bom ini akhirnya memunculkan efek psikologis besar.

Pada akhir perang tahun 1988, 34 dari 68 F-14 masih hidup dan layak terbang. Tapi hanya dua dari Tomcat Persia memiliki radar yang masih bekerja. Dan Iran telah menembakkan semua rudal phoenix milik mereka dan tidak mungkin membeli rudal ini karena embargo senjata.

Dan di tahun-tahun pasca-perang Iran Aircraft Industries bereksperimen dengan persenjataan baru untuk F-14 termasuk memodifikasi rudal permukaan ke udara 'Eagle' yang dibeli Syah dari Amerika serta Uni Soviet yang menyediakan rudal R-73.

Percobaan menambahkan fleksibilitas untuk F-14, tapi suku cadang tetap dibutuhkan untuk menjaga Tomcat bisa terus terbang. Teheran mendirikan program swasembada bukan hanya di angkatan udara, tetapi di seluruh perekonomian bangsa.

Di banyak sektor, inisiatif swasembada bekerja. Selain memproduksi minyak sendiri, Iran telah menyatakan dirinya otonom di bidang pertanian, produksi baja, pembangkit listrik dan penerbangan sipil.

Nah sebelum munculnya kekayaan minyak melimpah, Iran cenderung melihat negara mereka sebagai bangsa yang unik berlimpah diberkahi dengan sumber daya alam yang bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan dari luar,” kata Rudi Matthee, seorang profesor sejarah di University of Delaware.

Tapi perusahaan Iran belum bisa memproduksi semua bagian yang diperlukan Tomcat. Pada akhir 1990-an, angkatan udara menilai keputusan terbaik adalah membeli pesawat baru untuk menggantikan F-14, tetapi China adalah satu-satunya negara yang bisa menjual pesawat tempur ke Iran. Pada tahun 1997 dan 1998, pilot Iran mengevaluasi F-8 China dan menolaknya. Bahkan meski kekurangan suku cadang, F-14 masih unggul dibanding pesawat Cina di mata angkatan udara Iran.
Berpaling ke Pasar Gelap http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/03/F-14-IRIAF-overhauled-3-706x492.jpgTeheran berpaling ke pasar gelap, dengan membayar penyelundup untuk membawa komponen F-14 ke Iran. Pihak berwenang Amerika menyadari perdagangan gelap ini pada tahun 1998. Pada bulan Maret tahun itu, agen federal menangkap pria kelahiran Iran, Parviz Lavi di rumahnya di Long Island dengan tuduhan mencoba untuk membeli suku cadang mesin TF-30 dan F -14 melalui Belanda. Lavi dihukum lima tahun penjara ditambah denda US$ 125.000.

Pada tahun 1998, vendor suku cadang pesawat di San Diego mengatakan kepada petugas bea cukai bahwa Multicore Ltd di California telah meminta informasi harga untuk segel asupan udara yang hanya digunakan pada F-14. Agen menangkap Multicore Saeed Homayouni, warga Kanada naturalisasi dari Iran, dan Yew Leng Fung, warga negara Malaysia.

Catatan Bank menyebutkan bahwa Multicore Ltd telah membuat 399 pembayaran sebesar US$ 2.260.000 untuk broker bagian militer sejak tahun 1995 dan telah menerima deposito US$ 2.210.000,” tulis The Washington Post. Perusahaan mengirim bagian sebagian barang melalui Singapura.

FBI mulai menyelidiki 18 perusahaan yang telah memasok komponen pesawat untuk multicore.

Pada September 2003, pemerintah AS menangkap warga Iran, Serzhik Avasappian di sebuah hotel South Florida sebagai bagian dari operasi. Agen telah menemukan bukti Avasappian memiliki beberapa bagian F-14 senilai US$ 800 ribu dan menangkapnya setelah ia menawarkan kepada pembeli.

Sementara komponen ini mungkin tampak relatif tidak berbahaya untuk mata yang tak terlatih, mereka dikontrol ketat untuk alasan yang baik,” kata Imigrasi dan Bea Cukai agen interim Yesus Torres dalam sebuah pernyataan. “Di tangan yang salah, mereka menimbulkan ancaman potensial untuk Amerika di rumah dan di luar negeri.

