Sabtu, 12 September 2015

Pangdam Minta Tentara PNG Segera Bebaskan Sandera Dua WNI

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian meminta tentara Papua Niugini (PNG Defence Force/PNG DF) segera membebaskan kedua WNI yang disandera di wilayah PNG.

"Kami terus melakukan pendekatan dengan tentara PNG dibantu Konsulat RI di Vanimo," kata Pangdam Cenderawasih di Jayapura, Sabtu (12/9/2015), seperti dikutip Antara.

Hinsa mengatakan, pihaknya sudah meminta tentara PNG membebaskan kedua sandera sesegera mungkin dengan mengutamakan keselamatan mereka. Hingga kini belum ada permintaan dari kelompok yang menyandera kedua WNI.

Penyanderaan dilakukan sejak Rabu (9/9). Kedua WNI yang disandera saat ini ditawan di Kampung Skouwtiau Papua Nugini (PNG). Kampung Skoutiau merupakan salah satu kampung yang berada di perbatasan RI-PNG.

Selain menyandera kedua WNI, kelompok bersenjata itu juga menembak warga sipil lainnya, yakni Kuba, yang sedang memotong kayu di kampung Skopro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom.

Kuba yang mengalami luka tembak dan panah masih dirawat di RS Bhayangkari.

  Kompas  

KASAU Tinjau Latihan Angkasa Yudha 2015

http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2013--11--89088-latihan-angkasa-yudha-2013-lanud-ranai-pusat.jpgIlustrasi Latihan Angkasa Yudha 2013

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna didampingi oleh Irjenau, Koorsahli, para Asisten Kasau serta Panglima Koopsau dan Pangkohanudnas meninjau langsung kegiatan latihan Angkasa Yudha 2015 yang dilaksanakan di Gedung Leo Wattimena Seskoau Lembang Bandung Barat.

Dalam arahannya secara langsung di depan para pelaku maupun wasdal yang terlibat didalam latihan Kasau mengatakan secara umum skenario latihan sudah berjalan dengan baik namun perlu adanya kesamaan persepsi tentang apa itu Operasi Udara Strategis, menurut Kasau Operasi udara strategis adalah operasi yang dilaksanakan di daerah atau di negara musuh dengan perintah dari Presiden langsung dan di sahkan oleh DPR dengan tujuan untuk membatalkan niat negara musuh untuk berperang. Dengan kerja Intelijen maka dihasilkan evaluasi dan data analisis intelijen untuk menentukan Center of Gravity negara musuh.

Selanjutnya Kasau menekankan bila Center of Gravity negara musuh dapat dihancurkan maka moral musuh akan mengalami kemerosotan sehingga efek yang ditimbullkan adalah tidak adanya perang, namun operasi udara strategis dapat gagal apabila data intelijen yang diberikan salah dalam menentukan Center of gravity negara musuh atau operasi udara strategisnya sendiri yang bisa dikatakan gagal. Langkah berikutnya menurut Kasau billa Operasi Udara strategis gagal maka operasi yang dillaksanakan adalah operasi lawan udara ofensif bila itupun dapat dihambat oleh musuh maka akan dilaksanakan operasi pertahanan udara dan operasi dukungan udara karena musuh sudah masuk ke dalam area negara kita.

  TNI AU  

[World] Helikopter Siluman Generasi Keempat China

Dalam pembangunan [wikipedia]
Perusahaan industri aviasi China (AVIC) telah memulai pembangunan helikopter dengan kemampuan 'siluman' generasi keempat; yang mampu 'memberikan fitur manuver hebat, kehandalan dalam penerbangan dan kemampuan operasi bersama' dan akan masuk dalam tugas pada tahun 2020.

Kontraktor pertahanan negara memberikan informasi dalam bentuk brosur yang dibagikan ke media dalam pameran Expo Helikopter di Tianjin, menurut laporan koran setempat.

Perusahaan tidak menjelaskan secara detil. Tetapi penampakan helikopter dalam pameran memberikan gambaran kemampuan dalam bentuk siluman dan akan menambah kekuatan darat pasukan PLA, ungkap wartawan yang meliput di pameran.
Harbin Z-19 China [wikipedia]
"Ini merupakan tren baru, dimana pasukan darat akan tergantung dengan helikopter, karena kemampuan mereka dalam memberikan serangan dan membawa kargo dibandingkan dengan kendaraan militer. dan juga bisa memberikan pengiriman supply ke medan tempur terdepan," tambahnya.

