Jumat, 27 November 2015

Kapal Imigran Tiba, Indonesia Minta Klarifikasi Australia

Ilustrasi kapal pencari suaka. (Border Protection Command)

Enam belas pencari suaka yang kapalnya diputar haluan kembali ke laut oleh Angkatan Laut Australia tiba di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Kamis (26/11) malam. Wakil Menteri Luar Negeri, A.M. Fachir, mengaku akan meminta klarifikasi Australia terkait hal ini.

"Saya baru lihat dari pemberitaan media. Saya akan klarifikasi dulu ke pihak Australia," ujar Fachir setelah membuka acara diskusi soal pengungsi, Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the Root Causes of Irregular Movement of Persons di Jakarta, Jumat (27/11).

Sementara itu, Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Hasan Kleib, mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak Australia terkait insiden ini.

Kantor berita Antara melaporkan bahwa pencari suaka tersebut terdiri dari 13 warga India, dua berkewarganegaraan Nepal, dan satu lagi orang Bangladesh.

Keberadaan kapal tersebut menjadi misteri setelah diputar haluannya ketika sudah mencapai jarak 200 meter dari Christmas Island pada Jumat pekan lalu.

Salah satu petugas kepolisian yang akhirnya menangani kapal tersebut di Pantai Tablolong, mengatakan bahwa para pencari suaka bisa saja tewas di laut jika tidak ada orang membantu.

"Kondisi mereka baik. Mereka diberi cukup makanan, tapi mereka kehabisan bahan bakar. Mereka bisa saja mati jika mereka tenggelam atau tidak ada yang menemukan mereka," katanya kepada Sydney Morning Herald.

Untungnya, salah satu warga sekitar melihat kapal tersebut dan menghubungi kepolisian setempat.

"Tujuh belas orang ditahan kemarin di Tablolong, termasuk satu awak kapal Indonesia. Ia adalah kapten kapalnya," kata Juru bicara kepolisian NTT, Jules Abraham Abast.

Salah satu pencari suaka dari Bangladesh, Muhammad Anwar, mengatakan bahwa ia membayar US$ 5 ribu atau setara Rp 68,7 juta kepada agen penyelundup manusia untuk membawanya ke Australia.

"Di negara saya, ada banyak masalah. Semua mahal, upah rendah, banyak pembunuhan. Yang saya ingin lakukan di Australia adalah membangun kehidupan, dan mereka tidak membantu," ucap Anwar.

Pria berusia 22 tahun ini lantas menuturkan bahwa ia dan 16 orang lainnya bersama seorang kapten meninggalkan Indonesia sekitar 10 hari lalu.

"Kami tiba di Christmas Island, tapi Australia tidak menerima kami," katanya.

Sebelum dikembalikan ke Indonesia, mereka sempat ditahan selama lima hari di Australia. Mereka pun dikembalikan ke Indonesia menggunakan kapal lain lantaran armada awalnya bocor.

"Kapal itu bocor dan kami tidak dapat mengeluarkan airnya. Pihak Australia memasukkan kami ke dalam kapal besar dan mengembalikan kami," ucap Anwar.

Dalam surat tertanggal 26 November, Komandan Batas Maritim Australia, Michael Noonan, memberi notifikasi kepada kepala eksekutif Penjaga Pantai Indonesia, Desi Albert Mamahit.

"Hari ini, 26 November 2015, Komando Perbatasan Maritim mendukung pengembalian secara aman orang dalam kapal ke Roti. Seperti biasa, suatu keistimewaan dapat bekerja sama dengan BAKAMLA, dan Komando Perbatasan Maritim akan selalu mendampingi Anda dan pasukan keamanan Anda," tulis Noonan.

Perjalanan kapal para pencari suaka melalui Indonesia ini memang sudah biasa ditemukan.

Sang kapten kapal yang berasal dari NTT, Lif Leopena, mengatakan bahwa ini merupakan kali kedua ia melakukan perjalanan ke Australia. Untuk sekali perjalanan, ia dibayar sekitar Rp 20 juta.

Kali ini, ia dibayar oleh seseorang bernama Rajab di Jakarta untuk membawa orang ke Australia. Kapal tersebut berlayar dari Pelabuhan Ratu. Namun sayangnya, perjalanannya kali ini dihentikan lantaran Australia tak lagi menampung imigran.

 Diskusi soal pengungsi dari berbagai negara 

Insiden ini terjadi hanya berselang sehari sebelum Indonesia menjadi tuan rumah Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the Root Causes of Irregular Movement of Persons.

Dalam pertemuan ini, Indonesia mengundang 13 negara asal dan tujuan gelombang imigran atau pencari suaka untuk mencari akar permasalahan. Ketiga belas negara tersebut adalah Afghanistan, Australia, Bangladesh, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Selandia Baru, Thailand, Sri Lanka, dan Iran.

Setelah alasan para warga tersebut hijrah ke daerah lain terungkap, peserta diskusi akan membahas rekomendasi pemecahan masalah.

"Pertemuan kali ini lebih meneliti akar masalah di daerah asal. Pencegahan, bukan pengatasan. Mengatasi pergerakan tak biasa ini harus ditangani dengan empat pilar, salah satunya pencegahan," kata Hasan.

Rekomendasi ini, kata Fachir, nantinya akan dibawa ke meja diskusi Bali Process pada awal tahun 2016. Dalam konferensi tingkat menteri ini, akan dibahas empat pilar penanganan masalah imigran, yaitu pencegahan, deteksi dini, perlindungan, dan peradilan.

"Hasil dari Bali Process nantinya akan dibawa ke konferensi PBB di Jenewa pada akhir tahun depan," kata Fachir.

Sebelumnya, Indonesia sebagai salah satu negara persinggahan mengkritik kebijakan "zero entry" di Australia yang menjadi tempat tujuan para pencari suaka.

Menurut Hasan, di bawah kebijakan tersebut, Australia tidak lagi menerima imigran. Para pencari suaka tersebut lantas ditampung di pusat-pusat penanganan tepi pantai dan kerap mendapat perlakuan tak adil.

Hasan mengatakan, Indonesia menghargai kebijakan dalam negeri Australia. "Bahwasanya Australia punya kebijakan nasional. Dia zero entry, itu haknya Australia sebagai negara merdeka dan berdaulat," kata Hasan.

Namun, Hasan menganggap kebijakan tersebut juga membawa dampak pada keadaan di kawasan regional Asia Pasifik. Pasalnya, sebagian imigran yang tak tahan di pusat penampungan akhirnya bergerak kembali ke negara-negara persinggahan, termasuk Indonesia.

Sementara itu, di Indonesia sendiri masih menampung 13 ribu imigran yang belum jelas nasibnya.

"Itu juga akhirnya jadi beban di Indonesia. Mengingat kebijakannya berdampak pada kawasan, mohon kiranya jika kebijakannya juga dibicarakan, duduk bersama, dan berbagi tanggung jawab dalam masalah perbatasan," ucap Hasan. (stu)
 

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.