Sabtu, 16 Januari 2016

Mari Menggambar

Ilustrasi kapal perang IndonesiaKapal Patroli Bea Cukai BC 60002, merupakan kapal dengan desain yang cantik produksi galangan kapal Surabaya.

Melihat kebutuhan armada kapal perang kedepan, TNI AL telah memberitakan akan memesan beberapa jenis kapal yang akan di bangun dalam rencana MEF jilid II.

Diantaranya ada kapal OPV (Offshore Patrol Vessel) sebanyak 2 unit, Kapal Rumah Sakit sekelas KRI Dr Suharso juga diberitakan akan dibangun 2 unit dan tentunya kapal lainnya seperti penambahan kapal light frigate PKR 10514 yang sempat direncanakan menjadi 6/10 unit, masih di bangun PT PAL Indonesia.

Selain kapal yang sudah diberitakan diatas, juga kemaren Inhan bersama industri pertahanan Denmark telah mendiskusikan peluang pengadaan kapal perang bersama berserta peralatan tempurnya termasuk radar.

Melihat kebutuhan TNI AL kedepan, Indonesia memerlukan banyak kapal perang untuk menjaga perairan nusantara yang luas. Semua perlahan akan bisa terpenuhi dengan perencanaan yang baik, karena bila langsung serta merta membeli, selain biayanya akan sangat besar, semuanya juga tidak akan cepat bisa langsung ada bilamana dibutuhkan.

Seperti diberitakan di media, bahwa anggaran pertahanan Indonesia masih jauh dari kata ideal, sehingga perlu perencanaan yang baik, sehingga kebutuhan MEF II dapat terpenuhi. Selain itu, Indonesia juga sudah mencanangkan untuk mandiri, sehingga pembelian kedepan harus ada unsur pembelajaran atau bahasa gaulnya ToT, yang nantinya perlahan kita akan mampu untuk memproduksi alutsista rasa nusantara dengan kreasi anak bangsa yang bisa diandalkan di masa depan.

Berikut ini hanya beberapa gambar desain kapal perang yang bisa dikembangkan galangan kapal Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kapal perang Indonesia.

 KCR/ OPV 60 Multirole 
Ilustrasi pengembangan kapal KCR dan OPV 60m produksi galangan kapal lokal Indonesia [GM]

Bila melihat desain kapal KCR 60m produksi PT PAL, terlihat desainnya masih bisa dikembangkan menjadi kapal perang multirole.

Berdasarkan desain FPB 57 produksi PT PAL yang mencapai belasan unit dari beberapa tipe, sehingga KCR 60 masih bisa dikembangkan menjadi beberapa jenis untuk keperluan TNI AL.

Gambar desain diatas hanya sebagai contoh pengembangan yang bisa di terapkan pada kapal produksi lokal ini.

Indonesia, selama ini terlihat suka mencoba menerapkan alutsista barat dan timur menjadi pelengkap persenjataan untuk pertahanannya. sehingga pengembangan desain menggunakan alutsista dari dua kubu diatas.

Selain melihat kualitasnya tentu di lirik biayanya yang menjadi acuan modernisasi pertahanan.

Seperti diketahui bahwa penerapan alutsista dari kedua kubu itu tidak semudah memasangnya, sehingga perlu perencanaan yang matang, sehingga dapat berguna dengan baik.

Dari gambar diatas, pengembangan yang menjadi acuan kedepan adalah menambah kecepatan menjadi 23/28/32 knots.  Menambah kecepatan kapal jenis ini sepertinya mutlak, karena kapal ini disebut KCR (Kapal Cepat Rudal). Karena disiapkan sebagai pengacau armada kapal musuh, sehingga memerlukan kecepatan dengan teori hit n run.

Selain itu untuk menambah kemampuannya di perairan, dibutuhkan kapal yang mampu di landasi helikopter. Diharapkan helikopter kelas medium, sehingga helikopter Panther yang akan datang mampu hinggap diatas kapal jenis ini.

 OPV 60 Multirole 

Selain itu, baru-baru ini TNI AL mengumumkan akan pengadaan kapal jenis OPV (Offshore Patrol Vessel). Belum diketahui pasti apakah TNI AL akan menggandeng industri galangan kapal luar atau memaksimalkan galangan kapal lokal. TNI AL menyatakan setidaknya 2 unit akan di bangun dalam perencanaan MEF II.

Melihat kebutuhan diatas, pakar ahli gambar abal-abal GM mendesain kapal asal jadi dari desain kapal patroli terbaru Bea & Cukai (BC60002). Karena bentuknya yang kurang kekinian, maka di desain kapal sejenis menyerupai kapal OPV besutan Damen, dengan menambahkan tempat untuk menjadi landasan helikopter diatas bagian belakang kapal.

Selain itu penempatan kapal bantu RHIB juga dibenamkan dibawah kapal sehingga kapal menjadi lebih leluasa dan efisien. Peluncuran kapal karet RHIB ini dapat melalui alat bantu derek atau meluncur dari dari belakang kapal, namun bila penempatan kapal dibelakang, perubahan menjadi banyak, karena harus menyesuaikan dengan mesin kapal pendorong.