Fitur helikopter baru akan mampu bermanuver ekstrim dalam suasana yang rumit, mampu bertahan dan kemampuan operasi bersama, ungkap  Wu Ximing, kepala desain helikopter.

AVIC juga dalam pengerjaan helikopter pengangkut kelas medium, yang tampil perdana pada tahun 2013.
Helikopter Z-9WA [wikipedia] ☠ 
Helikopter Z-20 merupakan helikopter pengangkut serbaguna yang kedepan akan mempermudah operasi yang dijalankan Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.

Desainer helikopter China juga dalam pengembangan helikopter cepat yang mampu dipacu dengan kecepatan 700 km/jam, ungkap AVIC.

China sekarang telah mempunyai generasi kedua helikopter WZ-9, dan generasi ketiga helikopter WZ-10 dan WZ-19, dalam armada tempur mereka. Dimana kemampuannya difokuskan pada peperangan antitank dan misi udara membantu pasukan darat, juga kemampuan perang diudara. [sputniknews]


  Garuda Militer  

[World] Maroko dan Myanmar belanja BMP IFV Rusia

Perusahaan Rusia, Tractor Plants mendapat pesanan kendaraan tempur BMP-3 dari Myanmar dan Maroko. © Sputnik/ Anton Denisov

M
aroko dan Myanmar akan mendapatkan sekitar 60 unit kendaraan tempur jenis BMP3 dari Rusia, diberitakan media hari Jumat kemarin.

"Hari ini, kami menerima pesanan pengadaan ranpur BMP3 dari Myanmar dan Maroko. Saya tidak bisa beritahu jumlahnya tapi kami membicarakan pengadaan untuk 2 batalion" ungkap juru bicara perusahaan kepada RIA Novosti.

Juru bicara perusahaan mengatakan bahwa Myanmar menginginkan ranpur jenis BMP3F yang mampu bermanuver di laut.

Tractor Plants merupakan salah satu perusahaan Rusia yang telah menjual berbagai kendaraan tempur untuk domestik maupun ekspor ke luar negeri. [sputniknews]

  Garuda Militer  

[World] Menunggu Bomber Baru AS

Misteri Yang Belum Terungkap http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/01/bomber-baru.jpgSelama berbulan-bulan industri pertahanan telah disandera, mengawasi dengan cermat keputusan Pentagon yang akan membentuk dunia kedirgantaraan selama beberapa dekade yang akan datang.

Angkatan Udara siap untuk mengumumkan siapa yang akan membangun bomber generasi berikutnya, dan kompetisi tajam. Kedua tim merupakan tiga dari lima kontraktor pertahanan terbaik di negara ini yakni Northrop Grumman, yang membangun B-2 stealth bomber, dan Boeing yang bekerja sama dengan Lockheed Martin. Sebuah kontrak rencananya akan diputuskan di musim panas tetapi kabar beredar akan mundur Oktober.

Informasi baru pekan lalu mengungkapkan apa yang menyebabkan pengunduran jadwal ini. Angkatan Udara menyebut ini sebagai akuisi yang tidak biasa yang dipimpin oleh kantor bayangan, untuk mendapatkan pembom terbaik. Sementara itu, desain bersaing yang dibangun akan jauh berbeda dari yang sebelumnya dikenal dan hampir belum pernah ada sebelumnya.

Program Long Range Strike Bomber (LRS-B) tetap diselimuti misteri, namun berbagai kabar menyiratkan gambaran yang lebih jelas dari bomber masa depan tersebut. Yang jelas pesawat ini harus lebih siluman dari B-2 dengan kemampuan yang akan memproyeksikan kekuatan dan mencegah ancaman hingga abad ke-21. Pesawat juga harus mampu membawa senjata nuklir konvensional dan opsional diawaki. Kemampuan operasional awal dijadwalkan akan didapat pada pertengahan 2020, dengan sertifikasi nuklir yang direncanakan dua tahun setelah itu.

Angkatan Udara telah mulai mengungkapkan rincian tambahan. Pada pertemuan 1 September, sejumlah pejabat mengkonfirmasi bahwa mereka memiliki dua desain yang kuat.

