Kamis, 19 November 2015

[World] Baku Tembak Terjadi di Paris

Polisi Terlukahttp://images.cnnindonesia.com/visual/2015/11/18/ad358cf4-482c-4eec-a60b-d62d6f317c2e_169.jpg?w=650Serentetan tembakan terdengar di daerah Saint Denis, Paris utara pada Rabu (18/11) ketika polisi memburu buronan serangan di Paris pekan lalu. (Reuters/Christian Hartmann)

Serentetan tembakan terdengar di daerah Saint Denis, Paris utara pada Rabu (18/11) pagi waktu setempat ketika pasukan khusus kepolisian meluncurkan operasi untuk memburu buronan serangan di Paris pekan lalu.

Media Perancis, BFMTV dan iTele melaporkan bahwa sejumlah petugas terluka dalam aksi penembakan ini, tetapi belum ada informasi lebih lanjut.

The Guardian melaporkan bahwa Saint Denis terletak di sebelah utara Paris, berada dalam satu wilayah dengan stadion sepak bola Stade de France, lokasi salah satu serangan pada Jumat (13/11) ketika Presiden Perancis, Francois Hollande dan Kementerian Luar Negeri Jerman menghadiri pertandingan persahabatan Jerman dan Perancis. Insiden ini menewaskan 35 orang.

Radio Perancis, RMF melaporkan bahwa operasi tersebut untuk memburu dua tersangka utama serangan di Paris, salah satunya adalah militan kesembilan yang hingga kini belum dipublikasikan namanya. Sejumlah ruas jalan di Saint Denis ditutup dalam operasi ini.

Sejumlah media Perancis melaporkan terdapat banyak petugas polisi dan mobil polisi di daerah tersebut. Operasi dilaporkan dimulai sekitar pukul 4.30 pagi waktu setempat. Hingga pukul 6.00 pagi, serentetan tembakan masih terdengar.

Warga di Saint Denis diminta untuk tetap berada di dalam rumah mereka, dan menjauhi jendela. Sebuah helikopter polisi juga terdengar di wilayah tersebut.

Dua atau tiga orang kini juga dilaporkan membarikade diri mereka di dalam sebuah apartemen dan terlibat baku tembak dengan polisi.

Sementara itu, para penyidik masih mempertimbangkan kemungkinan adanya tersangka kedua yang masih buron. Polisi Perancis juga masih menyelidiki video yang direkam oleh saksi mata yang diperkirakan menunjukkan seorang tersangka di dalam mobil yang terkait serangan di Paris.

M-edia Perancis, France 2, melaporkan bahwa rekaman video tersebut menunjukkan dua pria bersenjata di dalam sebuah mobil hitam yang diperkirakan bersama salah seorang tersangka ketiga dalam serangan itu.

Salah satu buronan yang sedang diburu polisi adalah Salah Abdeslam, 26, pria yang tinggal di wilayah Molenbeek, wilayah miskin yang memiliki populasi imigran terbesar di Belgia, dan dicurigai sebagai markas para militan Belgia.

Lahir di Brussels, Abdeslam digambarkan sebagai pria dengan tinggi 175 cm dan memiliki mata coklat. Abdeslam dilaporkan membantu logistik dan menyewa mobil Volkswagen Polo berwarna hitam yang digunakan oleh para penyerang bersenjata yang menyerbu gedung konser Bataclan, di mana sebuah konser rock tengah digelar.

Abdeslam tampaknya sempat ditanyai oleh petugas polisi pada Sabtu (14/11) pagi ketika polisi meminta mobilnya menepi. Saat itu, Abdeslam membawa tiga orang di dekat perbatasan Belgia.

Polisi kemudian memeriksa kartu identitas Abdeslam, tetapi kemudian membiarkan dia pergi.

Peristiwa itu terjadi hanya beberapa jam setelah pihak berwenang mengidentifikasinya sebagai salah satu tersangka yang diduga sebagai oknum yang menyewa mobil Polo yang ditinggalkan di tempat kejadian serangan itu.

Salah satu saudaranya, Ibrahim Abdeslam, dilaporkan merupakan salah satu pelaku bom bunuh diri dari tujuh serangan terkoordinasi menargetkan enam lokasi di ibu kota Perancis.

