Rabu, 02 Desember 2015

[World] Parade Pesawat "Tua" yang Dipakai Menggempur ISIS

Operasi militer menumpas pemberontak ISIS di Suriah yang digalakkan oleh Rusia dan beberapa negara anggota NATO, membuktikan bahwa jet-jet tempur "tua" masih bisa diandalkan dalam sebuah misi perang. Pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-24 bombers diparkir di Pangkalan Udara Hmeimim di Provinsi Latakia, Suriah, Sabtu (3/10/2015). [AFP PHOTO / KOMSOMOLSKAYA PRAVDA / ALEXANDER KOTS ]

O
perasi militer menumpas pemberontak Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) di Suriah yang digalakkan oleh Rusia dan beberapa negara anggota NATO, membuktikan bahwa jet-jet tempur "tua" masih bisa diandalkan dalam sebuah misi perang.

"Tua" yang dimaksud di sini adalah dihitung berdasar kapan jet-jet penempur dan pengebom itu pertama kali terbang perdana, bukan dihitung dari kapan tahun produksinya.

Bisa jadi pesawat yang dioperasikan tersebut, walau pertama kali diperkenalkan di tahun 70-80-an, namun diproduksi pada dekade 90-an. Tentu saja untuk mengetahui tahun produksi pesawat-pesawat tempur yang berlaga di Suriah, kita mesti tahu informasi tentang nomor airframe-nya.

Selain itu, beberapa varian juga dibuat dengan diberikan upgrade untuk mengikuti perkembangan zaman. Seperti pembaruan avionik, kokpit yang lebih modern, serta teknologi lain termasuk helmet-mounted targeting system, seperti dalam Su-24M Rusia.

Rusia menjadi negara yang mengirim banyak jet tempur yang produksinya sudah dimulai sejak 30 tahun yang lalu. Tengok saja Su-24 yang ramai diperbincangkan setelah ditembak jatuh F-16 AU Turki.

Bomber dengan desain dua kursi yang berdampingan itu terbang perdana pada dekade 60-an.
Pesawat tanker Ilyushin Il-78 sedang mengisi bahan bakar bomber Tupolev Tu-160 Rusia. [The Avionistist]

Bomber lain yang dimobilisasi Rusia ke Suriah adalah Tupolev Tu-160 yang oleh NATO dijuluki dengan "Blackjack." Bomber ini terbang perdana pada 1981.

Bomber paling tua yang diboyong Rusia untuk menggempur basis-basis pertahanan ISIS adalah Tuploev Tu-95 "Bear" yang diperkenalkan pertama kali pada 1952.

Ketiga bomber Rusia tersebut masih didukung oleh pesawat jet tanker Ilyusin Il-78 yang produksinya dimulai pada tahun 1980-an.

Bomber Angkatan Udara AS juga ikut berlaga di Suriah, AS mengirimkan B-1B Lancer buatan Rockwell (belakangan diakuisisi Boeing) yang produksinya dimulai pada 1983 lalu.
F-14 Tomcat yang masih dioperasikan oleh Angkatan Udara Iran saat tertangkap kamera mengawal bomber Rusia, Tupolev Tu-95. [The Aviationist]

Sementara itu, negara-negara anggota NATO seperti Jerman dan Inggris mengirim jet tempur Panavia Tornado GR4 keluaran 1974, yang sejak 1998 lalu produksinya sudah dihentikan.

Mungkin yang menarik adalah kemunculan F-14 Tomcat milik Angkatan Udara Iran yang dalam video yang beredar sempat mengawal bomber Rusia Tu-95 pada 20 November lalu di langit Iran.

F-14 adalah pesawat tempur yang mematrikan namanya sebagai pesawat legendaris di berbagai ajang pertempuran, seperti di perang Vietnam (1975), Libanon (1976 dan 1982), Libya (1980), serta yang paling diingat adalah Perang Teluk (1990) saat terlibat dalam Operasi Badai Gurun.

F-14 Tomcat telah dipensiunkan oleh Angkatan Laut AS (US Navy) pada 2006, namun operator lain di luar AS, yaitu Angkatan udara Iran saat ini masih mengoperasikannya..
Jet intai Tornado milik Jerman [DW]

Diketahui, AU Iran melakukan beberapa modifikasi terhadap armada F-14 Tomcat-nya, seperti upgrade avionik dan persenjataan yang dibuat secara domestik, sehingga "Kucing Persia" mereka diharapkan tetap bisa dioperasikan hingga 2030 mendatang.

F-14 Tomcat pertama kali dikembangkan oleh pabrikan Grumman pada dekade 70-an.

 Ibarat sedang puber kedua 

Demikianlah, di antara pesawat-pesawat tempur generasi ke-5 dan bomber-bomber siluman baru yang sedang dikembangkan, para penempur-penempur "tua" di atas seperti sedang mengalami "puber" kedua, menemukan panggung teater baru untuk menunjukkan kebolehannya.

Teater di Suriah ini juga membuka kesempatan bagi publik untuk melihat pesawat-pesawat blok Timur.

Mayor Jenderal Igor Konashenkov, selaku juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia dikutip KompasTekno dari situs RT.com, Senin(30/11/2015), mengatakan bahwa Rusia telah melancarkan sebanyak 107 sorti misi pengeboman di Suriah.

Konashenkov mengklaim setidaknya armada-armada tempur Rusia, termasuk Su-24 mereka, telah menghancurkan 289 target sarang persembunyian ISIS dan obyek-obyek vital lain bagi ISIS dalam 2 hari.

Sementara situs Daily Mail memberitakan setidaknya Tornado GR4 milik Royal Air Force (AU Inggris) telah melakukan lebih dari 126 kali serangan udara dengan menghancurkan sebanyak 180 target, yang menghabiskan biaya sebesar 37 juta Poundsterling.

  ♆
Nextren  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.