Tantangan berikutnya adalah mengintegrasikan teknologi terkini. Mereka menunjuk integrasi mesin dan penempatan antena ke badan pesawat sebagai daerah potensi risiko, menurut salah satu sumber yang hadir. Para pejabat tampaknya tidak merinci tetapi kemungkinan khawatir komponen ini, yang biasanya mengeluarkan sinyal yang bisa merusak sifat siluman pesawat.

Angkatan Udara belum mengungkapkan secara konkrit terkait kisaran pesawat, payload atau ukuran. Pembom adalah pesawat yang secara tradisional besar dengan jangkauan lebih lama tanpa pengisian bahan bakar di udara dibandingkan pesawat tempur yang memungkinkan untuk melakukan serangan cepat pada target di seluruh dunia.

Tetapi dengan kemajuan teknologi pengisian bahan bakar udara saat ini apakah bomber baru benar-benar membutuhkan jarak jauh tanpa mengisi bahan bakar di jalan? Akankah pesawat lebih besar dari B-2 yang mampu membawa muatan lebih dari 300.000 pound? Dan berapa kemampuan rentang pesawat? semua masih misteri.

Pensiunan Angkatan Udara Letnan Jenderal David Deptula, mantan wakil kepala staf untuk ISR, mengatakan ia melihat LRS-B nantinya akan memiliki radius jangkauan unrefueled 2.500 mil laut. “Ini memberikan kemampuan jangkauan yang cukup untuk melawan salah satu kemampuan anti-akses yang muncul dari Rusia atau Cina,” kata Deptula.

Sumber dalam pertemuan itu mengatakan terkait ukuran dia menunjukkan desain ukuran UCLASS terlalu kecil dan B-2 terlalu besar. Biaya juga bisa membatasi ukuran pesawat.

Pengujian lanjutan, yang tidak biasa ini di awal proses akuisisi, adalah karena program bomber sedang ditangani oleh Rapid Capabilities Office (RCO), sebuah kelompok kecil di dalam Angkatan Udara yang menangani program rahasia. Seperti namanya, RCO mengikuti jalan akuisisi yang berbeda dari yang ada, dengan lebih banyak kebebasan dalam pengadaan teknologi.

Para pejabat juga mengungkapkan rincian tentang roadmap pengadaan selama briefing. Akuisisi awal akan berlangsung di lima tingkat produksi tingkat rendah berjumlah sekitar 20 pesawat, dan dua sampai tiga pesawat uji akan mendahului produksi. Target harga adalah US$ 550 juta angka yang dinilai sulit untuk dicapai oleh kontraktor.

Untuk membantu mencapai titik harga, Angkatan Udara sedang mencari untuk menarik teknologi yang tersedia daripada meluncurkan perkembangan baru. Pada saat yang sama, Angkatan Udara akan menggunakan pendekatan arsitektur terbuka, mirip dengan yang dilakukan pada program F-22, U-2 dan B-2, untuk merancang pesawat yang dapat dengan mudah ditingkatkan dengan teknologi baru seumur hidup.

Tapi kredibilitas Angkatan Udara baru saja tercoreng karena mereka melakukan kesalahan perhitungan anggaran sehingga biaya naik tajam. Anggota Kongres, termasuk Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat John McCain, telah menyuarakan keprihatinan atas kesalahan tersebut.

Angkatan Udara mengatakan itu menargetkan jalur produksi dari 80 hingga 100 pesawat untuk menggantikan B-52 dan B-1, yang direncanakan akan pensiun pada 2040 atau 2044 dengan perawatan yang tepat. Tetapi dengan usia pesawat yang sudah tua akan semakin sulit dan mahal untuk memastikan mereka dapat melaksanakan misi mereka.
Hidup Mati Boeing dan Northrophttp://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/04/bomber-lockheed.jpgKonsep bomber jarak jauh Lockheed Martin

Apa pun hasilnya, keputusan nanti akan membawa implikasi dramatis bagi industri. Jika Northrop menang, Boeing berpotensi keluar dari pasar manufaktur pesawat tempur. Sebagian besar produk perusahaan adalah turunan komersial, seperti tanker KC-46A, dan dua sisanya garis pesawat militernya yang akan berakhir. Yang terakhir F / A-18 akan dikirimkan pada tahun 2018, dan F-15 terakhir akan dikirimkan pada awal 2019. Setelah itu, fasilitas St. Louis akan ditutup.

