Kamis, 21 Januari 2016

★ PT Pindad Segera Selesaikan Tank Kerjasama Bersama Dengan Turki

Akan selesai 2017Badak Pindad

I
ndustri pertahanan dalam negeri semakin menggeliat. PT Pindad saat ini tengah menyelesaikan kendaraan tempur pesanan Turki yang dijadwalkan pada 2017 mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim.

"Program sudah kami lakukan bersama Turki sejak 2015 lalu, prototype-nya akan jadi 2017 nanti," katanya kepada wartawan di Bandung, Rabu, 20 Januari 2016.

Silmy menjelaskan, kendaraan tempur berupa medium tank tersebut dirancang dengan menyesuaikan fungsi untuk tank modern. Salah satunya adalah meriam. "Medium tank ini akan menggunakan meriam 105 mm," ujarnya.

Selain itu, bobotnya pun diklaim lebih ringan 35 ton dari tank Leopard yang bobotnya mencapai 60 ton. Silmy mengaku mendapat dorongan dari Pemerintah Indonesia untuk memproduksi medium tank. Bukan hanya itu, menurutnya pemerintah juga mendorong PT Pindad melakukan retrofit untuk tank yang sudah dimiliki TNI.

Selain menyelesaikan kerja sama dengan Turki, PT Pindad juga berencana untuk mengirimkan satu unit panser berjuluk Anoa ke Timur Tengah untuk menjalani pengujian.

"Kami memiliki potensi ekspor senilai US$ 300 juta ke negara Timur Tengah, dan kami akan menjalankan potensi tersebut selama dua tahun ke depan." (mus)

 Syarat Turki Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan dengan RI

Pemerintah Turki ingin menggandeng pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kerja sama industri pertahananan dan alat persenjataan. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian pun menyambut baik keinginan Turki. Kementerian pun meminta dua hal kepada pemerintah Turki.

"Pertama, Turki harus melibatkan industri pertahanan dalam negeri kita. Yang kedua, mesti menjalin kerja sama riset dan pengembangan," kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin, di Jakarta, Senin 18 Januari 2016.

Saleh mengatakan, pemerintah Turki harus membuktikan keseriusannya dengan mewujudkan dua hal tersebut, karena peningkatan kerja sama di bidang industri pertahanan, dan persenjataan menyangkut kepentingan nasional. Pertimbangannya, kerja sama internasional bisa memacu industri pertahanan nasional dan mendongkrak penggunaan komponen lokal.

"Sudah beberapa negara yang bekerja sama dengan industri pertahanan seperti PT Pindad, PT LEN Industri, dan PT PAL Indonesia. Itu menunjukkan kemampuan kita. Turki tahu itu dan mereka kini merapat ke Indonesia. Syaratnya, mereka harus punya konsep yang menguntungkan Indonesia," kata dia.

Saleh mengatakan, Pindad menggandeng perusahaan sistem persenjataan asal Belgia, CMI Defense dan pabrikan misil Swedia, SAAB Dynamics AB. Sedangkan untuk perawatan dan modifikasi peralatan Tentara Nasional Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Bandung, bekerja sama dengan Rheinmetall Land System (RLS) dari Jerman.

Sementara, PT PAL Indonesia melakukan produksi bersama (joint venture) dengan galangan kapal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding dalam Proyek Kapal Perusak Kawal Rudal. Selain bekerja sama industri dalam negeri, dia juga mendorong riset serta pengembangan melibatkan Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, Kementerian BUMN, dan Kementerian Pertahanan.

"Kami memang ingin menjadikan Indonesia sebagai partner di Asia Tenggara, berjangka panjang dan pada pelaksanaannya melibatkan industri domestik," kata Uruc.

Dia mengatakan, Turki mengembangkan industri pertahanan melalui Alselsan yang berada di bawah naungan Turkish Armed Forces Foundation.

Country Manager Aselsan for Business and Market Development Asia Pacific, Kagan Menekse, mengatakan Aselsan menjalankan industri mikro-elektronik, optik, transportasi, energi, radar, sistem satelit, persenjataan kapal perang hingga rudal.

"Di Indonesia, Aselsan bekerja sama dengan LEN Industri mengembangkan sistem mikro-elektronik selama empat tahun. Kami ingin memperluas di bidang lainnya. Kami berharap dukungan dan arahan Menteri Perindustrian untuk langkah ke depan," kata Menekse. Dia mengatakan perusahaan ini menjalin kerja sama dengan Pindad dalam produksi dan pengembangan jenis senjata senapan serbu dan dengan TNI Angkatan Darat berupa penyediaan radio komunikasi tempur.

Kerja sama internasional yang dilakukan Aselsan antara lain, dengan Kazakstan, Azerbaijan, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Afrika Selatan. Aktivitas riset perusahaan dilakukan bersama lebih dari 25 universitas dan melibatkan 2.395 insinyur.

Sekadar catatan, nilai penjualan alat pertahanan perusahaan ini pada 2014 mencapai US$ 1,03 miliar, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 959 juta. Produk Aselsan telah diekspor ke 48 negara senilai US$ 11, atau 22 persen dari total penjualan. (asp)

  Pindad  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.