Senin, 15 Februari 2016

Investigasi Pesawat Jatuh TNI

DPR Minta Investigasi Pesawat Super Tucano TerbukaPetugas mengangkut puing-puing pesawat latih tempur Super Tucano yang jatuh di permukiman warga di Jalan LA Sucipto, Malang, Jawa Timur, Rabu (10/2). Pesawat latih tersebut diperkirakan jatuh pukul 10.15 WIB. (Antara Foto/Ari Bowo Sucipto)

Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin mengharapkan investigasi jatuhnya pesawat latih Super Tucano di Malang dilakukan secara terbuka.

"Saya kira nanti akan dilakukan sebuah investigasi yang harus jujur dan terbuka dalam teknik investigasinya," kata Tubagus di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (10/2).

Meski demikian, Tubagus mengatakan dalam investigasi jatuhnya pesawat secara kode etik tidak dapat dibuka begitu saja. Apalagi, hal ini berkaitan dengan jatuhnya pesawat tempur.

Berdasarkan informasi yang dimilikinya, pesawat yang jatuh baru selesai perawatan setelah 300 jam terbang. Maka, dia merasa heran ketika pesawat yang baru saja selesai pemeliharaan justru jatuh dalam keadaan menukik.

Namun, Tubagus mengaku hingga kini belum mengetahui penyebab jatuhnya pesawat latih buatan Brasil tersebut. Komisinya juga masih menunggu hasil investigasi dari TNI. Tidak hanya terhadap Super Tucano, melainkan pesawat-pesawat lain yang sebelumnya mengalami kecelakaan.

"Tunggu hasil dari penyelidikan. Hasil incestigasi mengapa jatuh," kata Tubagus.

Mengenai kondisi jatuhnya pesawat Super Tucano di rumah warga, Tubagus mengatakan keberadaan landasan udara di dekat pemukiman saat ini tak dapat dihindari. Pasalnya, kondisi geografis yang dahulu hutan, sekarang telah berubah fungsi menjadi pemukiman.

Untuk itu, Tubagus menilai perlu dipikirkan cara memindahkan latihan pesawat tempur agar tidak berada di dekat wilayah pemukiman. Tetapi, pemindahan tersebut juga diminta tidak mengurangi nilai strategis pertahanan.

"Tak bisa dihindari tapi harus ada pikiran akan mendisposisi pangkalan yang dekat dengan penduduk dengan tidak kurangi nilai strategis pertahanan," ujar Tubagus.

Pesawat EMB-314 Super Tucano yang jatuh di Blimbing, Malang, Jawa Timur merupakan pesawat latih. menggunakan mesin turboprob, Super Tucano dikenal dengan pesawat antigerilya buatan Embraer Defense System, Brasil.

Total jumlah korban jatuhnya pesawat Super Tucano menjadi empat orang. Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh, Mayor Sus Hamdi Londong Allo SS, menyatakan kopilot yang juga teknisi pesawat Super Tuscano, Syaiful, ditemukan tewas. Syaiful sebelumnya diduga selamat.

Sebelumnya, Mayor Penerbang Ivy Safatillah, pilot pesawat Super Tucano TNI Angkatan Udara yang jatuh di Malang, meninggal dunia. Ivy mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur.

Sementara dua korban lainnya ialah warga sipil yang rumahnya tertimpa badan pesawat, yakni Ernawati atau Nyonya Mujianto, pemilik rumah di Jalan Laksda Adisucipto, Blimbing, Malang; serta Nurcholis, pria yang indekos di rumah Ernawati. (pit)

 TNI AU Isyaratkan Tak Buka Hasil Investigasi Pesawat Jatuh
TNI AU Isyaratkan Tak Buka Hasil Investigasi Pesawat JatuhSebelum pesawat latih taktis Super Tucano jatuh di Malang, jet tempur T50i Golden Eagle juga jatuh di Yogya dan F-16 Fighting Falcon terbakar di Halim. (Dok. Istimewa)

Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia mengisyaratkan tak akan membuka hasil investigasi pesawat-pesawat mereka yang celaka kepada publik. Kerahasiaan negara menjadi alasan untuk menyimpan penyelidikan itu untuk kalangan internal.

(Hasil investigasi) dipublikasikan atau tidak, itu tergantung kebijakan pimpinan. Bisa saja dipublikasikan sebagai pertanggungjawaban, tapi tidak semua. Yang jelas penyelidikan dilakukan dengan tujuan agar kecelakaan serupa tak berulang,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (11/2).

Tak ada satu pun militer di dunia ini yang mempublikasikan (kecelakaan pesawatnya). Tidak ada (ribut-ribut soal) black box ketika pesawat militer jatuh, tak seperti pesawat komersial,” klaim Dwi.

Kemarin, pesawat latih taktis Super Tucano buatan Brasil milik TNI AU jatuh di permukiman padat penduduk di Blimbing, Malang, Jawa Timur. Kecelakaan itu menyebabkan pilot dan kopilot meninggal dunia. Nyawa dua warga yang rumahnya tertimpa pesawat itu juga ikut melayang.

Tragisnya, kecelakaan tersebut terjadi belum genap dua bulan sejak jet tempur T50i Golden Eagle buatan Korea Selatan –juga milik TNI AU– jatuh di Yogya, menewaskan dua prajurit yang mengawakinya. Mereka tak sempat menyelamatkan diri menggunakan kursi pelontar ketika pesawat menghantam bumi.

