Minggu, 24 April 2016

Kritik keras komandan TNI AU

Terhadap pesawat jet buatan Korsel https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0f50I8J60ileGSkkl4pTHKlZc7dkHCl4LhNwHvTWn7jtM48Gt960Z5XD7C242_2FMTGIRFDIjhu0T1OzwXYVNIZV4QSIZ1ZkaSai5e3tloxgsp4KWEtSrFOXcvhI7p8s58xAw0i2mvh0/s1600/annyversary+(2)anas_nurhafidz.jpgPesawat T50i TNI AU

KAI T-50 Golden Eagle menjadi salah satu pesawat jet yang memperkuat Tentara Nasional Angkatan Udara (TNI AU) dalam mengamankan wilayah udara Indonesia. Pesawat yang dibeli sejak 2010 ini sudah tiba di tanah air mulai bulan September 2013, total terdapat 16 jenis pesawat jenis ini.

Pembelian pesawat ini dilakukan untuk menggantikan BAE Hawk Mk 53 dan OV-10 Bronco, yang dipensiunkan setelah mengabdi selama 20 tahun. Pembelian itu telah menghabiskan dana hingga USD 400 juta atau sekitar Rp 5,27 triliun.

Rupanya, keberadaan pesawat ini tidak membuat Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna merasa puas. Ada banyak kekurangan yang dimiliki pesawat buatan Korea Selatan itu.

Lewat buku otobiografinya berjudul "Dingo: Menembus Limit Angkasa", karya Bambang Setiawan dan Budiawan Sidik Arifianto yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, tahun 2016. Agus mengungkapkan salah satu alasan minimnya kemampuan tempur terhadap TNI AU adalah kurangnya anggaran.

Kondisi itulah yang membuat T-50i yang dibeli Indonesia memiliki kemampuan tempur yang minim pula. Dimulai dari sistem radar, hingga persenjataan hingga membuat TNI AU harus mencari, membeli dan memasang sendiri peralatan-peralatan tersebut.

'T-50 dari Korea Selatan misalnya, bukan pesawat tempur. Kalau pesawat tempur itu radarnya harus lengkap, juga ada rudalnya. Radarnya aja enggak ada. Mana ada pesawat tempur enggak ada radarnya? Bagaimana dia nanti melakukan perang di udara menangkap musuh? Ia hanya punya rato, radar moto. Bayangkan, beli pesawat tempur tapi enggak ada radarnya," keluh Agus.

Karena minimnya kemampuan pertahanan, Agus menyebut T-50 lebih pantas digunkan untuk flypass, bukan air to air atau perang udara. Hal itulah yang dimiliki pesawat tempur seperti Sukhoi, F-16, atau F-5.

"Kasihan adik-adik (penerbang) masih memakai radar moto. Kalau hujan, peyang dia," ungkapnya.

 ♖ merdeka  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.