Minggu, 10 Juli 2016

[Dunia] China Desak AS Hentikan Pengiriman Rudal THHAD

Ke Korea Selatan Kementerian Luar Negeri China mendesak AS untuk menghentikan pengiriman sistem pertahanan udara tersebut (Istimewa)

Pemerintah China kembali menentang keputusan Amerika Serikat (AS) yang berhubungan dengan duo Korea. Setelah sebelumnya China menentang sanksi sepihak AS terhadap pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, kali ini China menentang pengiriman istem pertahanan udara THAAD ke Korea Selatan (Korsel).

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri China mendesak AS untuk menghentikan pengiriman sistem pertahanan udara tersebut. Menurut Negeri Tirai Bambu itu, pengiriman THAAD hanya akan memperburuk situasi di kawasan.

"Penyebaran sistem pertahanan udara tidak memiliki manfaat apapun untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan secara serius akan membahayakan keamanan negara di kawasan, termasuk China," kata kementerian itu, seperti dilansir Reuters pada Jumat (8/7).

AS dan Korsel memang dikabarkan telah sepakat terkait penyebaran sistem pertahanan udara tersebut. Kelak, sistem pertahan udara itu akan ditempatkan disepanjang pesisir Korsel yang berbatasa dengan Korut.

Penyebaran sistem pertahanan udara ini memang dimaksudkan untuk mencegah ancaman dari Korut, khususnya ancaman rudal balisitk dengan hulu ledak nuklir. Rencana penyebran sistem pertahan udara ini muncul paska semakin rajinnya Korut melakukan uji coba rudal.

 Rusia Khawatir

Pemerintah Rusia khawatir dengan rencana Amerika Serikat (AS) menyebarkan sistem pertahanan udara THAAD di wilayah Korea Selatan (Korsel). AS dan Korsel dikabarkan telah sepakat mengenai penyebaran sistem pertahanan udara ini, untuk menangkis ancaman Korea Utara (Korut).

"Meskipun protes keras dan gigih oleh pihak Rusia dan sejumlah negara lain, AS dan Korsel telah mencapai kesepakatan tentang cara penggunaan pertahanan rudal THAAD di wilayah Korsel. Langkah ini menyebabkan kekhawatiran besar," kata Kementarian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (8/7).

Kementerian itu juga menuturkan bahwa peningkatan kemampuan pertahanan rudal AS di Pasifik merusak keseimbangan strategis, baik di kawasan Korea ataupun di kawasan yang berada di sekitarnya.

"Tindakan tersebut, terlepas dari penalaran, memiliki dampak paling negatif pada stabilitas strategis global, yang kerap disebut sebagai komitmen Washington. Itu juga mampu memperburuk keamanan di kawasan tersebut dan penciptaan tantangan baru dalam memecahkan masalah di Semenanjung Korea, termasuk tugas denuklirisasi," sambungnya.

Sebelumnya, pemerintah China telah terlebih dahulu menentang penyebaran sistem pertahanan udara itu. Sama dengan Rusia, China juga menyebut penyebaran THAAD hanya akan memperburuk situasi di kawasan dan sekitarnya.

 Acuhkan Protes China

Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk menyebar sistem pertahan rudal THAAD di Korsel untuk melawan ancaman senjata nuklir Korea Utara (Korut). Kesepakatan ini sekaligus mengubur protes China yang keberatan atas keberadaan sistem rudal tersebut.

Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Korsel dan Departemen Pertahanan AS mengatakan, The Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD adalah sistem anti rudal yang akan digunakan hanya sebagai perlindungan terhadap kemampuan rudal nuklir dan balistik Korut.

"Ini adalah keputusan penting. Korut terus mengembangkan rudal balistik dan senjata pemusnah massal membuat aliansi bersikap hati-hati, sistem pertahan rudal ini diperlukan untuk menyokong tindakan perlindungan," kata Komandan Pasukan AS di Korsel, Jenderal Vincent Brooks seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (9/7/2016).

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri China mendesak AS untuk menghentikan pengiriman sistem pertahanan udara tersebut. Menurut Negeri Tirai Bambu itu, pengiriman THAAD hanya akan memperburuk situasi di kawasan.

"Penyebaran sistem pertahanan udara tidak memiliki manfaat apapun untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan secara serius akan membahayakan keamanan negara di kawasan, termasuk China," kata kementerian itu.

  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.