Saat itu, 20 Desember 2015, TNI AU langsung membentuk tim investigasi yang dipimpin Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja. Tim tersebut bertugas mencari fakta dan menganalisis berbagai hal yang mungkin menjadi pemicu kecelakaan, yakni faktor 5 M –manusia, mesin, materi, misi, dan manajemen.

Dwi mengatakan, investigasi kecelakaan pesawat membutuhkan waktu tak sebentar, mulai rentang waktu sebulan hingga tahunan.

Sementara untuk mengusut jatuhnya Super Tucano kemarin, TNI pun telah membentuk tim investigasi yang diketuai oleh Kepala Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU Marsekal Pertama Chairil Anwar.

Tim investigasi langsung dibentuk begitu kecelakaan terjadi. Tim melibatkan para pakar. Kita (Indonesia) punya banyak ahli soal itu,” ujar Dwi.

Brasil selaku produsen Super Tucano, kata Dwi, baru akan diajak berkonsultasi apabila ada keterangan yang mesti digali dari mereka.

Dwi menyatakan, dalam dunia penerbangan tak ada batas waktu bagi berjalannya proses investigasi atas kecelakaan pesawat.

Penyelidikan jatuhnya T50i Golden Eagle di Yogya pada 20 Desember 2015 pun sekarang belum rampung. “Masih berproses, tidak lama lagi selesai untuk kami lakukan evaluasi,” kata Dwi. Soal apakah hasil investigasi akan diungkap ke publik, Dwi kembali mengatakan hal itu tergantung pimpinan.

Hal senada ia kemukakan terkait pengusutan terbakarnya F-16 Fighting Falcon TNI AU di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, 16 April 2015. Sampai saat ini investigasi atas F-16 nahas itu belum selesai. Dwi pun tak menjamin hasil penyelidikan terbakarnya F-16 tersebut akan dibuka untuk umum.

Demi Merah Putih, kalau soal itu percayakan pada kami. Siapa yang mau pesawatnya kecelakaan? Tidak ada. Semua prosedur sudah dijalankan, tapi kadang hal seperti itu terjadi,” kata mantan Asisten Deputi Koordinasi Strategi Politik Luar Negeri Kementerian Politik Hukum dan Keamanan itu.

 Beri tahu publik

Gerry Soejatman, pakar penerbangan dan investigator swasta kasus kecelakaan pesawat, menyatakan dipublikasikan atau tidaknya kecelakaan pesawat militer tergantung kebijakan masing-masing negara.

Ada negara yang memberitahukan hasil investigasinya untuk publik, tapi sekadar memberi tahu, tak merinci. Sementara laporan detailnya untuk internal militer. Ada pula negara yang tak mengungkap sama sekali hasil investigasinya ke publik,” kata Gerry.

Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, ujar Gerry, umumnya memberikan informasi kepada publik demi kepentingan umum, namun tak memberikan laporan detail mengenai penyebab kecelakaan pesawat militer mereka.

Dibukanya informasi soal investigasi tersebut kepada publik, menurut Gerry, juga perlu karena pesawat tempur merupakan alat utama sistem senjata yang dibeli dengan anggaran negara yang notabene berasal dari uang rakyat.

Anggaran itu harus digunakan dengan benar, dan karenanya alutsista harus diperlakukan dengan baik. Beri tahu saja hasil investigasi kecelakaan-kecelakaan itu kepada publik, meski tak detail. Garis besarnya pun cukup,” kata Gerry.

Informasi atas hasil investigasi misalnya diberikan TNI AU saat pesawat Hercules C-130 mereka jatuh di Medan dan menewaskan lebih dari 100 orang. Hercules itu, menurut KSAU Marsekal Agus Supriatna, mengalami satu mesin mati. Akibatnya pilot mesti menambah kecepatan terbang.

Namun ketika pilot hendak bermanuver untuk mengakali mesin mati itu, pesawat menabrak antena radio setinggi 150 kaki sehingga berakibat fatal. Hercules lalu menabrak kubah masjid, menabrak ruko, dan jatuh.

 Investigasi Pesawat Celaka TNI Rahasia Negara

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta TNI Angkatan Udara membuka hasil investigasi kecelakaan sejumlah pesawat tempur mereka kepada kementeriannya. Meski demikian, kata Ryamizard, hal tersebut tak perlu diinformasikan secara lengkap kepada publik.

"Harus dibuka ke Kemenhan. Kalau ke publik, ada yang dibuka, ada yang rahasia," kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (12/2).

Ada hal-hal yang tidak boleh (dibuka ke publik) karena jadi rahasia negara. Alutsisa (alat utama sistem senjata) untuk pertahanan nasional, rahasia negara,” ujar Ryamizard lagi. Pesawat tempur TNI tergolong ke dalam alutsista itu.

 Tak Semua Investigasi Pesawat Jatuh TNI Bisa Diumumkan
Luhut: Tak Semua Investigasi Pesawat Jatuh TNI Bisa DiumumkanPesawat F-16 Fighting Falcon yang terbakar di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, 16 April 2015, ditutupi terpal putih. (ANTARA/Rosa Panggabean)

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tidak semua hasil investigasi pesawat TNI yang celaka bisa disingkap ke hadapan publik.

Tidak semuanya bisa dibuka ke publik. Ada masalah-masalah yang belum tuntas diinvestigasi, jadi enggak bisa dibuka,” ujar Luhut kepada CNNIndonesia.com di Kantor Kemenkopolhukam, Jumat (12/2).

Meski demikian, kata mantan Kepala Kantor Staf Presiden itu, sebagian informasi dalam investigasi tersebut bisa saja diungkap kepada masyarakat.

"Ada yang bisa diceritakan, ada yang tidak," kata Luhut. (agk)
 

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.