Rabu, 24 Februari 2016

Indonesia Tak Akan Beli Alutsista Mubazir

Su 35 Rusia di Suriah [defence-blog]

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan belum berencana mengembangkan pembelian armada tempur udara baru selain delapan unit pesawat Sukhoi Su-35 dari Rusia.

Pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), menurut Ryamizard, harus diperhitungkan baik-baik dan disesuaikan dengan ancaman mutakhir yang dihadapi Indonesia, yakni teroris.

Ryamizard berkata, Indonesia tak dalam ancaman perang terbuka. Terlebih Indonesia berada di kawasan ASEAN yang minim potensi pertikaian menjurus perang.

"Jadi kita (Indonesia) tidak akan beli alutsista yang mubazir. Karena di kita tidak ada perang, beda dengan negara-negara yang memang menyiapkan itu (armada alutsista tempur dalam jumlah besar) karena memang punya musuh,” ujar Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Selasa (23/2).

Ryamizard berpendapat, pesawat tempur Sukhoi Su-35 sudah cocok untuk Indonesia.

Sebetulnya sudah luar biasa bagus, karena ancaman kita teroris,” kata jenderal purnawirawan bintang empat itu.

Alih-alih menambah alutsista besar-besaran, ujar Ryamizard, lebih baik seluruh masyarakat Indonesia mengikuti program bela negara untuk menangkal ancaman teroris, juga narkotik.

Sebelumnya, Ryamizard mengisyaratkan pemerintah RI akan segera menandatangani kontrak pembelian Sukhoi Su-35 untuk menggantikan skuadron F-5 Tiger TNI Angkatan Udara yang uzur.

Menurut Ryamizard, penandatanganan kontrak akan dilakukan di Rusia. “Nanti (teken kontrak) di Rusia. Saya kan mau ke Rusia. Ada undangan untuk seminar sekalian di sana,” kata dia belum lama ini.

Ketua Komisi Pertahanan DPR Mahfudz Siddiq menyatakan pembelian delapan unit Su-35 oleh pemerintah Indonesia tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara karena alokasi dana di APBN tak mungkin cukup.

Sumber pendanaan jelas bukan dari APBN atau Rupiah murni, tapi dari pinjaman luar negeri. Pinjaman yang didorong Komisi I adalah dari state credit,” kata politikus PKS itu.

State credit yang didorong Komisi I ialah dari Rusia sendiri selaku negara produsen Sukhoi. Rusia sebelumnya pernah memberikan fasilitas kredit kepada Indonesia dalam alutsista RI untuk memenuhi target kekuatan pokok minimum TNI periode 2010-2014. (agk)
 

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.