Kamis, 17 Desember 2015

Kisah sedih anak cari ayah yang tewas di barisan prajurit Kopasandha

Operasi Seroja 1975 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHLJHWPzhUfT1alCS43qV3UFI_lFKBLWVII9k6LEhz5YhsBa-0bcOCuz2u57EI4YadH2jhHuo-_tZdwI_G6SRtcaEn4oBj_Ot0Zzp-CyuasekWLWwPpqAHnYvyhaDmTaaWDJZGUrT99PfU/s1600/kisah-sedih-anak-cari-ayah-yang-tewas-di-barisan-prajurit-kopassus.jpgOperasi Seroja. ©2015 buku hari "h": 7 desember 1975

Operasi militer perebutan Kota Dili berhasil dilakukan oleh 270 Prajurit Para Komando dari Grup I Kopasandha (kini Kopassus TNI AD) dan 285 prajurit Yonif 501. Namun cukup banyak korban jiwa yang gugur dalam misi tersebut.

Kopasandha kehilangan 19 prajurit. Sementara dari Yonif 501, gugur 35 orang.

Pasukan Grup I Kopasandha bertugas empat bulan di Timor Timur. Mereka diterjunkan mulai hari H 7 Desember 1975, hingga 31 Maret 1976. Pasukan inilah yang melewati masa-masa terberat di awal Operasi Seroja. Hampir tidak ada hari yang dilewatkan tanpa penyergapan dan tembak menembak.

Demikian ditulis dalam buku Hari H 7 Desember 1975, Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis yang disunting Atmadji Sumarkidjo dan diterbitkan Kata.

Akhirnya mereka pun ditarik pulang ke Home Base mereka di Cijantung dengan menumpang kapal KM Tolanda. Butuh beberapa hari pelayaran dari Dili hingga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Dari Tanjung Priok, puluhan truk sudah menunggu untuk membawa mereka pulang ke Cijantung yang berada di Jakarta Timur. Kapten Bambang Mulyanto mengingat perjalanan itu terasa sangat lama. Para prajurit sudah tak sabar lagi untuk bertemu dengan keluarga yang sudah ditinggalkan empat bulan lamanya.

Kapten Bambang menceritakan tiba di asrama Kopasandha, Cijantung, terlihat ibu-ibu, anak-anak, dan masyarakat berdiri berbaris di sepanjang jalan. Mereka melambai-lambaikan tangannya menyambut para pahlawannya masing-masing.

Pada saat truk berhenti, berhamburanlah mereka mencari suami, ayah, keluarga atau teman mereka.

"Ada satu hal yang membuat saya menitikkan air mata ketika menyaksikan putra almarhum Koptu Samaun berlari kian kemari mencari ayahnya yang sudah gugur dan dikebumikan di Timor Timur," kenang Kapten Bambang sedih.

Rupanya sang ibu tak berani menceritakan pada anaknya bahwa sang ayah sudah gugur. Karena itu bocah malang itu masih berlari-lari ingin menyambut ayahnya yang hilang.

Kopral Satu Samaun gugur pada tanggal 7 Desember 1975 di tengah pertempuran merebut Kota Dili. Dia mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi sersan dua.

  merdeka  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.