Jumat, 02 Oktober 2015

[World] Serangan Udara Perdana Rusia di Suriah

Rusia Mulai Lancarkan Serangan Udara di Suriah http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/09/30/42/1049385/rusia-mulai-lancarkan-serangan-udara-di-suriah-oNy.jpgRusia mulai melakukan serangan udara terhadap basis ISIS di Suriah (IB Times)

Pasca mendapat restu dari Parlemen, Pemerintah Rusia langsung menyiapkan serangan udara perdana ke sejumlah titik yang diduga menjadi basis pertahanan ISIS di Suriah.

Seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (30/9/2015), seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) menyatakan, pihak militer Rusia telah melancarkan serangan udara di wilayah barat kota Homs. Pihak Washington sendiri sebelumnya telah diberitahu mengenai serangan yang akan dilakukan oleh pihak Rusia.

"Seorang pejabat Rusia di Baghdad pagi ini menginformasikan pada personel kedutaan, bahwa pesawat militer Rusia akan memulai operasi anti ISIS di seluruh Suriah hari ini. Lebih lanjut, ia meminta agar pesawat AS menghindari wilayah udara Suriah selama misi tersebut. Kami juga telah mendengar laporan media yang memperkirakan Rusia telah memulai misi udaranya," demikian pernyataan pejabat pertahanan AS tersebut.

Dalam kesempatan itu, pejabat militer AS tersebut juga menegaskan, koalisi pimpinan AS akan terus terbang melakukan operasi udara anti ISIS di Irak dan Suriah, seperti yang telah direncanakan. Ia juga mengkritik langkah yang diambil oleh Rusia.

"Sementara kita akan menyambut baik peran konstruktif dengan Rusia dalam upaya ini, tapi ini sama sekali tidak mengubah operasi kami," tegasnya.

Sebelumnya, Majelis Tinggi Parlemen Rusia telah memberikan hak kepada Presiden Vladimir Putin untuk memberikan bantuan militer ke Suriah. Meski begitu, bantuan militer tersebut hanya sebatas bantuan serangan udara. (esn)
Serangan Udara Rusia di Suriah Salah Sasaranhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCZwOq-3GtDQLFjlk8x98WNg6L0znMR9pJaYops289z8TF07RmVURBz_ogYXgwTjtMeT5OC6vKscJPWILt-t25dsjcZNIQM4_DafI9YC0iy96-2uNBhU6vV9RbrS_uDh2Jm6U9zHohmo4/s1600/KOMODO+-+GM.gifSerangan udara Rusia di Suriah mengenai basis kelompok pemberontak Suriah (JPost)

Rusia secara resmi telah melakukan serangan udara ke wilayah barat laut Suriah. Moskow mengatakan, target serangan adalah memukul mundur ISIS. Namun, serangan itu ternyata mengenai kelompok pemberontak Suriah yang didukung oleh Barat dan melukai delapan gerilayawan.

Menurut komandan kelompok pemberontak, para gerilyawan terkena serangan di pedesaan Provinsi Homs, lokasi markas pusat kaum pemberontak Suriah. "Pedesaan utara Hama bukan basis ISIS dan berada di bawah kendali Tentara Pembebasan Suriah," ujar komandan kelompok pemberontak Suriah, Major Jamil al-Saleh, seperti disalin dari laman Reuters, Rabu (30/9/2015).

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengaku telah melancarkan serangan udara terhadap basis ISIS di Suriah. Serangan ini dilancarkan setelah Presiden Vladimir Putin mendapatkan dukungan dari parlemen untuk menggelar operasi militer guna membantu sekutu terdekat Kremlin di Timur Tengah.

Selama ini Rusia adalah sekutu dekat rezim Bashar al-Assad. Serangan udara ini juga dilancarkan atas permintaan Assad. Rusia telah memberitahu Amerika Serikat (AS) soal serangan udara ini. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik diantara dua negara adidaya itu.