Penyelundupan semakin meningkat setelah US Navy mempensiunkan armada F-14 terakhir pada tahun 2006, meninggalkan Iran sebagai satu-satunya operator pesawat ini ini. Pada tahun 2007, agen-agen AS bahkan menyita empat F-14 utuh eks US Navy di California – tiga di museum dan satu milik produser di acara militer di TV JAG.

Kongres AS sangat marah kepada Pentagon karena longgarnya penangangan F-14, DPR meloloskan RUU khusus yang melarang setiap perdagangan komponen Tomcat ke Iran atau entitas lain, dan kemudian presiden George W. Bush menandatangani sanksi hukum pada tahun 2008.

Untuk mencegah penyelundupan sekitar 150 F-14 dihancurkan. Pesawat yang dipajang di museum benar-benar dibersihkan dari semua teknologinya dan tidak ada satupun pesawat yang disimpan di “boneyard” di Arizona selayaknya pesawat lain.

Meski begitu upaya penyelundupan masih saja terjadi. Pada awal 2014, US Department of Homeland Security menyelidiki pedagang senjata Israel yang dikatakan dua kali mencoba untuk mengirim suku cadang F-14 ke Iran.
40 Tahun dan Semakin Baik http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/02/f14_iran_missile-e1424656017266.pngBuka tanpa alasan bahwa Teheran akan terus berusaha mencari pemasok suku cadang Tomcat-nya. Dalam beberapa tahun terakhir Amerika Serikat telah meningkatkan upaya untuk memata-matai Iran, penggelaran pesawat tak termasuk rahasia, RQ-170 secara sembunyi terbang ke Timur Tengah untuk memata-matai fasilitas nuklir Iran. Sebuah RQ-170 jatuh di wilayah Iran pada tahun 2011.

Tomcat telah memimpin upaya untuk mencegat drone tersebut. Pada awal 2000-an, angkatan udara Iran menempatkan skuadron F-14 di Bushehr, situs reaktor nuklir pertama Iran. Skuadron yang akhirnya dibubarkan setelah kondisi Tomcat jatuh ke dalam keruntuhan, tapi skuadron F-14 lain dipertahankan berjaga selama Bushehr dan dua fasilitas atom lain.

Dan saat itulah ada kejanggalan. Awak F-14 yang melindungi fasilitas melaporkan melihat drone semakin canggih dan aneh, menurut Taghvaee. “Drone intelijen CIA menampilkan karakteristik penerbangan yang menakjubkan, termasuk kemampuan untuk terbang di luar atmosfer, mencapai kecepatan jelajah maksimum Mach 10 dan kecepatan minimum nol, dengan kemampuan untuk menembak banyak target.

Akhirnya,” Taghvaee menambahkan, “Drone digunakan kuat [penanggulangan elektronik] yang bisa ditangkap radar musuh menggunakan tingkat yang sangat tinggi dari energi magnetik.” Pada November 2004 salah satu F-14 mencegat pesawat tak berawak CIA di atas fasilitas nuklir di Arak. Penerbang mencoba untuk mengunci drone dengan radar AWG-9, mereka. Drone itu menyalakan afterburner hijau dan melarikan diri.

Tetapi bukan itu yang penting. Yang menarik adalah bahwa bagaimana bisa dalam situasi yang sangat sulit, Iran masih saja bisa mempertahankan F-14 selama 40 tahun. Pada bulan Oktober tahun 2013, Taghvaee memperkirakan bahwa lebih dari 40 F-14 Teheran berada dalam kondisi terbang. Bahkan ini telah menjadi jumlah tertinggi sejak pertengahan 1970-an. Iran telah mulai meningkatkan Tomcat dengan komponen radar baru, radio, sistem navigasi dan juga menambahkan kompatibilitas dengan rudal R-73 dan Hawk. Lima dekade, F-14 Iran justru menjadi lebih baik dan lebih baik. Sesuatu yang benar-benar aneh.

  Jejaktapak  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.