Selasa, 08 Maret 2016

Ryamizard Akan Bahas Transfer Teknologi Jet Tempur

Di KoreaDesain pesawat tempur KF-X/IF-X yang sedang dikembangkan oleh Korea Selatan dan Indonesia. (Dok. PT Dirgantara Indonesia)

Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan ada perkembangan positif dalam pertemuan trilateral antara Amerika Serikat, Korea Selatan, dan RI mengenai rencana transfer teknologi untuk proyek pengembangan pesawat tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X).

Untuk itu Ryamizard berencana memantau langsung pertemuan trilateral berikutnya. "Bulan ini (Maret) saya ke Korea setelah saya pulang dari Inggris," kata dia.

Perundingan trilateral digelar lantaran transfer teknologi melibatkan perusahaan dirgantara AS, Lockheed Martin. Sejak Maret 2014 saat Korea Selatan memutuskan membeli 40 unit pesawat tempur siluman keluaran Lockheed, F-35 Lighting II, Negeri Ginseng telah berencana meminta bantuan Lockheed untuk mengembangkan KF-X.

Sebagai bagian dari kesepakatannya dengan Korsel yang memborong F-35, Lockheed menawarkan keahlian teknik setara 300 tahun masa kerja individu untuk membantu merancang KF-X. Lockheed kala itu bahkan berencana menyodorkan lebih dari 500 ribu halaman dokumentasi teknis terkait pembuatan jet tempur generasi keempat mereka, F-16 Fighting Falcon, serta F-35 Lighting II dan F-22 Raptor dari generasi kelima.

Namun pemerintah AS di kemudian hari melarang Lockheed melakukan transfer teknologi inti jet tempur kepada Korea Selatan. Ini yang menjadi alasan AS, Korsel, dan Indonesia menggelar pertemuan trilateral.

Transfer teknologi, ujar Ryamizard, sudah dicantumkan dengan jelas saat penandatanganan kerja sama pengembangan KF-X/IF-X.

"Transfer teknologi itu jelas (ada). Setiap kami (pemerintah RI) kerja sama atau membeli (alutsista), ada persyaratan transfer teknologinya,” kata Menhan di Jakarta.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat era Presiden Megawati Soekarnoputri itu berharap jet siluman generasi 4,5 itu nantinya bisa diproduksi di Indonesia. Namun untuk saat ini PT Dirgantara Indonesia masih belum siap.

"Harusnya kalau kita (Indonesia) sudah siap, pabriknya sudah (bisa berdiri) di sini, dan sudah ada transfer teknologi," ujar Ryamizard.

Hingga kini, menurut Ryamizard, pemerintah RI belum membayar 20 persen dari total biaya pengerjaan KF-X/IF-X fase kedua seperti yang telah disepakati dalam kontrak antara Indonesia dan Korea Selatan yang diteken awal tahun ini, 7 Januari.

Fase kedua proyek KF-X/IF-X ialah pembuatan prototipe pesawat. Sebanyak 20 persen pembiayaan ditanggung pemerintah RI, yakni Rp18 triliun atau 1,65 triliun Won (US$1,3 miliar). Sementara 80 persen sisanya ditanggung pemerintah Korsel. Total dana yang dikeluarkan kedua negara untuk penggarapan fase kedua ini sebanyak 8,6 triliun Won.

Dana yang disuntikkan Indonesia berasal dari alokasi APBN Kementerian Pertahanan. Sebesar 20 persen dari total kebutuhan, untuk tiap tahap,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, Anne Kusmayati, kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Menurut Ryamizard, pemerintah RI saat ini masih fokus menyelesaikan pembiayaan untuk fase pertama yang telah rampung. (agk)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.