Seperti diketahui, AS dan sekutunya juga melancarkan serangan udara ke basis ISIS yang ada di perbatasan Suriah dan Irak. Namun, berbeda dengan Rusia, serangan AS dan sekutunya tidak dikordinasikan dengan pemerintah Suriah. Selama ini, As adalah pendukung pemberontak Suriah dan menginginkan rezim Assad lengser. (esn)
Militer Rusia Mulai 'Mengamuk' di Suriah, Amerika Meradanghttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/42/1049451/militer-rusia-mulai-mengamuk-di-suriah-amerika-meradangl-eEz.jpgMiliter Rusia mulai 'mengamuk' di Suriah untuk membombardir ISIS. (RIA Novosti)

Militer Rusia mulai “mengamuk” di Suriah, di mana sejumlah pesawat jet tempur membombardir basis-basis ISIS di negara pimpinan Presiden Bashar al-Assad itu. Tapi, manuver Kremlin membuat Amerika Serikat (AS) meradang, karena serangan Rusia juga dituding menyasar pemberontak moderat Suriah yang didukung AS.

Kantor berita Reuters, pada Kamis (1/10/2015) melaporkan bahwa serangan Rusia tak hanya ditargetkan pada militan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tapi juga ditargetkan terhadap kelompok pemberontak atau oposisi di Provinsi Homs.

Kepala oposisi Suriah, Khaled Khoja, yang menuduh pemboman militer Rusia menewaskan 36 warga sipil Suriah. ”Rusia berniat untuk tidak melawan ISIS, tetapi untuk memperpanjang umur (Presiden Suriah Bashar) Assad,” kata Khoja.

Kepala Pentagon atau Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, mengecam “amukan” militer Rusia di Suriah yang dia anggap tidak ditargetkan pada ISIS.

Pendekatan Rusia ini pasti gagal,” kata Carter. ”Saya berharap bahwa mereka datang ke sebuah sudut pandang mana mereka mencoba untuk mengejar tujuan mereka dengan cara yang berbeda, yang lebih masuk akal,” katanya lagi.

Serangan mereka itu tidak muncul di daerah di mana mungkin ada pasukan ISIS,” lanjut Carter. Dia mengecam aksi militer Rusia yang dia tuding hanya untuk melanggengkan kekuasaan rezim Assad.

Dengan mendukung Assad dan tampaknya menumpas semua orang yang berjuang melawan Assad, Anda mengambil seluruh sisa negara Suriah,” kritik Carter. ”Itu bukan posisi kami. Setidaknya beberapa bagian dari kelompok oposisi anti-Assad termasuk dalam transisi politik ke depan. Itu sebabnya pendekatan Rusia pasti gagal.

Rusia sendiri mengklaim serangan militer mereka terhadap ISIS di Suriah efektif. Kremlin membantah laporan bahwa serangan militer mereka menyasar warga sipil Suriah. (mas)
Amukan Kremlin, 20 Penerbangan Tempur Hajar 8 Target ISIShttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/41/1049457/amukan-kremlin-20-penerbangan-tempur-hajar-8-target-isis-bu0.jpgAmukan militer Rusia pada operasi perdana di Suriah mengerahkan 20 penerbangan tempur dengan target 8 basis ISIS. (Russia Today)

Militer Kremlin mulai “mengamuk” untuk menyerang ISIS di Suriah. Pada manuver di hari pertama, Rusia meluncurkan 20 penerbangan tempur yang menghajar delapan target basis ISIS.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan militer Kremlin di Suriah harus menghindari infrastruktur sipil selama operasi berlangsung.

Hari ini, kekuatan dirgantara jet Rusia meluncurkan serangan ‘pinpoint’ terhadap delapan target ISIS, sebuah kelompok teror di Suriah. Total, 20 penerbangan dibuat,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, semalam mengacu pada serangan Rusia yang dimulai Rabu kemarin.

Akibatnya, depot senjata, bahan bakar dan peralatan militer terkena. Pusat koordinasi ISIS di pegunungan hancur total,” katanya.

Dia menegaskan bahwa, "jet tempur Rusia tidak menargetkan infrastruktur sipil dan menghindari wilayah tersebut,” lanjut Konasshenkov. “Jet Rusia tidak menggunakan senjata pada infrastruktur sipil atau di sekitarnya.

Stasiun televisi Pemerintah Suriah melaporkan, tujuh area sudah ditargetkan oleh serangan udara Rusia. Sementara iru, kepala oposisi Suriah, Khaled Khoja, seperti dikutip Reuters, Kamis (1/10/2015), menuduh serangan militer Rusia di Suriah menewaskan 36 warga sipil.

Rusia berniat untuk tidak melawan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), tetapi untuk memperpanjang umur (Presiden Suriah Bashar al-) Assad,” kata Khoja. Sejumlah media, seperti BBC, Fox News, Al Jazeera dan yang lainnya juga melaporkan hal serupa.

