Rabu, 28 Oktober 2015

Peranan NASDEC

Dalam Membangun Poros Maritim MV. Salila 3D Rendering (Anndi Iswa http://salila-indonesia.com )

NASDEC (National Ship Design and Engineering Center) merupakan lembaga pusat desain dan rekayasa kapal nasional yang berdiri sejak 2006 berdasarkan kerja sama antara ITS dan Departemen Perindustrian. Berdirinya Nasdec diharapkan mampu menjadi simpul desain kapal dan rancang bangun perkapalan untuk mendukung pembangunan maritim nasional.

Dalam pembangunan poros maritim dunia tentunya NASDEC memiliki peran penting sebagai pusat studi teknologi kemaritiman. Hal tersebut tentunya sangat diperlukan sebagai salah satu elemen pendukung Indonesia untuk mewujudkan tol laut sebagai pendukung poros maritim dunia.

Dalam hal ini sekjen Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), Ahlan Zulfakhri menyampaikan kepada Jurnal Maritim bahwa NASDEC merupakan sebuah lembaga yang sangat penting dalam mendukung pembangunan tol laut menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia. Namun sayangnya fungsi NASDEC selama ini belum mampu berjalan secara optimal untuk memberikan dukungan bagi pembangunan maritim Indonesia.

Pemerintah harus mampu mengambil tindakan terhadap hal ini. NASDEC merupakan nyawa dari riset teknologi kemaritiman. Akan sangat lucu jika kita bicara poros maritim dunia namun ternyata riset desain kapal dan bangunan laut tidak mampu berjalan secara optimal,” tegas Ahlan.

Sambung Ahlan, NASDEC merupakan hasil kerja sama antara ITS dan Kementerian Perindustrian, bukan berarti NASDEC dimiliki ITS dan ini yang seharusnya mampu dilihat oleh para pengampu kebijakan.

NASDEC seharusnya mampu difungsikan sebagai sebuah lembaga simpul yang merangkul semua ahli teknologi kemaritiman untuk berkontribusi dalam membangun maritim Indonesia,” ulasnya.

Alumni Teknik Perkapalan UNHAS, Amadin menerangkan mengapa NASDEC berada di ITS. Karena menurutnya di ITS memiliki kelengkapan infrastruktur yang menopang pembangunan teknologi perkapalan nasional.

Berdirinya NASDEC di ITS bukan tanpa alasan, karena di wilayah kampus ITS juga terdapat LHI (Lembaga Hidrodinamika Indonesia-red) yang menjadi salah satu faktor pendukung riset teknologi maritim yang dijalankan, artinya ketika pusat riset teknologi kemaritiman dengan lab hidrodinamika berjalan sinergi maka riset teknologi kemaritiman nasional seharusnya mampu berjalan dengan optimal,” jelas Amadin.

Lebih lanjut, Amadin menambahkan sudah seharusnya ITS mampu merangkul universitas-universitas yang memiliki jurusan studi Teknik Perkapalan agar transfer knowledge dan value dapat berjalan untuk kemajuan perkapalan ansional.

Sebagai kakak tertua teknologi kemaritiman, ITS diharapkan merangkul universitas lain untuk bersama membangun kemaritiman Indonesia,” imbuhnya.

Di akhir pemaparannya Amadin menyampaikan tentang visi Indonesia menjadi poros maritim dunia merupakan sebuah gagasan besar tentang semua aspek mengenai kemaritiman, tidak terkecuali teknologi kemaritiman yang menjadi ujung tombak pembangunan maritim.

Jangan bicara indonesia sebagai poros maritim dunia jika riset kemaritiman Indonesia masih minim. Ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah-red) bersama untuk para ahli kemaritiman bahwa salah satu elemen penting dalam pembangunan maritim indonesia adalah riset maritime,” pungkasnya. [AN]

  ♔ jurnalmaritim  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.