Boeing harus memenangkan LRS-B untuk bisa bertahan hidup cukup lama dan bersaing pada program pesawat tempur generasi keenam. Analis Teal Grup, Richard Aboulafia mengatakan memenangkan kontrak untuk membangun armada baru Angkatan Udara bisa menjaga St. Louis bertahan.

Angkatan Laut bisa memilih untuk memperpanjang F / A-18 selama 10 tahun, disarankan Jerry Hendrix, rekan senior dengan Pusat Keamanan Amerika Baru. Untuk St. Louis, ini bisa menjembatani kesenjangan antara jet tempur yang ada sekarang ini dengan generasi keenam.

Di sisi lain, jika Boeing menang, investor Northrop mungkin mendorong untuk memecah perusahaan. Northrop memiliki saham di beberapa program akuisisi pesawat militer besar, termasuk F-35, tetapi tidak begitu mantap.

Skenario lain yang potensial jika Northrop menang: Boeing mencoba untuk membeli Unit kedirgantaraan Northrop. Setelah Northrop menyelesaikan desain LRS-B maka divestasi bisnis kepada pihak lain mungkin masuk akal untuk investor.

Sebaliknya, beberapa analis mengatakan keputusan LRS-B tidak akan menyebabkan gelombang kejutan langsung di seluruh industri. Tidak peduli siapa yang menang, tim yang kalah tidak mungkin menutup usaha dan keluar dari bisnis merancang dan memproduksi pesawat tempur. Hal itu diungkapkan Byron Callan, analis Capital Alpha Partners. Dia mencatat LRS-B bukan satu-satunya program pesawat. Ada UCLASS, TX dan program jet tempur generasi keenam yang sudah dalam pipa rencana.

Dia menegaskan tidak ada satu pun dari perusahaan yang membutuhkan kemenangan LRS-B untuk bisa bertahan dalam bisnis ini.

Saya juga meragukan bahwa Pentagon akan menyetujui Lockheed Martin atau Boeing membeli usaha dari Northrop Grumman Aerospace,” kata Callan. “Mereka mendapatkan keuntungan dari persaingan di LRS-B, dan saya pikir mereka pasti ingin mempertahankan manfaat kompetisi pada beberapa program ke depan.

Namun, analis menilai basis industri pertahanan juga akan menjadi dasar dasar keputusan akhir. Artinya jangan sampai seluruh senjata Angkatan Udara hanya terfokus pada satu kontraktor saja. Dan jika dasar ini digunakan maka Northrop bisa mendapat keuntungan karena kemenangan Northrop akan menjadikan kekuatan industri Angkatan Udara berada di tiga tempat prioritas – Lockheed Martin F-35, tanker Boeing dan bomber baru ke dalam tiga kontraktor. Sebaliknya, jika Lockheed-Boeing yang memang maka Lockheed pada dasarnya mengontrol semua produksi tempur penerbangan Angkatan Udara.

Tapi Mark Gunzinger, anggota senior di Pusat Pengkajian Strategis dan Anggaran, mengatakan tidak mungkin Angkatan Udara akan membuat keputusan berdasarkan basis industri “Saya berpikir keseimbangan basis industri merupakan faktor penting,” kata Gunzinger. “Tetapi saya tidak berpikir mereka akan membuat keputusan tentang kemampuan ini didasarkan pada basis industri.
Dibayangi Proteshttp://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/04/bomber-21-e1430298122167.jpgMengingat pentingnya LRS-B untuk masa depan Northrop dan Boeing maka keputusan ini nanti tidak akan lepas dari protes. Angkatan Udara adalah melakukan semua yang bisa dilakukan untuk melindungi kontrak dari protes, yang tidak hanya bisa menunda program, tetapi juga memunculkan kabar jelek tentang pesawat itu nanti.

Namun, beberapa orang mengatakan Angkatan Udara mungkin tidak perlu khawatir. Hendrix dan Aboulafia mengatakan protes akan sangat sulit dilakukan karena sifat program yang sangat rahasia.

Northrop dan Boeing-Lockheed telah tutup mulut tentang penawaran mereka serta rencana kontingensi, dengan Boeing-Lockheed mengutip Angkatan Udara ingin menjaga program tetap rahasia.

Boeing dan Lockheed Martin telah memproduksi dan menjadi pendukung penting dalam kemampuan udara Amerika,” kata juru bicara Penaton. “Kami percaya bahwa semua keahlian dalam desain, produksi dan dukungan akan membuat LRS-B sukses, dari hari pertama sampai akhir kehidupan pelayanannya beberapa dekade dari sekarang.