Moskow mengecam keras laporan media-media itu dengan alasan hanya jadi label perang informasi. ”Rusia ketika belum meluncurkan operasi terhadap ISIS, bahkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov tidak mengucapkan kata-kata pertamanya di Dewan Keamanan PBB, tetapi sejumlah laporan media sudah muncul bahwa warga sipil meninggal sebagai akibat dari operasi Rusia dan operasi itu ditujukan pada kekuatan demokrasi di negara (Suriah),” kata Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.

Ini semua serangan informasi, perang (informasi), di mana kami telah mendengar begitu banyak,” imbuh dia. (mas)
Jet Tempur Su-34, Senjata Rahasia Rusia di Suriahhttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/41/1049465/jet-tempur-su-34-senjata-rahasia-rusia-di-suriah-F36.jpgRusia mengandalkan tiga jenis jet tempur, salah satunya jet Su-34 Fullback dalam operasi militer di Suriah untuk melawan ISIS. (Sputnik/Flickr)

Rusia melucurkan serangan militer perdananya di Suriah untuk menggempur ISIS. Pesawat jet tempur Sukhoi Su-34 Fullback, ternyata jadi senjata rahasia andalan Kremlin dalam operasi militer tersebut.

Pesawat jet tempur Su-34 diketahui dikembangkan Rusia pada tahun-tahun terakhir Perang Dingin. Pesawat tempur jenis itu sejatinya untuk menggantikan armada militer Rusia Su-24.

Pesawat jet tempur Su-34, sebagaimana dikutip Sputnik, Kamis (1/10/2015) dilengkapi dengan rudal udara jarak pendek R-73 dan rudal jarak jauh R-77.

Selain itu, pesawat tempur tersebut juga membawa berbagai rudal darat. Di antaranya, rudal Kh-59ME, Kh-31A, Kh-31p, Kh-29T, Kh-29L, dan S-25LD. Berbagai rudal itu menjadi senjata untuk menekan musuh di darat dan laut.

Tak hanya itu, pesawat jet Su-34 juga memiliki fitur radar array Leninets B-004. Pesawat ini juga memungkinkan untuk menembak target yang jaraknya lebih dari 60 mil.

Jet Su-34 juga mampu terbang berjam-jam, karena dilengkapi fasilitas untuk pengisian bahan bakar udara. Dengan fasilitas itu, pesawat tersebut bisa menempuh jarak sekitar 700 mil.

Ini adalah pesawat yang cukup besar, dengan tempat duduk khusus untuk pilot dan bisa membawa muatan 17.600 pound. Selain jet Su-34, Rusia juga mengoperasikan jet Su-24s dan jet Su-30SMs di wilayah udara Suriah. (mas)
Rezim Suriah Puji Gempuran Kremlin, Benci Serangan AS http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/43/1049514/rezim-suriah-puji-gempuran-kremlin-benci-serangan-as-Up1.jpgRezim Suriah memuji gempuran Kremlin dan mengecam serangan AS dan koalisinya. (Sputnik)

Rezim Pemerintah Damaskus memuji serangan militer Kremlin di Suriah karena gempurannya tepat mengenai kelompok teroris. Sebaliknya, rezim Suriah membenci serangan Amerika Serikat yang dianggap tidak efektif karena menolak koordinasi dengan Pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Pemerintah Damaskus percaya intervensi militer Moskow bisa menstabilkan situas di Suriah. Pujian terhadap Kremlin itu disampaikan ajudan Presiden Assad, Bouthaina Shaaban. Menurutnya, Suriah menaruh harapan kepada Rusia untuk melemahkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan kelompok teror lainnya.

Tapi itu tidak hanya terhadap ISIS,” katanya dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Russia Today, Kamis (1/10/2015). ”Saya tidak tahu mengapa orang, mengapa mereka lupa tentang Jabhat al-Nusra, meskipun resolusi Dewan Keamanan (PBB) sudah menyatakan Al Nusra dan ISIS sebagai organisasi teroris,” lanjut Shaaban.

Selain ini, ada puluhan organisasi teroris di Suriah. Ada ribuan tentara bayaran dan teroris yang datang dari seluruh dunia,” imbuh dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Rusia sudah meluncurkan serangan militer perdananaya di Suriah untuk memerangi ISIS. Ada sekitar 20 penerbangan tempur yang dikerahkan Kremlin yang mengenai delapan target ISIS.

