Jumat, 16 Oktober 2015

[World] China Ingin Latihan Angkatan Laut dengan ASEAN

Hubungan China dengan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina dan Vietnam, telah menegang akibat klaim teritorial China di sengketa Laut China Selatan. (Reuters/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative)

M
enteri Pertahanan China, Chang Wanquan, meluncurkan pernyataan bernada damai pada Jumat (16/10) dengan menyebutkan bahwa pihaknya ingin menggelar latihan angkatan laut dengan negara-negara ASEAN.

Dilansir dari Reuters, hubungan China dengan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Filipina dan Vietnam, telah menegang akibat klaim teritorial China di sengketa Laut China Selatan.

Klaim itu saling tumpang tindih dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan, dan Brunei di Laut China Selatan, yang merupakan jalur perdagangan laut dengan keuntungan US$ 5 miliar, atau sekitar Rp 66,9 triliun per tahunnya.

Chang mengatakan pada pembukaan pertemuan informal di Beijing bahwa semua pihak perlu mendorong ikatan pengembangan yang "tepat".

Menurut Chang, kepentingan bersama yang terbesar adalah menjaga stabilitas.

"Saat ini situasi regional stabil secara umum, namun ada tekanan penurunan ekonomi yang jelas serta tantangan keamanan tradisional yang meningkat," ujarnya, merujuk pada ancaman dari kelompok teroris.

"Tekanan dari luar sedang menggunakan internet, media sosial, dan lainnya untuk menghasut negara-negara di wilayah ini, mengancam stabilitas sosial," kata Chang, tanpa menjelaskannya.

China tengah menghadapi ancaman dari kelompok militan di wilayah Xinjiang, yang menurutnya seringkali menggunakan internet untuk menyebarkan propaganda, berjaringan dengan kelompok di luar China, dan mendorong peluncuran serangan.

Chang menambahkan negaranya juga ingin bekerja sama dengan ASEAN di bidang militer demi menjaga keamanan dan stabilitas regional bersama.

Meski begitu, Chang tidak secara spesifik menyinggung secara langsung soal Laut China Selatan di hadapan para wartawan, yang hanya diperbolehkan mendengar menit-menit awal pidato pembukaannya.

Tahun lalu, China mulai menciptakan pulau-pulau buatan di Laut China Selatan. Hal ini memicu kritisisme dari Washington.

Laporan media mengatakan, Amerika Serikat telah memutuskan untuk menjalankan operasi kebebasan navigasi seluas 19 km laut, yang diklaim China berada di sekitar pulau buatannya di Kepulauan Spratly.

China menampik tuduhan militerisasi di Laut China Selatan, serta menyatakan bahwa pembangunan yang tengah dikerjakan merupakan kebutuhan warga sipil.

Beijing mengingatkan bahwa mereka tidak akan tinggal diam atas pelanggaran di teritori lautnya meski atas nama kebebasan navigasi.

Menurut AS, di bawah hukum internasional, negara yang membangun pulau buatan di atas karang terendam tidak berhak mengklaim batas teritorialnya. Hukum ini penting untuk menjaga kebebasan navigasi. (ama)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.