Selasa, 29 Desember 2015

Cerita Kepala BIN Sutiyoso Bujuk Din Minimi dan Anak Buah Turun Gunung

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso berhasil membujuk Nurdin Ismail alias Din Minimi untuk turun gunung. Untuk membujuk pimpinan kelompok bersenjata paling dicari di Aceh ini, Sutiyoso butuh waktu dua bulan.

"Saya kontak jarak jauh dari Jakarta dalam waktu satu sampai dua bulan lah," kata Sutiyoso kepada wartawan di Lhokseumawe, Selasa (29/12/2015).

Selain berbicara melalui telepon seluler, Sutiyoso juga menggunakan perantara yaitu Fasilitor Perdamaian Aceh, Juha Chirstensen. Alasan Sutiyoso meminta bantuan Juha, karena dia punya banyak akses ke mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Setelah membujuk hampir dua bulan, baru pada Senin (28/12) sore kemarin Din Minimi mau bertemu dengan Sutiyoso. Rombongan kepala BIN ini harus berjalan sekitar empat jam ke pedalaman Aceh Timur untuk mencapai tempat pertemuan.

"Saya bicara panjang lebar dengan Din Minimi dan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di rumah orangtua Din Minimi," jelas Sutiyoso.

Pertemuan tadi malam itu, jelas Sutiyoso, juga menjadi momen lepas kangen Din Minimi dengan keluarganya. Di sana, mereka saling menangis karena sudah lama tidak bertemu.

"Pertemuan di rumah itu juga termasuk secara simbolik saya serahkan Din Minimi ke keluarga," ungkapnya.

Pertemuan untuk membujuk Din Minimi berlangsung lama. Bahkan, Sutiyoso sempat bermalam di rumah Din Minimi di Desa Ladang Baro Kecamatan Julok, Aceh Timur. Menurutnya, selama di rumah itu terus dilakukan pembahasan agar Din Minimi beserta anak buahnya segera turun gunung.

"Baru pagi tadi mereka semua mau turun gunung," jelasnya.

Bagi Sutiyoso, kelompok bersenjata pimpinan Din Minimi ini bukan memberontak untuk memisahkan diri dari Indonesia. Mereka juga tidak merampok. Sutiyoso menilai, Din Minimi memberontak karena kecewa dengan pemerintah Aceh di bawah pimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.

Kepada Sutiyoso, Din Minimi menyampaikan sejumlah permintaan di antaranya, reintegrasi GAM, pemerintah memperhatikan yatim piatu, memperhatikan para inong balee (janda GAM) agar mereka sejahtera. Selain itu, permintaan lain adalah agar KPK turun ke Aceh dan saat Pilkada 2017 mendatang, ada tim independen yang menjadi pengawas di Aceh.

Lalu, apa yang disampaikan Sutiyoso saat membujuk Din Minimi?

"Saya tanya sama dia 'apa sekarang yang kamu perjuangkan?. Kalau ini saya turuti berarti kan selesai perjuangannya.' Itulah dia setuju itu," ungkap Sutiyoso.

Ia mengaku senang dengan Din Minimi karena memberontak bukan untuk meminta uang dan pekerjaan. "Tapi mereka menyampaikan poin-poin kritik itu," jelasnya.

Sementara 15 pucuk senjata dan amunisi yang dimiliki Din Minimi sekarang sudah bersama Sutiyoso. Senjata tersebut di antaranya jenis AK 47 sebanyak 13 pucuk, SS1 satu pucuk, FNC satu pucuk dan pelontar granat satu pucuk. Selain itu juga ada amunisi.

"15 pucuk termasuk yang dibawa Din Minimi. Mereka yang turun gunung 120 orang," ungkap Sutiyoso. (try/try)

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.