Apa yang saya tahu adalah, cara Rusia melakukannya baik, yakni kerjasama penuh dengan Pemerintah Suriah; serta konsultasi dengan seluruh dunia. (Presiden Vladimir) Putin meminta negara manapun di dunia untuk bergabung dalam pertempuran melawan terorisme, oleh karena itu, saya pikir gaya memerangi terorisme sangat meyakinkan oleh Rusia,” katanya.

Sementara aliansi yang dibuat oleh AS dan Barat tidak benar-benar baik mengikuti aturan legitimasi internasional atau berkoordinasi dengan Pemerintah Suriah, dan tidak benar-benar berarti untuk memerangi terorisme,” kecam Shaaban. Operasi militer pimpinan AS, katanya, telah terbukti tidak efektif.

Lebih lanjut, ajudan Assad ini menuduh operasi militer AS dan sekutunya hanya untuk menghancurkan Suriah, seperti yang pernah dilakukan pada Irak dan Libya. ”Untuk menghancurkan negara kami, untuk menghancurkan peradaban kita, untuk menghancurkan orang-orang kita, bukan mewujudkan perdamaian di Suriah,” ujarnya.

Satu hal yang benar adalah bahwa semua orang yang membawa senjata melawan rakyat Suriah dan lembaga Suriah adalah teroris. Dan tentara Suriah telah memerangi mereka selama lima tahun terakhir, sementara Barat adalah melihat negara kita sedang dihancurkan. Di rumah sakit kami, di sekolah kami, di warisan arkeologi kami benar-benar sedang hancur,” lanjut dia.

Itu sebabnya saya merasa bahwa Rusia akan berhasil, sedangkan Barat tidak atau mungkin tidak ingin sukses. Saya tidak yakin.” (mas)
Dikritik Prancis, Rusia: Mereka Juga Menyerang Suriahhttp://www.kiblat.net/files/2014/11/pesawat-militer-Prancis.jpgNegeri Beruang Merah itu merasa aneh dengan sikap Prancis, karena sama halnya dengan Rusia, Prancis juga melakukan serangan ke Suriah. (Jpost)

Rusia mempertanyakan sikap Prancis yang mengkritik serangan yang mereka lakukan di Suriah. Negeri Beruang Merah itu merasa aneh dengan sikap Prancis, karena sama halnya dengan Rusia, Prancis juga melakukan serangan ke Suriah.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mempertanyakan apa yang beda dari kebijakan Rusia dan Prancis. Dirinya menilai, justru harusnya Prancis yang dikritik oleh dunia internasional, karena melakukan serangan ilegal di Suriah.

"Jujur, saya tidak mengerti apa perbedaan antara serangan udara yang dilakukan Prancis dan Rusia. Satu hal yang saya tahu, hanya ada satu perbedaan, yakni kita bertindak sesuai dengan permintaan dari Damaskus," ucap Zakharova.

"Tindakan yang dilakukan Rusia di Suriah benar-benar sah menurut hukum internasional," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (1/10/2015).

Prancis, sebelumnya menilai serangan yang dilakukan Rusia di Suriah salah sasaran, karena tidak menargetkan ISIS. Mereka menyebut, serangan yang dilakukan Rusia justru menyerang basis pemberontak Suriah, dan warga sipil di wilayah Homs.

Paska melakukan serangan pertama ke Suriah, Rusia memang mendapat banjir kecaman. Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, dan tentu saja Prancis adalah beberapa negara yang mengecam kebijakan Rusia tersebut. (esn)
Serangan di Suriah, Putin Dinilai Sukses Pecundangi Obamahttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/42/1049568/serangan-di-suriah-putin-dinilai-sukses-pecundangi-obama-n6R.jpgSerangan Kremlin terhadap ISIS di Suriah dianggap keberhasilan Putin mencundangi Obama. (Reuters)

Serangan militer Kremlin terhadap ISIS di Suriah dinilai sebagai kesuksesan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam mencundangi Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama. Penilaian itu dilontarkan politikus AS, Mitt Romney.

Romney yang merupakan bekas Gubernur Massachusetts mengatakan bahwa Putin telah “mengungguli” Obama dalam memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.

Rusia mempersulit keadaan sekarang. Dan Rusia telah mencundangi kami, sekali lagi,” kata Romney dalam acara Washington Ideas Forum, hari Rabu, yang dikutip Sputnik, Kamis (1/10/2015).

