Kamis, 17 Maret 2016

Kisah Dramatis Penyelamatan TKI

Dari Ibu Kota ISISPenduduk berlarian mencari perlindungan di Provinsi Raqqa, timur Suriah

Kedutaan Besar Republika Indonesia (KBRI) di Damaskus berhasil mengevakuasi seorang TKI bernama Sri Rahayu BT Masdin Nur asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dari wilayah kekuasaan ISIS di Raqqa. TKI berhasil diamankan ke shelter KBRI Damaskus.

Menurut siaran pers yang diterima Republika.co.id, KBRI Damaskus selalu mencari cara agar bisa mengevakuasi Sri Rahayu dari Raqqa sejak menerima informasi tentang keberadaan Sri Rahayu pada Juni 2015. Pemerintah Suriah telah kehilangan kontrol terhadap wilayah tersebut sejak lama. Akses dari dan ke Raqqa ditutup dan dijaga ketat oleh ISIS.

Melalui pengacara retainer KBRI Damaskus di Aleppo, Muhammad Akra, KBRI Damaskus menekan terus-menerus agen tenaga kerja yang mengirim Sri Rahayu ke Raqqa agar bertanggung jawab. Agen tenaga kerja tersebut selalu beralasan mustahil mengeluarkan Sri Rahayu dari Raqqa.

Sejak konflik di Suriah meletus, Raqqa merupakan medan pertempuran paling parah sekaligus medan perang paling berat antara Tentara Pemerintah Suriah, pemberontak Tentara Pembebasan Suriah, dan ISIS. Sejak akhir 2013, ISIS berhasil merebut Kota Raqqa dari Tentara Pembebasan Suriah dan menjadikannya sebagai ibu kota ISIS.

Setelah menyusun rencana bersama, dipilihlah seorang pegawai agen tenaga kerja yang mengenal wilayah medan pegunungan Aleppo-Raqqa untuk menjemput Sri Rahayu. Setelah mencermati waktu yang tepat dan rencana matang disusun, Sri Rahayu dievakuasi melalui perjalanan darat Raqqa-Aleppo dari gunung ke gunung secara diam-diam siang dan malam selama enam hari.

Untuk mengelabui tentara ISIS, Sri Rahayu dan pegawai agen Sanaa mengaku sebagai suami istri. Sri Rahayu berhasil dibawa ke Kantor Konsuler cabang Aleppo pada Januari 2016. Setelah semua hak dan urusan selesai diperjuangkan di Aleppo, Sri Rahayu diantarkan ke shelter Damaskus pada 12 Maret 2016 untuk dipulangkan ke Indonesia pada kesempatan pertama.

Duta Besar RI untuk Damaskus Djoko Harjanto menyampaikan keberhasilan Tim Konsuler KBRI Damaskus dalam menyelamatkan Sri Rahayu patut diapresiasi. Selain itu, perlindungan WNI di wilayah konflik dapat terlaksana berkat hubungan yang terjalin baik, terus dibina dan ditunjang jejaring yang kuat.

"Tanpa jejaring yang kuat antara KBRI Damaskus, pemerintah Suriah, dan tokoh masyarakat, mustahil dapat mengemban misi utama perlindungan WNI di tengah gejolak konflik Suriah ini," ujar Djoko.

Pejabat Fungsi Konsuler merangkap Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi mengatakan penyelamatan TKI dari wilayah konflik bukan pertama kali dilakukan Tim Konsuler KBRI Damaskus.

"Pada Januari 2016, KBRI Damaskus juga berhasil menyelamatkan seorang TKW asal Subang bernama Casih bt Waan dari wilayah kepungan ISIS di Deir Ezzor yang dievakuasi menggunakan helikopter tentara Suriah," ujar Sidqi.

Lebih jauh lagi, sejak konflik meletus di Suriah pada 2011, KBRI Damaskus juga telah merepatriasi sebanyak hampir 13 ribu orang WNI/TKI dari Suriah kembali ke Indonesia.

 Kesaksian Sri Rahayu Soal Kekejaman ISIS di Raqqa 
This image posted by the Raqqa Media Center, a Syrian opposition group, shows a fighter from the Islamic State group inspecting a military truck in Raqqa, Syria, Thursday, Aug. 7, 2014. Tenaga kerja Indonesia yang terperangkap di wilayah jajahan ISIS, Raqqa, Suriah, Sri Rahayu, akan segera pulang ke Indonesia. Kisahnya di Suriah menjadi salah satu babak tersulit dalam hidupnya.