Senjata pamungkas kapal KCR dan OPV dengan panjang sekitar 60 meter ini di desain menggunakan meriam kaliber 57 mm dengan kubah siluman. Dan senjata mesin anti serangan udara kaliber 20/30 mm sebanyak 2 unit di posisi tengah kapal, bila dana mencukupi disarankan untuk menggunakan senjata CIWS produk China Ak 630. Dan salah satunya juga dapat menggunakan senjata VLS sejenis MICA di tengah kapal, namun apakah TNI AL bersedia?, karena biaya kapal akan menjadi mahal tapi berotot.

 LPD 125 Kapal Rumah Sakit 
Ilustrasi pengembangan LPD produksi PAL Indonesia [GM]

Kemarin tanggal 15 Januari, KSAL mengumumkan bahwa TNI AL akan memesan 2 unit kapal LPD (Landing Platform Dock) jenis rumah sakit dari galangan kapal lokal, PT PAL Indonesia.

Pengadaan kapal ini secara logika, memang dibutuhkan Indonesia, karena seringnya bencana yang hampir tiap tahun terjadi. Bila hanya 1 unit yang siap, bisa dibayangkan betapa sibuknya TNI AL mengantisipasi musibah di seluruh tanah air ini. Belum lagi bila kapal tersebut harus masuk perbaikan, karena intensnya pemakaian.

PT PAL Indonesia sampai hari ini telah memproduksi 3 jenis LPD yang hampir sama, yakni Makasar class, Banjarmasin class dan terakhir pesanan Filipina, SSV (Strategic Sealift Vessel). Bentuk boleh kelihatan sama, namun produksinya kan berbeda, karena harus menyesuaikan fungsi dan kemampuannya.

Berikut desain LPD dengan nama Dr Cipto Mangunkusumo class merupakan perkawinan silang dari ketiga jenis kapal LPD yang di produksi PT PAL Indonesia.

Perubahan terjadi menyesuaikan kebutuhan TNI AL kedepan, dengan memaksimalkan ruang bangun di atas kapal tersebut, sehingga menjadi banyak ruang untuk komando, ataupun ruangan tempat perawatan dll.

Karena mengutip perkataan KSAL yang akan memesan 2 unit kapal sejenis Kapal rumah sakit Dr Suharso, maka di prediksikan kapal tersebut hanya mampu menampung 2 helikopter kelas medium berikut hanggarnya.

Penambahan ini bisa menjadikan TNI AL cukup ideal dalam mengantisipasi musibah atau bencana, minimal TNI AL siap mengerahkan 2 satgas secara bersamaan dalam setiap kejadian di dalam negeri tercinta ini.

Selain itu peralatan tempurnya juga perlu ditingkatkan, sehingga bila dibutuhkan, semua siap pakai, seperti alkom satelit, radar cuaca buatan LEN/LAPAN, UAV versi lokal untuk pengintaian sebelum ke lokasi. Dan bila diperlukan kapal ini bisa dirubah dalam waktu singkat menjadi kapal bantuan tempur, dengan menyediakan space buat alutsista seperti meriam kaliber 57 mm atau lebih dan persenjataan lainnya untuk anti serangan darat atau udara. Dan terakhir adalah speed, kecepatan LPD produk lokal terbilang biasa/umum kurang tenaga, bila dimungkinkan kecepatan di rancang bertambah menjadi 23 knot top speed.

 PKR rasa nusantara 
Ilustrasi pengembangan PKR produksi PAL Indonesia [GM]

PKR 10514 merupakan produksi bersama PT PAL dengan Damen, Belanda. Kapal ini kedepan menjadi andalan TNI AL menjaga kedaulatan negara.

Selain bangga dengan produk lokal, tentunya kedepan PAL Indonesia siap merancang desain kapal yang lebih berotot dari kapal dengan panjang 105 meter ini.

Salah satunya dengan bantuan Mak Erot menambah panjang menjadi 125 meter. Pilihan 125 karena LPD produksi PAL Surabaya ini mempunyai panjang yang sama. Sehingga space bertambah membuat kapal dapat di tanamkan berbagai persenjataan tempur yang pure frigate bukan sebagai light frigate.

Seperti diketahui bobot kapal juga menjadikan kapal dapat menampung alutsista atau radar yang beratnya tidak ringan. Tentu desain ini hanya goresan di atas kertas, aslinya tidak semudah menggambar desain, perlu pemikiran dan perhitungan yang ahli sehingga nantinya bila di produksi kapal menjadi andalan ketika bertugas dalam jajaran armada TNI AL.

Dengan bertambahnya panjang kapal, maka persenjataan dapat di benamkan lebih banyak, salah satunya senjata CIWS Milenium gun di belakang untuk antisipasi serangan udara dari belakang. Juga bisa ditambahkan radar yang mempunyai kapasitas besar 3D dengan jarak pemantauan jarak jauh. Disini dipilih radar SMART L karena menjadi pilihan banyak kapal frigat mancanegara dan pemakainya sampai kini terus bertambah, menandakan radar ini cukup ampuh dan bisa di pesan banyak negara. Berbeda dengan radar AEGIS yang modern bin canggih, selain biaya dan perawatan yang mahal, belum tentu juga di kasih ijin dari pembuatnya.

Demikian artikel ngalor ngidul ini, semoga dari bahasan asal diatas ada yang berguna dalam perencanaan modernisasi kapal perang Indonesia.

  Garuda Militer  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.