Sementara, saudara Abdeslam lainnya yang tidak diungkapkan namanya dilaporkan ditangkap di Belgia dan sempat diinterogiasi oleh polisi sebelum dibebaskan. (stu)

 Baku Tembak, Polisi Buru Dua Buronan Utama Serangan Paris 
http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/11/18/9875383a-6728-46bf-8565-73efbd8308ed_169.jpg?w=650Baku tembak polisi di Paris utara untuk memburu buronan serangan Paris, Abdelhamid Abaaoud dan Salah Abdeslam serta satu militan lain. (Reuters/Christian Hartmann)

Saluran berita Perancis, BFM TV, mengutip sumber polisi melaporkan bahwa operasi polisi di Saint Denis, Paris utara yang melibatkan baku tembak pada Rabu (18/11) pagi adalah untuk memburu tersangka otak serangan Paris, Abdelhamid Abaaoud.

Dilaporkan The Guardian, Abaaoud sebelumnya diyakini melarikan diri ke Suriah. Namun, polisi setempat kini yakin dia berada di Perancis.

Operasi tersebut tepatnya terjadi di sebuah blok apartemen di Gabriel Peri, Saint Denis, sebelah utara Paris, sekitar 2 kilometer dari stadion sepak bola Stade de France, lokasi salah satu serangan bom pada 13 November lalu.

Dalam operasi polisi ini, terdapat tiga orang kini juga dilaporkan membarikade diri mereka di dalam sebuah apartemen dan terlibat baku tembak dengan polisi.

Ketiga orang tersebut diyakini adalah Abaaoud dan salah satu buron serangan Paris lainnya, Salah Abdeslam. Satu orang lainnya adalah militan kesembilan yang hingga kini belum dipublikasikan namanya, dan diburu sejak Selasa (17/11) malam.

Seorang wartawan BFM-TV di lokasi kejadian menyatakan baku tembak kini telah berhenti, setelah berlangsung selama lebih dari dua jam. Operasi polisi ini dimulai sejak pukul 4.30 pagi waktu setempat dan baku tembak dilaporkan terus berlangsung hingga pukul 6.00 pagi waktu setempat.

Hingga saat ini, belum diketahui apakah polisi berhasil menangkap para tersangka teroris. Sejumlah media Perancis melaporkan sejumlah petugas polisi terluka dalam operasi ini, tetapi belum ada informasi lebih lanjut. Belum diketahui juga apakah kini polisi tengah bernegosiasi dengan para penyerang.

Pejabat Perancis sebelumnya mengatakan Abdelhamid Abaaoud, 27, berperan penting dalam mengatur dan melaksanakan serangan bom bunuh diri dan penembakan di enam titik jantung kota Paris pekan lalu, menewaskan setidaknya 129 orang.

Abaaoud merupakan warga Belgia keturunan Maroko, disebut sebagai ekstremis setelah terlibat baku tembak di bagian timur Belgia pada Januari lalu dalam sebuah serangan dari sel ISIS.

Abaaoud diduga pemimpin kelompok itu, dan sempat bergabung dengan ISIS di Suriah. Ia dikenal pasukan keamanan setelah muncul dalam sebuah video ISIS. Dalam video itu, dia berada dalam sebuah mobil yang mengangkut jenazah korban ISIS yang telah dimutilasi dan akan dikuburkan di pemakaman massal.

Abaaoud juga diduga terkait dengan serangan di kereta cepat Thalys pada Agustus yang berhasil digagalkan. Abaaoud juga gagal meluncurkan serangan di sebuah gereja di Paris pada April lalu.

Surat kabar Prancis Liberation juga melaporkan Abaaoud terkait dengan Sid Ahmed Ghlam, seorang mahasiswa Perancis yang didakwa atas tuduhan pembunuhan, percobaan pembunuhan dan teror.

Abaaoud dilaporkan terus berusaha untuk merekrut pejuang dari negara-negara Barat untuk bergabung militan ISIS di Suriah. Menurut media Perancis, Abaaoud bahkan merekrut saudaranya yang baru berusia 13 tahun, bernama Younes.

Sementara itu, para penyidik masih mempertimbangkan kemungkinan adanya militan kesembilan yang masih buron. Polisi Perancis juga masih menyelidiki video yang direkam oleh saksi mata yang diperkirakan menunjukkan seorang tersangka di dalam mobil yang terkait serangan di Paris.

