Sabtu, 30 Juli 2016

Sukhoi dan F-16 Rutin Patroli di Perbatasan

Pelanggaran Kedaulatan Wilayah Udara Nihil Ilustrasi F16 TNI AU 

Wilayah perbatasan di kawasan Ambalat sering memanas akibat terjadinya pelanggaran wilayah laut oleh kapal patroli milik Malaysia. Berbeda dengan wilayah kedaulatan udara yang masih nihil hingga saat ini. Tidak terjadi pelanggaran yang dilakukan negara tetangga, utamanya oleh “saudara serumpun”.

Hal tersebut disampaikan Komandan Pangkalan Udara TNI AU (Danlanud) Kolonel Pnb Heddezul usai memimpin upacara Hari Bhakti TNI AU ke-69 di halaman markas AURI Sepinggan, Jumat (29/7) pagi. “Untuk wilayah kedaulatan udara tidak ada kasus yang menonjol di wilayah perbatasan Ambalat. Memang dulu sering terjadi pelanggaran di wilayah perbatasan perairan. Tetapi wilayah perbatasan udara aman, tidak ada pelanggaran,” ujar Heddezul didampingi Liaison Officer (LO) TNI Angkatan Udara (AU) Kodam VI Mulawarman Kolonel Ismulyanto, Kadis Ops Letkol Lek Harry Markonery ST, Danstrad 223 Letkol Lek Sfjo Herman, dan sejumlah perwira.

Kendati wilayah kedaulatan udara aman, ujar Heddezul, patroli udara rutin dilakukan yang di-back up pesawat tempur dari Skadron Udara XI Makassar. Patroli mengerahkan pesawat canggih flanker Sukhoi-27, Sukhoi-30, dan F-16. ”Patroli udara kadang juga dengan pesawat hawk,” imbuhnya.

Terkait dengan peringatan Hari Bakti TNI AU, sebelumnya jajaran Lanud TNI AU Balikpapan menggelar beberapa kegiatan sosial. Di antaranya pengobatan massal, pelayanan KB, pemeriksaan ibu dan anak, dan donor darah yang dilakukan di wilayah pinggiran Km 22, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Sebanyak 300 warga menerima pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara gratis.

Dalam upacara, Danlanud Heddezul menyampaikan amanat dari Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Agus Supriatna, yang isinya menyebutkan bahwa tantangan yang dihadapi negara termasuk TNI AU semakin berat. Termasuk ketergantungan dengan luar negeri. Karena itulah, jajaran TNI AU bersama pemerintah harus bisa mencari solusi, belajar mengenali diri sendiri. “Konteks memperingati adalah mewarisi nilai sejarah agar kita tidak keluar dari esensi pengabdian. TNI AU bertekad meningkatkan darma baktinya dan menjadi sumber inspirasi dalam menjalankan tugas,” ujar Heddezul.

Untuk diketahui, sejarah monumental Hari Bhakti TNI AU dilatarbelakangi oleh dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari, yakni 29 Juli 1947. Peristiwa pertama, pada pagi hari, tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani, dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat. Masing-masing di Kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.

Peristiwa kedua, jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang mengakibatkan gugurnya tiga perintis TNI AU masing-masing Adisutjipto, Abdul Rachman Saleh, dan Adisumarmo. Pesawat Dakota yang jatuh di daerah Ngoto, selatan Jogjakarta, bukanlah pesawat militer. Melainkan, pesawat sipil yang disewa oleh pemerintah Indonesia untuk membawa bantuan obat-obatan Palang Merah Malaya.

Penembakan dilakukan oleh dua pesawat militer Belanda jenis Kitty Hawk, yang merasa kesal atas pengeboman para kadet TNI AU pada pagi harinya. Untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan ketiga perintis TNI AU tersebut, sejak Juli 2000, di lokasi jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA (Ngoto) telah dibangun sebuah monumen perjuangan TNI AU dan lokasi tersebut juga dibangun tugu dan relief tentang dua peristiwa yang melatarbelakanginya. Di lokasi monumen juga dibangun makam Adisutjipto dan Abdul Rachman Saleh beserta istri-istri mereka. (ono/k1)

  prokal  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.