Saya pikir kebijakan luar negeri Presiden (Barack Obama) telah menjadi bencana,” ucap Romney. ”Anda mungkin menyukai presiden untuk banyak alasan. Retorikanya melonjak, tapi hasilnya sudah sangat mengecewakan, dan dalam hal kebijakan luar negeri, itu bencana,” imbuh dia.

Kremlin meluncurkan serangan militer perdana di Suriah untuk menggempur ISIS Rabu kemarin sesaat setelah Majelis Tinggi Parlemen Rusia, memberikan mandate penggunaan angkatan bersenjata Rusia di luar negeri.

Rusia, yang bertindak atas permintaan yang bersangkutan dari Presiden Suriah, Bashar Assad, dan akan membatasi keterlibatannya di Suriah untuk menentukan serangan udara terhadap sasaran teroris yang dipilih,” kata kepala Staf Presiden Putin, Sergei Ivanov. (mas)
Lavrov Sangkal Laporan Serangan Rusia Salah Sasaranhttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/42/1049578/lavrov-sangkal-laporan-serangan-rusia-salah-sasaran-Cmp.JPGMenteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menilai laporan yang menyebut serangan Rusia di Suriah salah sasaran sebagai bualan belaka. (Reuters)

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menilai laporan yang menyebut serangan Rusia di Suriah salah sasaran sebagai bualan belaka. Menurutnya, tidak ada bukti yang memperkuat laporan tersebut.

"Mengenai rumor yang menyebut bahwa target serangan Rusia di Suriah bukanlah basis ISIS, itu adalah sesuatu yang tidak berdasar," kata Lavrov paska melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry.

Diplomat senior Rusia itu juga menuturkan, laporan adanya warga sipil yang tewas dalam serangan Rusia sebagai sesuatu yang salah. "Saya tidak mendapat data ada warga sipil yang tewas dalam serangan tersebut," sambungnya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan juga meminta kepada dunia internasional untuk tidak langsung percaya mengenai laporan adanya warga sipil yang tewas dalam serangan Suriah. Menurut mereka, laporan itu palsu, dan hanya bagian dari perang informasi.

Laporan mengenai serangan salah sasaran adanya warga sipil dalam serangan yang dilakukan Rusia itu diungkapkan oleh pemberontak Suriah. Menurut mereka, serangan itu bukan menargetkan ISIS, tapi basis pemberontak, dan menewaskan 36 warga sipil. (esn)
Alasan Rusia Serang Basis Pemberontak Suriahhttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/10/01/41/1049639/ini-alasan-rusia-serang-basis-pemberontak-suriah-sR9.JPGJuru bicara Kremlin, Dmtry Peskov mengungkap semua target serangan merupakan hasil diskusi antara militer Rusia dan Suriah. (Reuters)

Pemerintah Rusia mengungkap alasan mengapa mereka turut menyerang basis pemberontak Suriah, dalam serangan udara pertama yang berlangsung semalam. Rusia menyebut mereka akan menyerang setiap kelompok yang dianggap sebagai kelompok teror di Suriah.

Juru bicara Kremlin, Dmtry Peskov mengungkap semua target serangan merupakan hasil diskusi antara militer Rusia dan Suriah. Jadi, setiap kelompok yang dianggap kelompok teror oleh Suriah merupakan target sah Rusia.

"Organisasi-organisasi ini, yang sudah masuk dalam daftar target kami sudah sangat dikenal publik, dan target yang kami pilih dalam serangan berdasarkan koordinasi dengan Angkatan Bersenjata Suriah," ucap Peskov kepada wartawan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (1/10/2015).

Seperti diketahui kelompok pemberontak Suriah merupakan salah satu rival terbesar pemerintah Suriah dibawah pimpinan Bashar al-Assad, dan sudah dianggap sebagai kelompok teror oleh Rezim Assad.

Kelompok itu, sudah lebih dari tiga tahun berusaha untuk melengserkan Assad dari jabatannya.

Seiring berjalannya waktu, sebagian besar anggota pemberontak juga sudah mulai bergabung dengan al-Nusra, yang tak lain kelompok afiliasi al-Qaeda di Suriah.

