Sabtu, 24 Oktober 2015

[World] Rusia Membantah Serangan Udaranya Disebut Hantam RS di Suriah

Serangan Udara Rusia Disebut Hantam Rumah Sakit di SuriahSerangan udara Rusia di Suriah dikabarkan menghantam sembilan rumah sakit (Macedoniaonline)

Sembilan serangan udara yang dilancarkan oleh Rusia dikabarkan menghantam rumah sakit atau klinik lapangan yang beroperasi di tengah-tengah konflik yang terjadi di Suriah.

Syrian-American Medical Society, yang mengoperasikan beberapa fasilitas kesehatan di Suriah mengatakan, serangan mematikan yang dilakukan oleh Rusia pada awal pekan ini telah menghantam rumah sakit.

"Serangan ini menambah jumlah rumah sakit yang terkena serangan udara Rusia, dimana sebelumnya berjumlah 8 buah, serta 313 serangan terhadap fasilitas medis sejak awal konflik," bunyi pernyataan kelompok tersebut seperti disadur dari laman Al Arabiya, Jumat (23/10/2015).

Dalam laporannya, lembaga tersebut juga mengatakan, beberapa fasilitas telah terkena serangan pemboman yang dilakukan oleh Rusia. Diantara fasilitas yang terkena serangan itu termasuk di provinsi pesisir Mediterania, Latakia, dan provinsi Hama pada 2 Oktober lalu dan di provinsi barat laut Idlib pada Selasa lalu.

Serangan terbaru menewaskan dua tenaga medis dan setidaknya 10 warga sipil, serta melukai 28 warga sipil lainnya.

 Rusia Sewot Serangan Udaranya Disebut Hantam RS di Suriah 
Rusia bantah jika serangan udaranya menghantam rumah sakit (Ministry of Defense of the Russian Federation)

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia membantah laporan media Barat yang menuduh serangan udara Rusia telah menghantam rumah sakit lapangan yang ada di barat laut Suriah dan menewaskan 13 orang. Laporan tersebut didasarkan pada sumber yang berasal dari Observatorium HAM untuk Suriah yang berbasis di London, Inggris.

"Ada laporan media massa yang menyatakan bahwa pesawat Rusia membom sebuah rumah sakit lapangan yang ada di Idlib, barat laut Suriah dan dilaporkan menewaskan 13 orang. Saya tidak bisa mengatakan bahwa laporan ini ditulis oleh wartawan, tetapi hanya berdasarkan prasangka mereka," tegas Jubir Kemenlu Rusia, Maria Zakharova seperti disitir dari laman Russia Today, Jumat (23/10/2015).

Zakharova pun mempertanyakan validitas dari laporan Observatorium HAM untuk Suriah, mengingat lembaga tersebut berada di Inggris dan tidak memiliki akses langsung ke Suriah.

Dia juga mengatakan, peran Rusia dalam konflik di Suriah ditujukan untuk melindungi warga sipil. Sedangkan kelompok teroris terus mendapatkan bantuan dari orang lain dan peralatan dari luar negeri yang cenderung berbahaya.

"Fakta-fakta ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah benar-benar tertarik dalam penyelesaian damai dan bagaimana tujuan ini didamaikan dengan dukungan keuangan dan teknis untuk kelompok-kelompok bersenjata anti pemerintah, termasuk mereka yang langsung bekerja sama dengan teroris," tutur Zakharova.

Sebelumnya dikabarkan, serangan udara Rusia menghantam sejumlah rumah sakit. Syrian-American Medical Society telah menghantam sejumlah rumah sakit dan klinik lapangan. Serangan terbaru di provinsi barat laut Idlib pada Selasa lalu menewaskan dua tenaga medis dan setidaknya 10 warga sipil serta melukai 28 warga sipil lainnya.

 Putar Haluan, Yordania Gabung dengan Koalisi Rusia 
Menlu Rusia, Sergei Lavro, dan Menlu Yordania, Nasser Judeh, saat bertemu di Moskow pada bulan Desember tahun 2013 lalu (Russia Today)

Yordania, salah satu anggota koalisi Amerika Serikat (AS) dalam memerangi ISIS di Suriah, memutuskan untuk memutar haluan dan bergabung dengan koalisi bentukan Rusia.

Keputusan Yordania bergabung dengan koalisi bentukan Rusia itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

"Rusia dan Yordania sepakat untuk menciptakan pusat koordinasi di Amman, yang nantinya akan digunakan oleh kedua negara untuk berbagi informasi tentang operasi kontra terorisme," begitu kata Lavrov seperti dikutip dari laman Russia Today, Jumat (23/10/2015).

Dikatakan oleh Lavrov, Yordania akan memainkan bagian yang positif dalam menemukan solusi politik dalam konflik di Suriah melalui negosiasi antara Damaskus dan pasukan oposisi. Peran inilah yang diinginkan oleh pihak Rusia.

"Berdasarkan perjanjian antara Yang Mulia Raja Abdullah II dan Presiden Rusia Vladimir Putin, militer dari kedua negara telah sepakat untuk mengkoordinasikan segala tindakan yang akan dilakukan, termasuk misi pesawat militer di atas wilayah Suriah," kata Lavrov.

Sedangkan rekannya Menteri Luar Negeri Yordania, Nasser Judeh, akan berfungsi sebagai komunikator bagi militer kedua negara. Dalam kesempatan itu, Lavrov juga menyerukan perlunya peningkatan upaya untuk mengalahkan ISIS dan kelompok militan lainnya di Suriah, serta memulai transisi politik.

"Ini akan memerlukan negosiasi skala penuh antara pemerintah Suriah dan seluruh spektrum oposisi, baik di dalam dan luar negeri, dengan dukungan aktif dari negara lain. Rusia akan mengambil bagian dalam menciptakan kondisi untuk tercapainya proses tersebut," kata Lavrov sembari menambahkan, Yordania mungkin memainkan peran yang positif dalam proses tersebut. (ian)

   sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.