Media Perancis, France 2, melaporkan bahwa rekaman video tersebut menunjukkan dua pria bersenjata di dalam sebuah mobil hitam yang diperkirakan bersama salah seorang tersangka kesembilan dalam serangan itu. (ama/stu)

 Polisi Perancis Kepung Apartemen, Tiga Orang Tewas 
http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/11/18/ad358cf4-482c-4eec-a60b-d62d6f317c2e_169.jpg?w=650Sejumlah media Perancis, termasuk Le Monde mengutip sumber polisi melaporkan bahwa tiga orang tewas dalam pengepungan polisi Paris di sebuah apartemen di Saint Denis, Paris utara, pada Rabu (18/11) pagi. Operasi ini untuk memburu tiga buronan serangan Paris pada pekan lalu.

The Guardian melaporkan bahwa tiga orang yang tewas tersebut merupakan buronan yang sedang diburu polisi. Meski demikian, Le Monde tidak memberikan informasi detail soal tiga orang yang tewas tersebut. Sementara, CNN melaporkan setidaknya dua orang tewas dalam pengepungan ini, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Sementara, dua orang lainnya dilaporkan ditahan petugas kepolisian.

Di antara tiga orang yang tewas, terdapat satu perempuan yang meledakkan dirinya sendiri dengan rompi peledak.

Sebelumnya, saluran berita Perancis, BFM TV, mengutip sumber polisi melaporkan bahwa operasi polisi di Saint Denis, Paris utara yang melibatkan baku tembak pada Rabu (18/11) pagi adalah untuk memburu tersangka otak serangan Paris, Abdelhamid Abaaoud.

Dilaporkan The Guardian, Abaaoud sebelumnya diyakini melarikan diri ke Suriah. Namun, polisi setempat kini yakin dia berada di Perancis.

Operasi tersebut tepatnya terjadi di sebuah blok apartemen di Gabriel Peri, Saint Denis, sebelah utara Paris, sekitar 2 kilometer dari stadion sepak bola Stade de France, lokasi salah satu serangan pada Jumat (13/11).

Ketiga buron tersebut diyakini adalah Abaaoud dan salah satu buron serangan Paris lainnya, Salah Abdeslam. Satu orang lainnya adalah militan kesembilan yang hingga kini belum dipublikasikan namanya, dan diburu sejak Selasa (17/11) malam.

 Bom Bunuh Diri Meledak, 5 Ditahan 
http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/11/18/cb622002-8523-4652-b8a4-be09571ddee7_169.jpg?w=650Kini, polisi dan tentara bersenjata masih memenuhi ruas jalan St. Denis. (Reuters/Christian Hartmann)

Lima orang ditahan dalam pengepungan polisi di sebuah apartemen di Saint Denis, Paris utara, pada Rabu (18/11) pagi dalam operasi memburu tiga buronan terkait serangan mematikan di Paris pada pekan lalu, termasuk sang dalang, Abdelhamid Abaaoud.

Seperti dilansir Reuters, dari lima orang yang ditahan, tiga di antaranya ditahan di dalam apartemen sementara dua lainnya dibekuk di daerah sekitarnya.

Dalam penggerebekan yang berujung baku tembak ini, tiga orang dilaporkan tewas. Di antara tiga orang yang tewas, terdapat satu perempuan yang meledakkan dirinya sendiri dengan rompi peledak. Namun belum jelas identitas ketiga orang ini.

Seorang wartawan BFM-TV di lokasi kejadian menyatakan baku tembak kini telah berhenti, setelah berlangsung selama lebih dari dua jam.

Seorang warga lokal mengatakan bahwa operasi polisi ini dimulai sejak pukul 4.30 dan baku tembak terus berlangsung hingga pukul 06.00 pagi waktu setempat.

"Kami dapat melihat peluru melesat dan sinar laser menembus jendela. Ada ledakan. Anda dapat merasakan gedung bergetar," ujar seorang warga bernama Sabrine yang tinggal di lantai bawah apartemen.

Ia mengaku kepada radio Europe 1 bahwa ia mendengar orang-orang di lantai atas berbicara satu sama lain, berlari, dan mengisi ulang amunisi senjata.

