Sabtu, 10 Oktober 2015

Rayuan Viper Paman Sam

Super Flanker [Marina]

Sepanjang pekan cerah ini after lima oktober, saat perayaan HUT TNI ke 70 dipertunjukkan secara spektakuler, ada kabar bagus yang lagi didendangkan berkaitan dengan tawaran alutsista matra udara. Yaitu promosi jet tempur F16 blok mutakhir yang dikenal dengan F16 Viper oleh perusahaan AS Lockheed Martin kepada Indonesia.

Seperti kita ketahui saat ini Indonesia telah memiliki dan mengoperasikan 10 jet tempur F16 blok 15 OCU, kemudian mendapatkan 24 F16 blok 52 Id yang barangnya sudah mulai berdatangan. Artinya sudah sejak tahun 1990 TNI AU mengoperasikan pesawat jenis ini dan sudah begitu familiar dengan lika-liku perjalanannya. Sejalan dengan kedatangan bertahap jet tempur F16 blok 52 Id untuk mengisi skuadron F16 Pekanbaru maka 10 F16 blok 15 akan di upgrade supaya bisa setara kemampuan tempurnya dengan adik kelasnya F16 blok 52 Id.

Tentu ada pertanyaan apakah tawaran F16 Viper ini lalu dianggap sebagai pesaing alias kompetitor terhadap pengadaan Sukhoi SU35 yang saat ini sedang berlangsung. Kita meyakini tidak, dengan berbagai asumsi dan perspektif ke depan. Kita masih sangat membutuhkan tambahan jet tempur Sukhoi Family, maka kehadiran 1 skuadron Sukhoi SU35 mutlak diperlukan sebagai satuan pemukul penyeimbang dan penggentar terhadap kekuatan angkatan udara negara jiran.

Jet tempur Sukhoi SU35 dibeli untuk menggantikan jet tempur F5E yang sudah harus memasuki masa pensiun. Sementara prediksi kita dalam program perkuatan MEF 2015-2019 ini masih akan ada tambahan minimal 1 skuadron jet tempur untuk memperkuat matra udara khususnya kawasan timur Indonesia. Kupang dan Biak tentu memerlukan kehadiran jet tempur secara terus menerus sebagai garda terdepan halaman belakang yang harus diwaspadai.

Oleh sebab itu maka tawaran jet tempur F16 generasi akhir ke Indonesia mestinya harus dilihat dari perspektif itu. Angkatan Udara Indonesia sudah jauh-jauh hari naksir berat sama si Sukhoi SU35. Bukan semata-mata karena sudah terbiasa mengoperasikan Sukhoi SU27 dan SU30 tetapi juga dalam upaya menyetarakan diri dengan jiran sekitar yang sudah bersiap dengan kedatangan jet tempur siluman F35. Sparing partner F35 adalah SU35.

Kalau ingat sejarah, maka era tahun enam puluhan adalah era kehebatan angkatan udara Indonesia dengan lebih dari 120 jet tempur Mig 15, Mig 17, Mig 19, Mig 21 bersama puluhan pesawat pembom kelas berat semuanya made in Uni Sovyet. Tetapi mulai era tahun tujuhpuluhan bahkan sampai sampai saat ini kehebatan persenjataan matra udara kita belum mampu memecahkan rekor kehebatan tahun enampuluhan itu.
Ilustrasi F16 Viper [pr1v4t33r]

Kita merasa optimis bahwa tawaran terang benderang Viper itu akan diambil oleh pemerintah Indonesia. Kayaknya sih promosi tanggal 7 Oktober lalu di Grand Hyatt Jakarta dengan membawa simulator F16 Viper dimaksudkan sebagai langkah awal untuk mencari ruang dan memancing reaksi khalayak dan user. Akhir bulan ini Presiden Jokowi kan bertandang ke Washington bertemu Presiden Obama. Yakinlah 100 persen pasti barang tadi yang bernama F16 Viper, bersama pesawat angkut militer C17 Globemaster dan kapal perang fregat akan menjadi menu perbincangan kesepakatan.

Seperti diketahui Indonesia saat ini sedang membangun kekuatan militernya secara besar-besaaran. Pada MEF tahap I tahun 2010-2014 sudah direalisasikan dana pengadaan alutsista sebesar 150 trilyun. Kita sudah lihat sebagian hasilnya pada demonstrasi kekuatan TNI tanggal 5 Oktober kemarin. Maka pada MEF tahap II yang sedang berlangsung saat ini menurut pengamat pertahanan Andi Wijayanto prediksi angggaran beli dan rawat alutsista kita bisa mencapai angka 400 trilyun selama lima tahun.

Tentu dengan anggaran segede itu pembelian 1 skuadron Sukhoi SU35 dan 1 skuadron F16 Viper bukanlah seperti pungguk merindukan bulan. Kita meyakini bahwa keduanya akan menjadi pasangan yang saling melengkapi dan ditakuti untuk mengawal kewibawaan kedaulatan udara tanah air. Jadi gambaran tahun 2019 kira-kira begini bentuk minimalisnya, 2 skuadron Sukhoi dan 3 skuadron F16. Realistis kan.

Sesungguhnya perkuatan militer Indonesia adalah mengejar ketertinggalannya sendiri dibanding negara-negara disekitarnya. Adalah sangat membanggakan dan kita tidak jadi ditertawakan waktu, manakala sudah ada kesadaran bahwa sesungguhnya negeri ini harus punya kekuatan angkatan laut dan udara yang menggentarkan. Negeri kepulauan yang sudah sekian puluh tahun memunggungi laut akhirnya baru sadar diri bahwa potensi sekaligus harga dirinya ada di laut luas.

Jadi pembentukan 3 divisi marinir, 3 armada tempur laut dengan 160-170 KRI, 10-12 kapal selam bersama 10-12 skuadron jet tempur adalah keniscayaan yang diyakini mampu melakukan pengawalan ketat teritori NKRI lewat mekanisme interoperability antar angkatan. Tahun 2020 gambaran itu akan memetakan dengan jelas kekuatan militer Indonesia yang sesungguhnya. Makanya rayuan Viper Paman Sam disikapi dengan cara pandang optimis, kita ambil untuk memperkuat matra udara.

Jika Paman Sam sudah menawarkan barangnya, maknanya adalah keinginan yang kuat bagi negeri itu untuk memodernisasi militer Indonesia sebagai mitra strategisnya. Bagi kita juga sebagai penyeimbang pemakaian alutsista barat dan timur. Jadi isian alutsistanya ada Sukhoi ada F16, ada Bung Tomo Class ada Parchim Class, ada BMP3F ada LVT-7, ada Yakhont ada Exocet, ada Kilo ada Changbogo. Inilah etalase alutsista yang benar-benar memadukan kekuatan timur barat. Meminjam tagline Kompas TV inilah inspirasi Indonesia.
****
Jagarin Pane / 10 Oktober 2015

   analisisalutsista  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.