Sementara itu, ketika disinggung apakah Presiden Rusia Vladimir Putin puas dengan serangan udara yang dilakukan Rusia, Peskov masih enggan berkomentar banyak. "Saat ini masih terlalu dini untuk berbicara mengenai hal tersebut," ucapnya. (esn)
Kerahkan 50 Jet Tempur, Serangan Rusia di Suriah Berlanjut http://cdn4.img.sputniknews.com/images/102786/01/1027860180.jpgSerangan militer Rusia di wilayah Suriah untuk menumpas ISIS memasuki hari kedua. (RIA Novosti)

Serangan militer Rusia di Suriah untuk memerangi ISIS berlanjut dan telah memasuki hari kedua, Kamis (1/10/2015). Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi, bahwa lebih dari 50 pesawat jet tempur dan helikopter militer dikerahkan ke Suriah.

Sebelumnya Kremlin tidak mengungkapkan detail jumlah kontingen militer mereka dalam operasi militer di Suriah. Serangan militer Rusia dimulai sejak Rabu kemarin untuk membantu rezim Pemerintah Suriah di bawah kepemimpinan Presiden Bashar al-Assad untuk menumpas kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Banyak kelompok teror di Suriah juga diincar militer Kremlin.

Kelompok udara dikerahkan dalam waktu sangat singkat. Itu mungkin karena kami memiliki sebagian besar perlengkapan dan amunisi yang sudah siap di depot kami di Tartus. Kami hanya perlu memindahkan pesawat kami dan memberikan beberapa peralatan tambahan,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, seperti dikutip Russia Today.

Serangan Rusia di hari kedua, melanda wilayah dekat Kota Jisr al-Shughour, serta daerah di Provinsi Idlib dan Hama.

Para aktivis oposisi atau pemberontak Suriah juga melaporkan serangan Rusia terjadi di Ghantu di Provinsi Homs, dekat dengan lokasi yang digempur militer Kremlin semalam. Belum ada laporan terkait korban jiwa dalam serangan terbaru itu.

Aksi militer Rusia dipuji rezim Suriah. Tapi, Amerika Serikat (AS) meradang dengan manuver Rusia karena sasarannya juga mengenai kelompok pemberontak moderat yang didukung AS. Kepala Pentagon atau Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, mengecam “amukan” militer Rusia di Suriah. Dia menilai, serangan itu tidak ditargetkan pada ISIS.

Pendekatan Rusia ini pasti gagal,” kata Carter. ”Saya berharap bahwa mereka datang ke sebuah sudut pandang mana mereka mencoba untuk mengejar tujuan mereka dengan cara yang berbeda, yang lebih masuk akal,” katanya lagi.

Serangan mereka itu tidak muncul di daerah di mana mungkin ada pasukan ISIS,” lanjut Carter. Menurutnya, aksi militer Rusia hanya untuk melanggengkan kekuasaan rezim Assad. (mas)
Dimungkinkan, Rusia Serang Basis ISIS di Irakhttp://cdn2.img.sputniknews.com/images/102784/30/1027843028.jpg(Sputnik)

Aksi Rusia menggelar operasi militer di langit Suriah membuat Irak kepincut. Irak pun meminta Rusia melakukan serangan udara terhadap sejumlah wilayah yang dikuasai ISIS di negara itu.

Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi menyatakan, Irak akan menyambut baik serangan udara Rusia terhadap ISIS di negaranya dan telah menerima informasi dari Suriah dan Rusia terkait keberadaan kelompok ekstrimis itu.

"Ini baru sebuah kemungkinan. Jika kami mendapatkan tawaran, kami akan mempertimbangkannya. Namun dalam kenyataannya, saya akan menyambutnya," kata al-Abadi saat diwawancara stasiun televisi Prancis seperti dilansir dari laman Washington Post, Kamis (1/10/2015).

Namun, al-Abadi menegaskan jika saat ini belum ada pembahasan mengenai serangan udara Rusia terhadap basis ISIS di Irak. Kendati demikian, Irak telah mendapatkan sejumlah informasi mengenai ISIS dari Rusia dan Suriah setelah ketiga negara itu bersama Iran sepakat membentuk koalisi dalam menghadapi ISIS.

Abadi juga menegaskan, Irak membutuhkan semua dukungan dalam memerangi ISIS dan mendesak semua pihak untuk bekerjasama. "Akan ada banyak perdebatan politik yang bisa membuat beberapa hal menjadi buruk, tetapi kita harus mengerahkan segala sumber daya yang ada untuk bertempur dengan ISIS," tukasnya. (ian)

 Video serangan Udara Rusia di Suriah 


  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.