Selasa, 01 Desember 2015

[World] Su-24: Dua Pesawat dalam Satu Badan

Pada tahun 1960-an, industri pertahanan Soviet mendapat tugas berat. Angkatan Udara Soviet membutuhkan sebuah pesawat yang merupakan gabungan kualitas pesawat pengebom tempur Su-7B dan pesawat tempur pencegat Su-15. Pesawat baru ini harus mampu menyerang target kecil di darat, memiliki kecepatan supersonik, serta kemampuan untuk menghancurkan sistem pertahanan udara berketinggian rendah milik lawan.http://nl.media.rbth.ru/468x312/web/br-rbth/images/2015-04/big/AP807214255458_468.JPGSu-24 pertama kali mengudara pada tahun 1970 dan memiliki karakter pesawat pengebom dan pesawat pencegat sekaligus. [AP] ♣

P
ada 1963, pesawat baru tersebut mulai dirancang berdasarkan model pesawat Su-15. Selama proses perancangan, desain konstruksi dasar pesawat mengalami perubahan besar. Perancang memasang radar Orion yang berukuran cukup besar di bawah moncong pesawat, sehingga kabin pesawat berubah menjadi berkursi ganda.

Untuk memastikan proses lepas landas dan pendaratan berlangsung singkat, perancang memasang empat mesin RD36-35. Namun, tiga bulan setelah penerbangan pertamanya (24 Agustus 1965), pesawat tersebut kemudian mendapat dua mesin AL-21F, yang menurut beberapa sumber, dikembangkan dari mesin J79 milik pesawat tempur Amerika yang ditembak jatuh di Vietnam.

Kala itu, perancang Soviet tertinggal cukup jauh dari Amerika - mereka telah berhasil menerbangkan F-111 delapan bulan sebelumnya. Pesawat Amerika memiliki sayap modern yang dapat terbang dengan kecepatan supersonik di ketinggian tinggi, melakukan penerbangan stabil di ketinggian rendah, serta mampu mengangkut beban bom yang lebih besar.
http://nl.media.rbth.ru/web/es-rbth/images/2015-06/big/TASS_1449850_468.jpg[TASS] ♣

Pesawat Rusia dengan sayap sapuan variabel tersebut diterbangkan pertama kali pada 17 Januari 1970. Pesawat kemudian diberi nama Su-24. Namun, perlu waktu lima tahun untuk memasukkan pesawat tersebut ke dalam perbendaharaan senjata militer Rusia.

Pengembangan operasional pesawat tertunda akibat sejumlah besar kecelakaan udara dalam proses uji coba, terutama pada tahap-tahap awal. Hal ini dikarenakan pesawat memiliki banyak pengembangan baru yang belum pernah digunakan sebelumnya dalam aviasi Soviet.

Pesawat mampu terbang dalam mode otomatis dan semi-otomatis dan menghindari permukaan bumi dari ketinggian 50 meter. Untuk menjalankan misi pencarian, Su-24 memiliki radar, lengkap dengan pengintai laser dan sistem layar pemantau. Perangkat bidik tersebut memperluas jenis target serangan dan tingkat ketinggian penyerangan.

Terlepas dari beragamnya senjata yang terpasang di pesawat ini, kehadiran senjata kendali dan kemampuan beban yang lebih berat dari pendahulunya, senjata utama pesawat ini adalah bom nuklir taktis.

Menurut Kementerian Pertahanan AS pada saat itu, potensi nuklir taktis Uni Soviet berkali-kali lipat lebih tinggi dibanding milik NATO, dan kemunculan Su-24 sebagai kendaraan yang mampu mengangkut senjata nuklir semakin memperparah ketimpangan di panggung militer Eropa.
http://nl.media.rbth.ru/web/es-rbth/images/2015-06/big/TASS_4893702_468.jpg[TASS] ♣

Sementara itu, pesaing Su-24 dari Amerika, F-111, dikerahkan dalam Perang Vietnam. Namun, debut pesawat tersebut gagal. Pesawat yang digaungkan sebagai pesawat pengebom yang "tak bisa ditembak jatuh” tersebut kalah telak saat diserang oleh rudal anti-pesawat S-75 yang telah usang pada penerbangan pertamanya. Namun secara umum, saat perang berakhir, F-111 dianggap sebagai pesawat pengebom yang paling efektif dibanding pesawat Angkatan Udara AS lain yang dikerahkan.