"Saya berusaha menyembunyikan putra saya di bawah saya, tapi setiap kali ada tembakan, ia mencakar kulit saya."

 Tetap di dalam rumah 

Menurut Reuters, kini polisi dan tentara bersenjata masih memenuhi ruas jalan St. Denis. Sekolah dan toko-toko ditutup. Penduduk di jantung kota diminta untuk tetap berada di dalam rumah.

Hingga saat ini, belum diketahui apakah polisi berhasil menangkap para tersangka teroris. Sejumlah media Perancis melaporkan sejumlah petugas polisi terluka dalam operasi ini, tetapi belum ada informasi lebih lanjut. (stu)

 Pelaku Serangan Paris Diduga Lalui Balkan Bersama Orang Lain 
http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/11/18/61811e55-4809-4832-90d2-d53e97ac7283_169.jpg?w=650Pelaku diduga tiba di Paris lebih cepat dan mudah dari perkiraan. (Reuters/Stephane Mahe)

Hanya berselang beberapa hari setelah rangkaian serangan teror mematikan mengguncang Paris pada Jumat (13/11), beberapa fakta mengenai pelaku mulai bermunculan.

Salah satu pelaku bom bunuh diri disinyalir ditemani seseorang saat melakukan perjalanan melewati Balkan menuju timur Eropa setelah memasuki Yunani, menyamar sebagai pengungsi Suriah.

Pelaku diduga tiba di Paris lebih cepat dan mudah dari perkiraan. Pasalnya, saat pelaku menyeberang, sedang terjadi desakan di antara para pencari suaka di sepanjang perbatasan untuk menghindari penumpukan karena Hungaria mulai menutup perbatasannya.

Pria yang meledakkan dirinya di dekat stadium Stade de France ini memang teridentifikasi berasal dari Suriah, terpantau dari paspor yang ditemukan di dekat jasadnya. Dalam paspor tersebut tertera nama Ahmad al-Mohammad dari Kota Idlib, Suriah.

Seperti dilansir Reuters, paspor tersebut sebenarnya bisa saja salah atau dicuri. Namun, pemegang paspor itu tercatat tiba di Leros, Yunani, setelah menempuh perjalanan laut menggunakan kapal dari Turki.

Pihak otoritas Perancis memastikan bahwa sidik jari pelaku bom bunuh diri sesuai dengan pria yang tiba di Leros.

Pejabat Yunani mengatakan bahwa Mohammad ditengarai tidak pergi dengan seseorang yang spesifik, melainkan bersama rombongan lain.

Namun seorang sumber kontra-intelijen di Makedonia, salah satu negara yang juga dilintasi oleh Mohammad, mengatakan bahwa sedang dilakukan investigasi besar-besaran di Balkan mengenai rute kedua orang tersebut.

Sumber anonim tersebut mengaku kepada Reuters bahwa Makedonia berkoordinasi dengan Yunani untuk mengungkap fakta lebih jauh mengenai Mohammad. Ia mengindikasikan bahwa Mohammad bersama temannya tersebut ketika membeli tiket dari kapal menuju Piraeus, Yunani.

"Pada 4 Oktober, mereka membeli tiket feri seharga 51,5 euro (setara Rp 754 ribu) dan mereka tiba di Piraeus pada 23.10 tanggal 5 Oktober menggunakan feri Diagoras," kata sumber itu.

Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh pemilik agen perjalanan Kastis, Dimitris Kastis. Ia ingat menjual tiket kapal kepada Mohammad dan temannya.

"Ia tidak melakukan atau mengatakan apapun yang menarik perhatian saya," ujar Kastis.

Menurut Kastis, Mohammad dan temannya memiliki nama belakang yang mirip.

Beredarnya kabar Mohammad yang bepergian dengan temannya ini mendapat perhatian luas. Seorang pejabat kepolisian Kroasia yang enggan disebutkan namanya juga mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang mengadakan penyelidikan mengenai perjalanan Mohammed.

Fokus penyelidikan adalah apakah Mohammed pergi bersama seorang rekan atau sendiri. Jika ya, dengan siapa.

 Rute Balkan 

Terlepas dari dengan siapa Mohammed pergi, yang jelas ia dapat masuk ke negara Uni Eropa dengan mulus.

