Rabu, 14 Oktober 2015

[World] Gagal di Suriah

Amerika Terjunkan 50 Ton Amunisi untuk Pemberontak SuriahAmerika menerjunkan 50 ton amunisi untuk membantu pemberontak Suriah. (Reuters)

Militer Amerika Serikat (AS) menerjunkan bantuan 50 ton amunisi untuk pemberontak Suriah di wilayah Suriah utara. Bantuan senjata besar-besaran itu dilakukan AS setelah serangan Rusia untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad semakin ganas.

(Bantuan) senjata AS yang didrop dari udara mencapai ke kelompok Arab Suriah, yang para pemimpinnya sudah diverifikasi AS dan telah berjuang menumpas ISIS,” kata juru bicara militer AS yang memimpin koalisi anti-ISIS, Kolonel Steve Warre, seperti dikutip Voice of America, Selasa (13/10/2015).

Warre menolak menjelaskan secara detail tentang kelompok pemberontak Suriah yang dibantu senjata secara besar-besaran itu. Alasannya, keamanan operasional kelompok pemberontak Suriah dan lokasinya harus dijamin.

Kebijakan AS ini terkesan janggal, sebab pekan lalu Pentagon memutuskan untuk berhenti melatih pemberontak Suriah. Alasannya, para pemberontak Suriah menolak melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan hanya fokus melawan tentara rezim Suriah.

Warren mengklaim bantuan 50 ton amunisi ke pemberontak Suriah itu terinspirasi keberhasilan pasukan Kurdi Suriah yang sukses mengusir militan ISIS dari kota mereka. ”(Bantuan senjata) yang didrop dari udara ini berusaha untuk membangun keberhasilan pasukan mereka yang telah membersihkan ISIS dari wilayah Suriah,” ujar Warren.

Sebelumnya New York Times dalam laporannya menyatakan, AS dan Rusia sejatinya sudah di ambang perang proxy habis-habisan di Suriah. Sebab, AS diam-diam memasok senjata secara besar-besaran kepada pemberontak Suriah. Sedangkan serangan Rusia untuk mendukung rezim Suriah juga semakin gencar.

Laporan itu juga menyebut, bahwa solusi diplomatik untuk penyelesaian krisis Suriah hampir mustahil setelah AS dan Rusia sama-sama menggunakan senjata terhadap dua kubu yang bermusuhan di Suriah. (mas)

 Obama Salahkan Assad dan Rusia 
Obama menyalahkan Assad dan Rusia atas kegagalan operasi anti-ISIS yang mereka lakukan di Suriah. (Reuters)

Kegagalan operasi Amerika Serikat (AS) untuk melawan ISIS di Suriah, menurut Presiden AS Barack Obama, adalah karena Bashar al-Assad. Menurutnya, pemberontak yang mereka latih akan cenderung berusaha melawan Assad, daripada mengalahkan ISIS.

"Selama Assad masih berkuasa di Suriah, membuat orang-orang ini (pemberontak Suriah) untuk fokus melawan ISIS menjadi sesuatu hal yang sangat sulit," kata Obama dalam wawancara dengan media setempat.

Selain itu, dirinya turut menyalahkan Rusia dan kebijakan yang diambil Rusia di Suriah karena dinilai hanya untuk mendukung dan memperkuat Assad. "Kampanye udara Rusia sebagai tidak lebih dari upaya putus asa untuk menyelamatkan Assad," ucapnya, seperti dilansir Russia Today pada Selasa (13/10).

Seperti diketahui, Obama memang merupakan salah satu orang yang paling keras menentang serangan udara tersebut, karena turut menyasar kelompok pemberontak Suriah yang didukung oleh AS. Atas dasar inilah Obama menyebut serangan Rusia di Suriah hanya untuk memperkuat Assad, dan bukan mengalahkan ISIS.

Di kesempatan yang sama, Obama juga menuturkan, bahwa keberhasilan melawan ISIS, baik di Suriah ataupun Irak tergantung pada polulasi Sunni di kedua wilayah tersebut. Jika warga Sunni mau bergabung dan berjuang bersama, dirinya yakni ISIS bisa dikalahkan.

"Kemenangan atas ISIS akan tergantung pada populasi Sunni di Suriah dan Irak dan kemamuan mereka untuk bekerja sama dengan koalisi yang didukung AS," Obama menambahkan. (esn)

 Obama Mengaku Tak Percaya pada Pemberontak Suriah 
Salah satu cara Amerika dalam membantu militan moderat anti pemerintah di Suriah dalam menghadapi ancaman ISIS. (Ilustrasi/Dok. US Air Force)

Presiden Amerika Serikat (AS) akhirnya mengakui, bahwa sebenarnya dia memiliki keraguan pada pemberontak Suriah, dan sudah skeptis mengenai program pelatihan untuk pemberontak Suriah. AS setidaknya menggelontorkan dana USD 550 juta untuk melatih 5.000 pemberontak Suriah.

"Saya sudah skeptis dengan gagasan, bahwa kami akan efektif menciptakan tentara proxy di dalam Suriah," kata Obama dalam sebuah wawacara dengan media setempat, merujuk pada pasukan pemberontak Suriah.

"Tujuan saya adalah mencoba untuk menguji proposisi, apakah kita dapat melatih dan melengkapi oposisi moderat yang bersedia untuk melawan ISIS?" tanya Obama, seperti dilansir Russia Today pada Selasa (13/10).

Dari ribuan pasukan pemberontak yang sudah dilatih AS, baru beberapa puluh atau ratus saja yang kembali ke Suriah untuk berperang di sana. Dari puluhan atau ratusan tersebut, Obama mengakui hanya empat atau lima pemberontak saja yang memenuhi ekspektasi mereka, selebihnya justru menjalin kerjasama dengan al-Nusra.

Ketika disinggung mengapa Obama tetap memberikan persetujuan kepada program tersebut, padahal dirinya sudah ragu sejak awal, Obama menuturkan, pihaknya hanya berusaha untuk mencari sesuatu yang berbeda dalam melakukan perlawanan terhadap ISIS, dan juga mungkin Bashar al-Assad.

"Kami berusaha untuk melakukan sesuatu yang berbeda, dan alasan lainnya adalah karena kita juga memiliki mitra di darat yang sudah kita investasikan dan tertarik melihat beberapa macam resolusi untuk masalah ini," ucapnya. (esn)

   sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.