Akhirnya, banyak pihak yang terus menunggu kehadiran secara jelas dari bomber masa depan Amerika ini. Dan sepertinya publik juga harus sangat bersabar mengingat sifatnya yang sangat rahasia, maka semua yang terkait dengan program ini akan tetap diselimuti misteri. Bahkan mungkin hingga nanti ketika pesawat sudah terbang dan beroperasi. [Defense News]

  Jejaktapak  

[Foto] Frigat Siluman Myanmar

Buatan galangan kapal lokal
Kapal pertama buatan dalam negeri berhasil di produksi Rangoon Naval Shipyard, Tanpa banyak berita, Myanmar menciptakan kapal frigat siluman pertama. Kapal dengan nomor lambung F12 UMS Kyansittha ini menggunakan hull kapal frigat F11 Aungzeya yang diproduksi tahun 2008.  [Myanmar Navy]

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4IVIMOsY-hEO9IhH8B0v8xU6pHzUBqtPprcq0Cyi5F-tHUrVsJpbGV0y61WB37YCFz7xt-Zd58wUalcmYuSVnFs-bZ0Y3ET2qtGJfg6c7GFeZEV99qnuaJb51YUF-Vlqjg1j03jy1GrFN/s1600/myanmar+navy+frigate+C-802+F-12.jpg
Tak sampai 4 tahun, Myanmar berhasil membuat kapal perang frigat baru dengan fitur siluman yang mempunyai radar cross section (RCS) rendah pada akhir tahun 2012. Diprediksi kapal siluman ini menggunakan senjata yang sama dengan kapal frigat F11. [Myanmar Navy]
Kapal ketiga yang merupakan sejenis dengan kapal frigat F12 berhasil di produksi tahun 2014. F14 diberinama seorang raja yang populer dimasa lalu, UMS Sin Phyu Shin. Kapal dengan panjang 108 meter ini menggunakan alutsista produksi Rusia dan China. [Myanmar Navy]
Burma Navy Stealth friagte F14
Kapal frigat siluman ini dipersenjatai meriam kaliber 76 mm Oto Melara dan senjata automatis Ak 630 CIWS sebanyak 4 unit. Torpedo anti kapal selam produksi China. Perihal rudal, kapal frigat F11 dan F12 menggunakan rudal Rusia Kh35E dengan jarak jelajah 120km, sebanyak 8 unit. Sedangkan kapal dengan nomor lambung F14 menggunakan rudal China C802. [mmmilitary]
Frigat desain siluman ini mempunyai hanggar helikopter dan diberitakan media China, keberhasilan kapal ini atas bantuan China. Dengan kemampuan Angkatan Laut Myanmar menjadi Blue water navy, menjadi kekuatan baru di kawasan.

  ★ Garuda Militer  

[World] Between Su 35 and F 15

By Dave MajumdarSu 35 [marina/englishrussia]

The Boeing F-15C Eagle has been in service with the U.S. Air Force for nearly 40 years and will likely serve for decades to come. Over the years, the mighty F-15 has been upgraded to keep pace with evolving threats, but does the venerable Eagle still have what it takes to dominate the skies?

The answer is yes—absolutely. The Eagle may be old, but it’s still one of the best air superiority fighters flying. The only operational aircraft that is definitively superior to the F-15 in most respects is the Lockheed Martin F-22 Raptor—other machines have the edge in certain aspects, but the F-15C is still competitive overall despite what the business development departments at various rival contractors might say.

Perhaps the most advanced threat the F-15 is likely to encounter is the Russian-built Sukhoi Su-35 Flanker-E. While there are more advanced threats in development, those aircraft are likely to be too expensive to ever become commonplace. The Su-35 isn’t the most common potential threat out there, but there is a good chance it will proliferate. Indonesia has reportedly decided to purchase the Su-35, and we know that the Chinese have had discussions about a potential purchase.

The Su-35 is a genuinely dangerous war machine, and in many metrics, it matches or even exceeds the capabilities of the latest upgrades for the F-15. In terms of pure kinematic performance, the Su-35 is slightly slower than the F-15C in terms of max speed but it can out accelerate the Eagle with its powerful twin Saturn Izdeliye 117S engines, which put out 31,900lbs of thrust each. Further, when the jet is relatively lightly loaded, it can maintain supersonic speeds without the use of its afterburners.