Seperti dilansir Reuters, sebelum memasuki negara Uni Eropa, sidik jari pengunjung akan direkam di basis data bernama Eurodac.

Dengan paspor terlihat asli dan tak ada rekam jejak kejahatan, Mohammed diberikan izin yang memungkinkannya untuk tinggal di Yunani selama enam bulan.

Menteri Imigrasi Yunani, Yannis Mouzalas, memperlihatkan kopi dari izin tersebut kepada wartawan. Dalam bahasa Yunani, tertera ketentuan bahwa pemegang izin tersebut tak diperbolehkan meninggalkan Korintus selama periode itu tanpa melapor ke polisi.

Namun dalam hitungan hari, Mohammad sudah pergi bahkan setidaknya mencapai Kroasia.

Sumber kontra-intelijen Makedonia mengatakan bahwa Mohammad masih berjalan bersama tekannya selama dua hari setelah tiba di Piraeus. Mereka mendaftar di kamp pengungsi di belakang kebun tembakau tua di Kota Presevo, Serbia.

Mohammad kemudian melanjutkan perjalanan ke Kroasia, entah menggunakan kereta atau bus, dan terdaftar di kamp pengungsi Opatovac pada 8 Oktober.

Hingga kini, Reuters belum dapat melacak rute yang diambil selanjutnya oleh Mohammed, serta apakah ia ditemani seseorang.

Kepolisian Kroasia mengatakan bahwa ia hampir menuju Hungaria dalam waktu 24 jam. Namun, Budapest tak memiliki rekam jejak ia memasuki Kroasia yang pada waktu itu dibanjiri ribuan imigran setiap harinya.

Setelah dari Kroasia, kemungkinan besar tujuan Mohammad selanjutnya adalah Austria. Pada awal Oktober, imigran dikirim menggunakan kereta dengan pintu terkunci menuju Hegyeshalom di perbatasan Austria. Menurut pantauan jurnalis Reuters, di sana ada para pengungsi diantar masuk ke Austria tanpa diperiksa dokumennya.

Menteri Dalam Negeri Austria, Karl-Heinz Grundboeck, mengakui adanya spekulasi bahwa seorang pria bernama al-Mohammad memasuki Austria, yang seperti Perancis, merupakan bagian dari zona Schengen, di mana kontrol perbatasan internal rutin sudah dihapuskan.

Namun Wina mengonfirmasi bahwa salah satu pelaku lainnya, seorang Perancis kelahiran Belgia, Salah Abdeslam, memasuki Austria dari Jerman pada 9 September.

Kemungkinan lain pun mulai dipikirkan, termasuk jika ternyata Mohammed sempat memasuki Hungaria.

Namun juru bicara pemerintah Hungaria, Zoltan Kovacs, mengatakan bahwa Budapest tak memiliki informasi apapun mengenai hal tersebut.

Hungaria menutup perbatasannya untuk menangkal gelombang imigran dari Serbia pada 15 September. Saat itu, imigran terpaksa melewati perbatasan utara Hungaria untuk menuju Kroasia, kebanyakan tanpa pemeriksaan.

 Posisi sulit Orban 

Ketika menutup pintu perbatasannya bagi imigran, Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, sempat dikecam beberapa pihak. Namun, Orban tetap teguh pendirian. Menurutnya, ada kemungkinan teroris menyelinap di tengah pengungsi yang kabur dari kemiskinan dan perang di negaranya.

Isu ini juga sempat memanas di Jerman, ketika Kanselir Angela Merkel dikritik karena membuka pintu selebar-lebarnya bagi pengungsi.

Ironi mulai merebak ketika berita mengenai dugaan pelaku penyerangan mematikan di Perancis yang merenggut lebih dari 120 jiwa ini adalah salah satu imigran.

Namun, pihak otoritas mengatakan bahwa gelombang imigran dalam beberapa bulan terakhir membuat mereka tak mungkin mendeteksi adanya kemungkinan teroris menyelinap.

"Kami sudah mengambil sidik jari, tapi bagaimana kami memeriksanya? Menggunakan basis data mana? Jika tidak ada informasi apapun mengenai orang tersebut atau dia bukan buronan Interpol, dia dapat pergi. Ia bisa saja Osama Bin Laden yang sudah bercukur," kata seorang pejabat penegak hukum Serbia. (stu)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.