Seperti dikutip dari rilis KBRI Damaskus yang diterima Republika.co.id, Sri didatangkan ke Suriah pada 2 Februari 2011 atas upaya agen tenaga kerja PT Binhasan Maju Sejahtera (Indonesia) dan Sana (Suriah). Ia tadinya bekerja di Aleppo.

Meskipun telah habis masa kontrak kerjanya di Aleppo selama 2,5 tahun, Sri Rahayu bukannya dipulangkan, melainkan malah dijual kembali oleh agen Sana ke majikan baru bernama Abdul Azim al-Ujaeli di Raqqa.

Agen Sana selalu berbohong kepada Sri Rahayu bahwa Kedutaan Indonesia di Suriah tutup dan tidak ada penerbangan ke Indonesia. Saat itu, Kota Raqqa masih dikuasai oleh pemberontak Tentara Pembebasan Suriah (FSA). Tiga bulan setelahnya atau pada akhir 2013, tentara ISIS memasuki Kota Raqqa dan mengklaimnya sebagai ibu kota.

Selama 2,2 tahun bekerja di Raqqa, Sri Rahayu digaji dengan baik oleh majikan Abdul Azim al-Ujaeli yang dulu berprofesi sebagai insinyur. Sri Rahayu bertugas merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri. Sementara, anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqa.

Majikan Sri Rahayu bukan simpatisan ISIS, melainkan penduduk asli Raqqa yang terjebak di sana karena usia senja. Selama tinggal dan bekerja di Kota Raqqa yang dikendalikan ISIS, TKI asal Sumbawa ini menyaksikan secara langsung peristiwa di mana ISIS memasuki Kota Raqqa.

Sri Rahayu mengaku mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan bahwa ISIS memasuki Kota Raqqa dan merebut gudang senjata milik Batalion 17 Tentara Suriah. Sejak saat itu, ISIS menguasai kota dan bendera hitam menjadi pemandangan lazim di Kota Raqqa.

Selama tinggal di bawah kontrol ISIS, Sri Rahayu selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar menutup rapat wajahnya ketika keluar rumah atau sekadar membersihkan halaman agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.

Suatu hari, ketika TKW yang pernah bekerja di Arab Saudi selama 20 tahun ini berbelanja di Pasar Raqqa, ia melihat kepala-kepala manusia dijejerkan di pinggir jalan setelah dipenggal. Sri Rahayu membatalkan belanja dan lari pulang ketakutan ke rumah majikan. Dari bahasa dan logat bicaranya, Sri Rahayu mengenali banyak tentara ISIS di Kota Raqqa berasal dari Arab Saudi, Tunisia, India, dan beberapa orang kulit putih, tetapi tidak pernah bertemu dengan orang Indonesia.

Di hari lain, Sri Rahayu disuruh majikannya membeli rokok secara sembunyi-sembunyi. Ia tahu ISIS mengharamkan rokok dan akan menghukum keras para perokok. Sebelum tiba di tempat penjual rokok, ia keburu dicegat tentara ISIS dan ditanya akan ke mana. "Saya akan membeli sesuatu ke pasar," jawab Sri Rahayu.

Tentara ISIS tersebut lantas memerintahkan ia untuk kembali ke rumah karena tidak didampingi lelaki muhrimnya. "Untung rokok belum di tangan," Sri Rahayu bersyukur.

Sejak Raqqa dikuasai ISIS, kebutuhan bahan pokok menjadi sangat sulit. Pada Ramadhan 2014, ia bercerita harus mengantre membeli roti hingga terpaksa menginap di pabrik hanya untuk mendapatkan roti.

Meskipun tinggal di Kota Raqqa, Sri Rahayu tidak bekerja bagi simpatisan ISIS. Setelah KBRI Damaskus melakukan screening berkali-kali kepada Sri Rahayu, tidak ada indikasi sama sekali TKW kelahiran 1976 ini bersimpati pada ISIS.

Bahkan, ia mengaku membenci ISIS karena melihat sendiri perilaku kejam mereka di Raqqa.

"Selayaknya para TKW lainnya, Sri Rahayu hanya peduli tentang gaji dan pulang. Hal ini sekaligus juga menolak asumsi beberapa pihak di Tanah Air bahwa banyak TKI di Suriah banyak yang condong pemikirannya ke ISIS," ujar Pejabat Konsuler sekaligus Penerangan Sosbud KBRI Damaskus AM Sidqi.

Saat ini, Sri Rahayu berada aman di shelter KBRI Damaskus bersama puluhan TKI lainnya yang sedang dipersiapkan kepulangannya.

   Republika  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.