While excellent acceleration at high altitude to supersonic speeds is a huge advantage, the F-15C is no slouch—and it wouldn’t be a decisive edge for the Russian jet. However, where the Su-35 does have an insurmountable edge is at low speeds. The Flanker-E has three-dimensional thrust vectoring and is unbelievably maneuverable at low speeds. However, given the advent of helmet mounted cuing systems and high off-boresight missiles like the AIM-9X and Russian R-73, more often than not, close in visual encounters tend to be “mutual kill” situations as many pilots can attest. A lot of it is going to come down to pilot skill and, frankly, luck.

At longer ranges, the F-15C and the F-15E still have the advantage over the Su-35 with their active electronically scanned array radars. The Raytheon APG-63 (v) 3 and APG-82 (v)1 on the two Eagle variants are still considerably superior to the Su-35S’ Tikhomirov IRBIS-E phased array radar. The Su-35 does hold a fleeting advantage for now for passive sensors since it has a built-in infrared search and track system (IRST), but the F-15 fleet will receive a very capable IRST in the near future—nullifying the Flanker’s edge.

One area the Flanker-E probably holds the edge is with its electronic warfare suite. The Su-35S boasts a potent digital radio frequency memory jamming suite that can wreck havoc with the AIM-120 AMRAAM missile. While American missiles are likely to eventually make it through, it will take many more missiles to achieve a kill than planners were counting on. The Su-35, meanwhile, carries a huge arsenal of air-to-air missiles versus the F-15 fleet’s obsolete defensive electronics. The U.S. Air Force is keenly aware of the problem, which is why it places such emphasis of on the $7.6 billion Eagle Passive/Active Warning and Survivability System upgrade.

The real dilemma is that the Su-35 and the current day F-15 Eagle are comparable—and that’s what is worrisome for the U.S. Air Force. The service is used to fighting adversaries where it has a huge technological advantage—against the Su-35 that deficit does not exist and the Flanker-E even has some advantages over the Eagle. Overall, if all things were equal, even a fully upgraded F-15C with the latest AESA upgrades would have its hands full versus the Su-35. But that would mean the United States would be fighting a war against Russia or some other great power—like China. That’s not likely to happen.

More likely to happen is that a F-15 would run into a Su-35 operated by some Third World despot. The pilots are not likely to have the training, tactics or experience to fight against an American aviator with a realistic chance of winning. Further, Russian jets are not exactly known for their reliability, combine that with poorly trained maintenance crews and lack of spare parts, some random Third World power is not likely to be able generate a fully operational jet much of the time. Furthermore, other than Russia and China, a potential adversary is not likely to have an AWACS or full ground controlled intercept capabilities—which further hampers the enemy.

Bottom line: unless the F-15 is fighting World War III, the Air Force is probably going to be ok keeping the Eagle in service for another two decades. It might not be the one-sided turkey-shoot the Air Force has gotten used to, but the United States isn’t in danger of losing air superiority.

   National interest  

Jumat, 11 September 2015

Menginjak Usia 70

TNI AL Terus Dihadapkan dalam Upaya Pencapaian Poros MaritimHUT TNI AL ke 70 di Surabaya [pr1v4t33r]

Memperingati hari jadinya yang ke-70, TNI AL senantiasa berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim dan dihadapkan dengan masalah-masalah kekinian dalam pencapaian tersebut. Sebut saja dalam upaya pemberantasan perompak yang berbalut Transnational Crime, Dwelling Time, Illegal Fishing hingga masalah budaya maritim, matra TNI bermotto Jalesveva Jayamahe ini turut terlibat di dalamnya.

Peringatan yang berlangsung di setiap Komando Utama (Kotama) TNI AL tentunya akan membawa semangat tersendiri dalam menjalankan arahan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi sebagai upaya perwujudan poros maritim dunia.

Dengan tema HUT TNI AL kali ini yang berbunyi “Dengan Semangat Nilai Trisila TNI AL, Kita Bertekad Membangun Kekuatan Yang Berkelas Dunia, Dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”, seakan menjadi energi baru baik bagi setiap personel TNI AL maupun bagi seluruh rakyat Indonesia yang tengah merindukan negara maritim yang digdaya dan disegani.

