Minggu, 18 Oktober 2015

[World] Misi Tentara Jerman di Afghanistan Akan Diperpanjang

Pemerintah Jerman nyatakan buka opsi bagi perpanjangan mandat pasukan Bundeswehr di Afghanistan. Kebijakan ini tanggapi perubahan politik Obama yang akan perpanjang misi pasukannya di Hindukush. Kebijakan ini merupakan reaksi atas perubahan politik Amerika Serikat di Afghanistan. Namun pemerintah di Berlin menegaskan, mandat penugasan serdadu Jerman akan lebih difokuskan pada pelatihan mitra tentara dan polisi Afghanistan, bukan sebagai pasukan tempur.

Penugasan terutama difokuskan di utara Afghanistan. Basis militer di "Mashar-i Sarif merupakan jangkar stabilitas penting bagi kemanan di kawasan itu", ujar Rainer Arnold jurubicara politik pertahanan partai koalisi pemerintah SPD kepada Deutschlandfunk. Ia menegaskan perpanjangan mandat itu dibutuhkan, dan Bundeswehr tidak boleh menyerah. Juga kantor berita Reuters melansir berita mengenai kemungkinan perpanjangan penugasan itu.

Sebelumnya presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengumumkan perubahan politiknya di Afghanistan. Ia mengatakan menimbang gawatnya situasi keamanan, serdadu AS akan ditugaskan lebih lama dari jadwal di negara Hindukush itu.
Hari Gelap buat Bundeswehr. September 2009 Kolonel Georg Klein memerintahkan serangan udara terhadap dua truk minyak di Kundus yang diduga dibajak dan dikuasai oleh Taliban. Serangan itu akhirnya menewaskan 91 warga sipil. Klein kemudian dibebaskan dari tuduhan kejahatan perang.

Kebijakan baru Obama ini disambut reaksi berbeda di Amerika serta di Afghanistan. Di dalam negeri, Obama dikecam oleh keluarga anggota militer yang ditugaskan di Afghanistan yang mencemaskan ancaman maut di negara yang dicabik perang lebih dari 4 dekade itu. Sementara pemerintah Afghanistan yang kewalahan menghadapi gempuran Taliban, menyambut gembira kebijakan baru Gedung Putih.

Alasan lain pemerintah di Washington untuk menunda penarikan pasukannya dari Afghanistan adalah kekhawatiran terjadi situasi serupa dengan di Irak, karena penarikan tergesa-gesa. Sebagai buktinya ditunjukkan ofensif milisi Taliban yang dengan cepat mampu merebut kota Kunduz, walau kemudian mampu dihalau kembali oleh gabungan pasukan AS dan Afghanistan.

Selain itu pemboman sebuah rumah sakit milik "doctors without borders" di Kunduz yang menewaskan 22 warga sipil menunjukkan kegagalan informasi intelejen. AS menempatkan 10.000 tentara di Afghanistan hingga akhir 2106 dan akan menarik separuhnya setelah itu. as/yf(rtr,dpa,afp)

  ♘ DW  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.