Sabtu, 02 Juli 2016

[Dunia] Ketidakpastian UE bayangi Farnborough Airshow 2016

AH-64E Apache Guardian [militaryaerospace]

Keputusan referendum Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tampaknya akan membayangi Farnborough Airshow 2016 kali ini. Pasalnya, banyak ketidakpastian juga masih terjadi di Inggris sebagai implikasi hasil referendum itu, setelah dia menjadi anggota Uni Eropa selama 43 tahun.

Sudah tradisi pula bahwa tiap tahun genap, Inggris menggelar Farnborough International Airshow, yang kali ini bisa agak berbeda.

Pada bidang pertahanan, juga masih banyak pertanyaan membayang bagi banyak pihak, termasuk pada pertahanan berbasis aviasi. Ini berimbas pada pembelian, pengoperasian, dan pertimbangan geopolitik secara lebih luas bagi Inggris (United Kingdom, yaitu Inggris, Skotlandia, Irlandia Utara, dan Wales), Uni Eropa, dan kawasan lain.

Dari aspek perdagangan dan bisnis internasional, kerugian triliunan dolar Amerika Serikat telah terjadi, juga kejatuhan poundsterling terdalam pada 30 tahun terakhir ini. Implikasi langsung adalah proses pembelian benda-benda dan pembiayaan program pertahanan Kementerian Pertahanan Inggris yang harus ditentukan lagi.

Laman janes.com, dalam edisi Kamis, menyatakan, ada deretan program pembelian arsenal yang menunggu dalam daftar Kementerian Pertahanan Inggris, termasuk F-35B Lightning II/Joint Strike Fighter buatan Lockheed Martin, pesawat patroli maritim P-8 Poseidon buatan Boeing, UAV Protector, dan helikopter serang AH-64E Apache Guardian (lebih canggih ketimbang AH-64D Longbow).

Semua program pengadaan arsenal itu disusun dalam mata uang dolar Amerika Serikat dan ada keraguan mendalam bahwa semua program ambisius itu yang diumumkan dalam Tinjauan Keamanan dan Pertahanan Strategis 2015 Inggris itu akan bisa diwujudkan dalam waktu pendek hingga menengah.

Program-program pengadaan arsenal yang berbasis dolar Amerika Serikat tampaknya akan ditinjau lagi, sejalan dengan perubahan prioritas pada pemerintahan baru Inggris pasca referendum itu.

Penekanan pada tinjauan ini termasuk memperpanjang masa dinas Eurofighter Typhoon dari 2030 menjadi 2040 berupa “membangunkan” lagi 24 unitnya dari masa pensiun mereka dan menempatkan dalam dua skuadron.

Juga memanjangkan masa bakti berbagai armada pesawat terbang militernya, yaitu C-130J Hercules dari 2020 menjadi 2030 atau malah lebih lama lagi, lima Sentinel R1 dari 2018 menjadi setelah 2025, lima Boeing E-3D Sentry Airborne Warning and Control System, dan tiga RC-135 Airseeker (Rivet Joint) untuk masa selepas 2035.
 

  Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.