Di Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), peringatan HUT ke-70 TNI AL dilaksanakan dalam suatu upacara peringatan di Lapangan Arafuru, Markas Komando (Mako) Koarmabar, Jakarta Pusat, Kamis (10/9). Bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) ialahKolonel Laut (P) Erman Syafril yang sehari-hari menjabat sebagai Irarmabar.

Dalam amanatnya, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi yang dibacakan Irup mengatakan bahwa perlunya mengingat kembali sejarah dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut pada tanggal 10 Septembar 1945 oleh Administrasi Kabinet awal Soekarno yang menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan Laut di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selanjutnya, dengan terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) maka BKR Laut bertransformasi menjadi TKR Laut, yang kemudian lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Lebih lanjut Kasal menyampaikan, pada peringatan HUT TNI AL ini perlunya merenungkan apa yang telah kita berikan kepada bangsa dan negara. Bila dibandingkan dengan para pahlawan, maka perjuangan sekarang ini tidak seberat masa itu, sehingga teladan para pahlawan dapat dijadikan pendorong semangat untuk memberikan pengabdian yang terbaik.

Selanjutnya Kasal menyampaikan bahwa perkembangan kemaritiman di Indonesia saat ini telah memasuki babak baru dengan hadirnya pemimpin yang berwawasan maritim dengan mengusung cita-cita besar mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Pembangunan yang prospektif ini akan dapat berjalan dengan sukses apabila didukung dengan pertahanan dan keamanan yang tangguh. Dengan demikian, peranan TNI AL sebagai komponen pertahanan laut wajib menjalankan tugasnya untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahan keutuhan NKRI serta menjaga keselamatan segenap bangsa.

Presiden RI Joko Widodo, pada sidang KTT Asia Timur tahun 2014 telah menyampaikan pidato yang berisi lima pilar poros maritim dunia, dengan esensi yaitu budaya maritim, sumber daya laut, insfrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim serta pertahanan maritim. Kelima pilar tersebut menjadi perhatian TNI AL untuk dapat mewujudkannya yaitu membangun kekuatan pertahanan maritim.

Namun, bukan hanya pilar pertahanan maritim saja melainkan pilar-pilar lainnya TNI AL turut terlibat dalam pencapaiannya kala bersinergi dengan instansi-instansi lain dalam konteks gotong royong atau “Bersama-sama kita ke laut”, seperti dalam bait terakhir lagi ‘Nenek Moyangku Seorang Pelaut’.

 Peringatan di Kolinlamil 
Sementara di Kolinlamil, peringatan HUT ke-70 TNI Angkatan Laut dilakukan di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Kamis (10/9). Bertindak sebagai Inspektur Upacara Kepala Staf Kolinlamil Laksma TNI Pulung Prambudi dan Komandan Upacara Letkol Laut (P) Desmon Hermono Kusumo yang sehari-hari berdinas di Staf Perencanaan dan Anggaran (Srena) Kolinlamil.

Kepala Staf Kolinlamil Laksma TNI Pulung Prambudi yang membacakan amanat Kasal menyampaikan bahwa keberhasilan yang telah dicapai TNI Angkatan Laut sejak berdiri hingga kini, merupakan hasil jalan panjang perjuangan yang tidak terlepas dari pengorbanan serta pengabdian para pendahulu kita dan tidak boleh disia-siakan. Untuk itu TNI Angkatan Laut harus tetap meningkatkan profesionalismenya, agar dapat memenuhi tuntutan dan tantangan tugas yang diamanatkan rakyat serta bangsa Indonesia.

Lebih lanjut dikatakan, 10 September memiliki arti sangat penting bagi perkembangan TNI Angkatan Laut, karena berdasarkan fakta sejarah pada tanggal tersebut merupakan tonggak awal lahir dan berdirinya TNI Angkatan Laut.

Dikatakan juga, sejalan dengan visi pemerintah tentang Indonesia sebagai poros maritim dunia, yaitu lima pilar poros maritim dunia, dengan esensi budaya maritim, sumber daya laut, infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, serta pertahanan maritim. Kelima pilar tersebut, menjadi perhatian TNI Angkatan Laut untuk dapat mewujudkannya yaitu dalam membangun kekuatan pertahanan maritim. TNI Angkatan Laut harus meningkatkan kekuatan dan kemampuannya dengan melaksanakan pembangunan dan pembinaan secara terus menerus agar dapat menjamin stabilitas keamanan maritim, baik di wilayah perairan yurisdiksi nasional indonesia maupun di kawasan.

