Senin, 16 November 2015

Menuju Anggaran Pertahanan Berbasis PDB

Badak merupakan produksi PT Pindad yang sedang menjalani ujicoba lapangan.

S
elama lima tahun terakhir ini sesungguhnya anggaran pertahanan Indonesia mengalami peningkatan yang cukup terang. Tahun 2015 ini anggaran belanja militer kita sudah mencapai 102 trilyun rupiah. Meski demikian karena kita sudah terlalu lama menguzurkan alutsista, jumlah sebesar itu dan bahkan anggaran belanja khusus alutsista sebesar US $ 15 milyar sepanjang lima tahun rezim yang lalu belum mampu memperkuat energi alutsista yang sudah terlanjur sepuh selama puluhan tahun.

Di banyak negara karena perkembangan teknologi militer yang begitu cepat, dari analog ke digital maka berbagai alutsista jadul mereka segera di pensiun dini dan diganti dengan yang “fress graduate”. Lain di negeri ini sampai usia 60 tahun pun masih bisa diperpanjang masa kerjanya sampai pikun. Sampai-sampai ada yang bilang yang penting bisa meletus, perkara kena itu urusan belakang.

Itulah sebabnya untuk mempercepat ketahanan dan kedaulatan energi alutsista ada pemikiran cemerlang dari Pemerintah dan DPR untuk merumuskan cara pandang baru memperkuat belanja alutsista dengan meninggikan persentase rasionya sebesar 1,5% -2% dengan faktor PDB. Tentu peta jalan yang tengah dirintis ini kita sambut dengan sambitan bertubi-tubi ke kolam kegembiraan karena jika formula itu diterapkan maka porsi belanja alutsista kita akan mampu menyalip Singapura. Lebih penting dari itu adalah keinginan membeli dan atau melakukan transfer teknologi persenjataan akan terang benderang.

Ibarat sebuah tagline majalah olahraga, semua ada apa pun bisa. Prediksi kita formula berbasis PDB akan diterapkan pada anggaran 2017, maka sudah tentu lonjakan anggaran itu akan dirasakan mulai anggaran 2017 nanti. Sekedar informasi bahwa PDB Indonesia tahun 2014 sebesar US$ 887 Milyar. Jika formula 1,5% diterapkan maka jumlah anggaran pertahanan kita bisa mencapai US$ 13 M, sebuah lonjakan yang menyenangkan. PDB Indonesia pernah mencapai angka terbaiknya di tahun 2012 yaitu sebesar US$ 921 milyar, setelah itu turun terus.

Tahun depan sudah ditetapkan anggaran pertahanan sebesar 96T rupiah turun dari tahun berjalan saat ini. Namun masih ada anggaran di luar pagu itu yaitu anggaran untuk beli alutsista Sukhoi SU35, BMP 3F dan peluru kendali SAM jarak menengah yang ditawarkan Rusia dengan pinjaman luar negeri. Artinya secara APBN turun namun secara real jumlahnya meningkat.

Kita meyakini bahwa tahun 2016 dan seterusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan begerak naik menuju 6% sampai 7% pada tahun 2018. Pembangunan infrastruktur yang digeber secara besar-besaran diharapkan mulai bermanfaat dalam dua tiga tahun ke depan. Kelemahan investasi kita ada di sektor infrastruktur maka pembangunan dan penguatan jalan raya, jalan tol, kereta api, jembatan, pelabuhan laut, bandara semua terlihat berpacu dengan waktu. Sekilas contoh, jalan raya pantura Jawa saat ini sedang mengalami penguatan spektakuler berupa pengecoran beton dua lapis di lebih dari 20 titik dengan anggaran terbesar sepanjang sejarah.

Dengan anggaran pertahanan mencapai US$ 13 M pertahun maka keleluasaan untuk belanja akan semakin terasa. Boleh jadi kita akan mampu membeli 2 skuadron SU35, 1 skuadron F16 Viper, beberapa kapal perang berkualifikasi destroyer, kapal selam, peluru kendali SAM jarak menengah dan bahkan mampu mengembangkan kekuatan industri pertahanan dalam negeri. Kita sudah punya industri pertahanan yang bernilai strategis yang memproduksi berbagai alutsista segala matra.

Kita juga sedang membangun infrastruktur kapal selam di PT PAL Surabaya bersamaan dengan sedang dibangunnya beberapa kapal perang jenis PKR, KCR dan kapal patroli lainnya. Oleh sebab itu pertambahan dan pertumbuhan anggaran pertahanan tahun-tahun mendatang sangat mampu menghidupkan berbagai industri pertahanan dalam negeri baik yang bernama BUMN atau swasta nasional. Inilah kabar baik itu yang tentu perlu disambut dengan luapan kegembiraan.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari konsep bela negara di negara modern maka disamping penguatan daya juang patriotik yang sedang digemakan untuk anak bangsa, sangat penting jua untuk mempercepat proses penguatan alutsista utamanya matra laut daan udara. Belanja alutsista dengan menggelontorkan dana untuk membeli 2-3 skuadron tempur baru, kapal perang kapal selam dan peluru kendali merupakan daftar wajib belanja utama.

Yang menarik adalah ketika kita sedang membuat daftar belanja alutsista, pada saat yang sama berdatangan juga berbagai jenis alutsista baru pesanan MEF-1. Ada pesawat Super Tucano, ada KRI Spica, ada F16 blok 52, MBT Leopard, Helikopter Fennec, Helikopter AKS, Cougar, Kapal Selam, KCR dll. Jadi dalam kurun lima tahun ke depan akan terus berdatangan berbagai jenis alutsista sebagai kelanjutan dari program MEF-1 dan MEF-2. Inilah gambaran betapa saat sekarang dan ke depan kita akan terus menerus menambah gizi dan energi alutsista.

Pertambahan alutsista yang terus menerus ini sesungguhnya menarik perhatian jiran sebelah, khususnya Malaysia. Forum militer negeri jiran itu sampai tak bersemangat lagi menulis artikel militer mereka, tidak bersemangat lagi berdiskusi tentang kehebatan militer mereka yang selama lima tahun sebelum ini merasa paling super lalu mengolok-olok negeri kita. Mereka akhirnya pada takjub menyaksikan program pembaharuan alutsista tetangganya yang bernama Indonesia dan mereka sudah dapat membayangkan betapa hebatnya kekuatan militer Indonesia lima tahun ke depan. Apalagi jika Natuna jadi pangkalan militer terpadu, ini akan mengkhawatirkan pada jalur logistik militer ke Sabah dan Sarawak. Mereka sendiri yang bilang lho.

Apapun itu gelaran perkuatan alutsista kita memang sebuah kewajiban. Jika anggaran berbasis PDB diterapkan tentu akan semakin membungakan semangat bertanah air. Sesungguhnya program bela negara yang sedang digalakkan itu jika disinergikan dengan program perkuatan alutsista tentara maka gelora kebangsaannya akan menimbulkan gaung yang amat keras dan kuat. Gaung yang kuat dan gempita itu kemudian akan kembali melahirkan lagu mars, ini dadaku mana dadamu, ini tanah airku jangan sekali-kali kamu ganggu jika tak ingin gagu.
****
Jagarin Pane / 16 Nopember 2015

  Analisialutsista  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.