Jumat, 27 November 2015

Belanja Rp 41 Triliun TNI AU

Heli VVIP ke Jet Tempur SilumanJet tempur Sukhoi Su-35 masuk daftar belanja TNI Angkatan Udara. (Flickr via Wikimedia Commons/Aleksander Markin)

TNI Angkatan Udara mengantongi US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 41 triliun untuk tahun 2015-2019. Anggaran itu akan mereka gunakan untuk memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) secara besar-besaran.

Angkatan yang memiliki slogan Swa Bhuwana Paksa atau Sayap Pelindung Tanah Airku itu telah menyusun daftar belanja alutsista. Di dalamnya termasuk 12 unit jet tempur siluman Sukhoi Su-35 buatan Rusia, empat unit pesawat pemadam Beriev Be-200 buatan Rusia, dan tiga unit helikopter VVIP AgustaWestland AW101 buatan Italia-Inggris.

Pengadaan Sukhoi Su-35 sebagai pengganti skuadron F-5 Tiger yang telah uzur, menurut Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna, telah disetujui oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Saya baca dokumen yang dikirim Kementerian Pertahanan ke Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Yang sudah ditandatangani Menhan adalah Sukhoi Su-35,” kata Agus.

Sementara pesawat amfibi Beriev Be-200 dipandang TNI penting untuk keperluan pemadaman api, search and rescue (SAR), serta pemantauan wilayah. Pesawat ini makin dirasa perlu setelah belum lama ini kebakaran hutan hebat melanda Sumatra dan Kalimantan. Menurut Agus, Be-200 bisa menyedot 12 ton air dalam waktu 15 detik.

Terkait helikopter AW101, satu unit telah dipesan tahun lalu dan akan tiba di Indonesia tahun depan. Hingga akhir 2019, TNI AU berencana membeli total tiga unit AW101 sebagai kendaraan operasional presiden, wakil presiden, pejabat penting negara, dan tamu-tamu negara.

Di daftar belanja TNI AU berikutnya adalah misil dan radar untuk mempersenjatai satu skuadron pesawat latih supersonik T-50 Golden Eagle yang telah dimiliki Indonesia. Ini adalah pesawat yang dikembangkan industri penerbangan Korea Selatan bersama perusahaan penerbangan AS Lockheed Martin.

Penambahan misil dan radar juga akan diterapkan untuk 11 pesawat latih KAI KT-1 Woongbi (?) yang saat ini telah dimiliki Indonesia.

TNI AU juga memasukkan pesawat angkut berat C-130 Hercules buatan Lockheed Martin Amerika Serikat ke dalam daftar belanja.

Radar pun akan dibeli karena saat ini Indonesia masih kekurangan radar untuk memantau wilayahnya yang terlampau luas. “Kami perlu radar untuk memenuhi blind spot yang ada saat ini," ujar Agus.

Berdasarkan data Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), wilayah udara RI yang tak tercakup radar ada beberapa titik di Kalimantan, Maluku, Papua, serta Sumatra Barat.

Kondisi tersebut, menurut mantan Panglima Kohanudnas yang kini menjabat sebagai Wakil KSAU, Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja, berpotensi melemahkan pengawasan TNI AU terhadap pesawat asing yang melanggar wilayah udara Indonesia.

Berbagai alutsista itu masih belum semua. TNI AU juga berencana membeli helikopter serbu dan helikopter antikapal selam untuk memperkuat armadanya.

Menurut KSAU, modernisasi alutsista akan dipacu mulai tahun depan dengan tujuan utama untuk meningkatkan pengamanan di seluruh wilayah Indonesia. (agk)


  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.