Kamis, 10 Maret 2016

Air Tak Lagi Beriak Meski Terdengar Suara Kilo

Kapal selam Kilo - Amur

Mungkin karena sudah terlalu sering mendengar dan ikut mendiskusikan rencana pengadaan kapal selam Kilo dan bolak balik kena timpuk dan terbanting akhirnya forum militer tempat berkumpul komunitas pengamat dan ilmuwan sekaligus salesman alutsista di Kaskus sudah immun mendengar segala sesuatu yang terkait Kilo. Barusan ada berita tentang pembangunan pangkalan kapal selam Teluk Palu yang didesain untuk bisa menampung kapal selam Kilo. Termasuk kunjungan Menhan ke Rusia awal bulan depan untuk tanda tangan kontrak 10 Sukhoi SU35 dan bersiap negosiasi Kilo. Berita itu ditanggapi dingin oleh komunitas Formil Kaskus.

Beberapa pemerhati pertahanan yang juga ada di komunitas itu tidak lagi menguliti, dan meneliti anatomi kehebatan Kilo. Mau dibeli silakan, tidak juga rakpopo. Ini semua bisa terjadi karena lebih dari dua belas tahun saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, rencana dan keinginan untuk mendapatkan kapal selam maut buatan Rusia itu seperti judul sebuah sinetron: Tersanjung Satu lalu Tersandung Satu. Jilid dua juga begitu Tersanjung Dua tak lama kemudian Tersandung Dua dan seterusnya sampai gerhana matahari total tanggal 9 Maret 2016 entah sudah tersandung yang keberapa gitu.

Ketika muncul kembali cuaca cerah sehabis “gerhana Kilo” dengan anggaran militer yang semakin kinclong, muncul lagi berita seperti yang dari Teluk Palu itu dan rencana kunjungan Menhan Ke Rusia bulan depan. Suasana berbeda terjadi tiga tahun lalu ketika Menhan waktu itu Purnomo Yusgiantoro dengan berapi-api mengabarkan kepada rakyat bahwa Indonesia akan membangun armada kapal selam Kilo dan seterusnya dan seterusnya.

Maka sambutan riuh rendah dikumandangkan oleh pengamat militer, pemerhati pertahanan, Komisi I DPR dan komunitas Formil, bersemangat dan berapi-api menyambut rencana beli alutsista pemukul strategis bawah laut itu. Semua media memberitakan dan sambutan hangat diperlihatkan tentu dengan dukungan yang kuat agar makhluk yang bernama “Lontong” Kilo itu bisa segera kita miliki. Tetapi kenyataannya kemudian pernyataan Menhan itu dibanting dan terbanting sendiri karena memang tidak pernah ada tindak lanjutnya. Dan itu bukan yang pertama, tahun-tahun sebelum itu, tahun 2003, kemudian tahun 2008 juga bergema suara pengumuman itu tetapi pada akhirnya hanya sebuah fatamorgana, tetap tidak menjadi kenyataan.

Makanya sekarang ini ketika ada lagi berita “rencana mulu” mau mengakuisisi kapal selam Kilo, tanggapan dari pemerhati militer dan komunitas militer tidak lagi se antusias dulu. Boleh jadi karena gondoknya belum move on atau wait and see sajalah. Capek ngomong, barangnya gak datang-datang, padahal pihak penjual Rusia yang baik hati sudah menyediakan format utang dulu gak papa alias kredit state ratusan juta dollar agar dua Kilo bisa diangkut ke Surabaya.

Meski begitu kita tetap meyakini bahwa kapal selam yang digadang-gadang sebagai herder perairan tanah air itu pada saatnya akan tiba, atau pada saatnya barangnya akan dimunculkan ke permukaan. Anggaran militer Indonesia diyakini akan melonjak tajam mulai tahun 2017 karena formula yang mulai digunakan adalah berbasis PDB (Produk Domestik Bruto). Dengan formula itu meski pertumbuhan ekonomi belum mencapai 7%, anggaran tahunan yang diperoleh untuk sektor pertahanan diprediksi berkisar 150-180 trilyun rupiah.

Presiden pernah berjanji jika pertumbuhan ekonomi mencapai 7% maka anggaran militer bisa mencapai 2% dari PDB. Maka jika tahun 2017 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6% sd 6,5% setidaknya asumsi anggaran pertahanan bisa mencapai 1,5%, itu artinya angkanya dikisaran 150-180 trilyun. Dengan anggaran yang semakin membagus itu tentu rencana strategis membeli alutsista gahar bisa dilaksanakan termasuk rencana pengadaan Kilo.

Tetapi lebih penting dari itu adalah lanjutan serial transfer teknologi pembuatan 3 kapal selam Changbogo jangan sampai menjadi sinetron “Changbogo Tersandung” karena keinginan segelintir orang yang bermental salesman dan makelar. Proyek Changbogo harus tetap berlanjut dan berjilid sampai kita benar-benar bisa membuat kapal selam sendiri mulai dari kapal selam ketiga. Jadikanlah proyek Changbogo sebagai proyek tersanjung yang bersama proyek jet tempur IFX akan menjadi bangsa ini bisa disanjung bangsa lain dengan teknologi dan industri pertahanannya yang maju dan modern.

Saat ini air tak lagi beriak meski terdengar suara Kilo, bisa jadi karena ingin memberi angin pada pihak yang mau beli agar tidak plin plan, maju mundur akhirnya maju kena mundur kena, padahal jalannya searah. Sudah ada proyek Changbogo, teruskan saja. Kilo diperlukan untuk mengisi kuantitas yang belum tercukupi. Kita memerlukan setidaknya 12 kapal selam sampai tahun 2022. Padahal sampai tahun 2019 dengan kedatangan 3 kapal selam Changbogo kita baru punya lima unit saja termasuk si Cakra Class yang sudah uzur. Maka kekurangan jumlah itu bisa diisi dengan proyek Kilo setidaknya mendatangkan 2-4 kapal selam Kilo disamping produksi Changbogo minimal 1 tahun 1 unit bisa tercapai.

Kita bisa ngomong ini karena anggaran pertahanan kita diyakini mampu membeli Kilo sembari meneruskan produksi Changbogo. Namanya juga keinginan pasti kalau diambil jajak pendapat banyak yang sama pendapatnya untuk menjadikan armada kapal selam kita herder dan gahar. Tinggal bagaimana alokasi anggarannya dipilah-pilah. Makanya ketika ada berita mau beli Kilo lagi kita wait and see saja. Kali ini berdoa saja mudah-mudahan terkabul sehingga motto Hiu Kencana “tabah sampai akhir” bisa ditambah dengan kalimat berikutnya “tabah sampai terkabul”.
****
Jagarin Pane

  ★ analisaalutsista  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.