Disampaikan pula hal-hal yang menjadi beberapa misi dan harus dipedomani oleh semua jajaran TNI Angkatan Laut, diantaranya, tingkatkan kualitas diri sebagai prajurit matra laut yang bermoral, profesional dan berdedikasi tinggi, taati hukum dan perundang-undangan serta hak asasi manusia, melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, disertai kerelaan berkorban, integritas yang tinggi dan tulus ikhlas.

Pelihara alutsista yang dipercayakan negara dengan baik, agar tetap dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas secara optimal, dan utamakan prinsip zero accident serta terapkan risk management pada setiap pelaksanaan tugas. Serta tingkatkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap perkembangan lingkungan strategis yang selalu bergerak dinamis, agar kita bertindak proaktif dalam mengatasi setiap permasalahan yang dapat merugikan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara,” pesan Kaskolinlamil.

Pasukan upacara terdiri dari kompi perwira menengah, kompi perwira pertama dan kowal, kompi bintara dan kompi tamtama serta PNS itu berdiri dengan latar belakang kapal-kapal perang kebanggaan dibawah pembinaan Komando Lintas Laut Militer diantaranya, KRI Tanjung Nusanive-973, KRI Tanjung Kambani-971, KRI Mentawai-959 dan KRI Karimata-960.

Tampak Hadir pula dalam upacara tersebut, para Asisten Pangkolinlamil, Kadis Kolinlamil serta Komandan KRI di lingkungan Kolinlamil.

   JMOL  

Berantas Perompak di Selat Malaka, Akhirnya AL Negeri Jiran Belajar dengan TNI AL

Saat pertemuan antara Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguskamlaarmabar) Laksamana Pertama TNI Abdul Rasyid K dengan Komandan Pasukan Khas Laut (Paskal) Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) Laksma Dato’ Saifudin Bin Kamarudin, di Markas Komando Guskamla Koarmabar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (9/9) lalu, ternyata Angkatan Laut Malaysia berniat belajar dengan TNI AL khususnya Koarmabar dalam hal penanganan perompak di Selat Malaka.

Selain bertujuan untuk mempererat hubungan kerjasama antara Paskal TLDM dengan Guskamla Koarmabar kunjungan itu juga untuk mengetahui mekanisme menejemen Western Fleet Quick Response (WFQR) serta kerjasama di bidang penanganan perompakan yang nantinya akan diterapkan dalam penempatan personel Paskal TLDM di Tanjung Penggalis (Johor).

Hal itu pun berkaitan dengan perompakan di Selat Malaka yang melibatkan beberapa negara, atau disebut Transnational Crime. Baik pelaku maupun korban, melibatkan antara kedua negara (Malaysia dan Indonesia) yang sama-sama memiliki hak serta kewajiban di Selat Malaka.

Tidak heran bila Angkatan Laut Negeri Jiran tersebut belajar dengan Tim WFQR Koarmabar mengingat prestasi dari tim yang dibentuk oleh Pangarmabar Laksda TNI A. Taufiq R itu terbilang cukup sukses saat membongkar jaringan internasional terkait kasus perompakan yang meresahkan pengguna Selat Malaka.

Dalam acara tersebut, Komandan Paskal TLDM juga berkesempatan meninjau ke Sekupang dalam rangka melihat sarana dan personel Tim Mobile WFQR-IV di pelabuhan umum Sekupang, Batam. Rangkaian acara diakhiri dengan tukar menukar cinderamata dan foto bersama.

   JMOL  

TNI Ingin Beli Pesawat Pemadam Kebakaran Hutan

Pesawat Beriev Be-200 [02varvara]

Kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera membuat prihatin TNI. Oleh karena itu, TNI berencana membeli pesawat yang memiliki kemampuan membawa ribuan liter air untuk memadamkan api di titik sumber terjadinya kebakaran.

"Kami sudah rencanakan pesawat yang bisa dijadikan water tractor. Bisa ambil air dan dimuntahkan ke daerah kebakaran," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/9/2015).

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsma Dwi Badarmanto mengamini keinginan TNI untuk membeli pesawat untuk menangani kebakaran hutan.

Kendati demikian, Badarmanto mengaku belum mengetahui jenis dan spesifikasi pesawat yang akan dibeli itu.

"Belum tahu jenisnya tapi kami ingin yang terbaik," katanya.

   sindonews