Su-24 berhasil melewati masa perang. Namun, penggunaan pesawat ini dianggap kurang menguntungkan. Su-24 dinilai tak efektif menyerang teroris yang bersembunyi di pegunungan dan pedesaan. Sistem bidik pesawat ini awalnya dirancang untuk menyerang posisi fasilitas teknis pasukan NATO di wilayah dataran. Oleh karena itu, pesawat tidak bisa membedakan target kecil dengan latar belakang pegunungan.

Su-24 digunakan secara intensif selama perang di Chechnya dan dalam peperangan di Osetia Selatan pada 2008. Laporan resmi Rusia tidak menyebutkan kekalahan yang dialami Su-24 pada perang di Osetia, namun beberapa ahli mengatakan dua pesawat jenis ini ditembak jatuh dalam perang tersebut.

Kini, Angkatan Udara Rusia memiliki 124 unit Su-24 yang telah dimodernisasi dan secara bertahap akan digantikan oleh Su-34. Su-24 rencananya akan benar-benar digantikan sepenuhnya pada 2020.
10 Fakta Pesawat Pengebom Sukhoi Su-24http://nl.media.rbth.ru/web/id-rbth/images/2015-11/extra/rian_02745074hrru.jpgPesawat Su-24M adalah dasar aviasi pengebom Angkatan Udara dan Dirgantara Rusia [RIA Novosti] ♣

Sukhoi Su-24, pesawat pengebom Rusia yang ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Turki pada Selasa (24/11), memainkan peran penting dalam operasi militer Rusia melawan teroris di Suriah. RBTH menyajikan sepuluh fakta mengenai salah satu pesawat militer Rusia yang paling sering digunakan.

Sukhoi Su-24 merupakan pesawat pengebom supersonik yang dapat dioperasikan dalam segala jenis cuaca, dikembangkan oleh Uni Soviet pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an.

Pesawat bermesin dan bekursi ganda ini memiliki sayap geometri variabel yang dirancang untuk melakukan misi serangan ultra-low-level (sangat rendah). Ini merupakan pesawat buatan Soviet pertama yang memiliki sistem navigasi dan serangan digital terintegrasi.

NATO memberi julukan Fencer bagi pesawat ini, sementara kru Soviet menjulukinya “Chemodan” (Koper) karena keserbagunaan dan persenjataannya.

Penempatan pesawat ini di Jerman Timur pada 1979 dan kemampuan pesawat yang gemilang menciptakan kekhawatiran bagi Badan Intelijen NATO. Salah satu kekhawatiran Barat didasarkan pada asumsi bahwa Sukhoi ini menggunakan mesin turbofan sehingga jangkauan serangnya sangat luas.

Angkatan Udara Soviet menggunakan sejumlah Su-24 di Afganistan pada 1984, dan pesawat kembali dikerahkan ke medan tempur dalam konflik di Chechnya pada 1990-an.

Sukhoi Su-24 masih aktif digunakan di Aljazair, Angola, Azerbaijan, Belarus, Iran, Kazakhstan, Libya, Suriah, Ukraina, dan Uzbekistan, dan tentunya di Rusia. Pesawat ini juga digunakan oleh Angkatan Udara Irak.

Rusia mengoperasikan 577 pesawat tipe ini, dan 447 di antaranya digunakan oleh Angkatan Udara Rusia, sementara 130 lainnya digunakan oleh Angkatan Laut Rusia.

Pada 10 April 2014, pesawat Su-24 “menyapa” kapal penghancur baru Amerika USS Donald Cook di Laut Hitam, terbang beberapa kali di dekat pesawat tersebut dalam jarak dekat. Kapal AS bergerak di pinggiran batas perairan Rusia.

Model pesawat yang ada saat ini, Su-24M dan Su-24MK, tengah menjalankan program modernisasi dan perpanjangan usia penggunaan, termasuk pembaharuan GPS, sistem multifungsi, peta digital, serta persenjataan terbaru seperti misil udara-ke-udara R-73 (AA-11 Archer). Versi terbaru yang dirancang diberi nama Su-24M2.

Pada Desember 2014, Kementerian Pertahanan Inggris meninjau rencana pertahanan Kepulauan Falkland menyusul laporan media Inggris bahwa Rusia menawarkan Argentina untuk meminjam 12 pesawat Sukhoi Su-24 sebagai ganti impor makanan seperti daging sapi dan gandum. Tabloid harian Inggris The Sun melaporkan bahwa ini adalah bagian dari rencana Argentina untuk merebut kepulauan tersebut dengan dukungan Rusia. Pemerintah Argentina merespon bahwa mereka tak pernah mempertimbangkan' kemungkinan peminjaman pesawat Rusia.

  RBTH  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.