Jumat, 05 Agustus 2016

Anak Buah Santoso Menyerahkan Diri kepada BIN

Di Poso Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul (CNN Indonesia/Vriana Indriasari) 

Seorang anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur bernama Jumri alias Tamar menyerahkan diri kepada Satuan Tugas Imbangan Intelijen dari Badan Intelijen Negara di Kecamatan Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah pada Jumat (5/8) dini hari.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari seorang perwira kepolisian, Jumri merupakan warga Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir.

Ia menyerahkan diri diantarkan oleh keluarganya dengan sepeda motor sekitar pukul 03.50 WITA, dari Tamanjeka ke sebuah lokasi di Dusun Ratulane, Kecamatan Poso Pesisir.

Di lokasi tersebut, Jumri bertemu dengan sejumlah personel Satgas Imbangan Intelijen dari BIN.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul menyatakan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait penyerahan diri Jumri. Dia akan memeriksa hal tersebut lebih dahulu.

"Kita akan cek dulu," kata Martinus kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (5/8).

Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri juga berhasil menangkap tiga kurir Santoso pada Kamis (4/8). Ketiganya adalah MA, IA, dan JA.

MA ditangkap di atas pesawat saat hendak bertolak dari Palu, Sulawesi Tengah menuju Tarakan, Kalimantan Utara. Sedangkan IA dan JA ditangkap di kediamannya masing-masing.

"Ketiganya tidak termasuk dalam DPO yang pernah diumumkan, tapi aktif sebagai kurir untuk mendukung operasional kelompok dalam pencarian logistik," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas, Brigadir Jenderal Agus Rianto di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Jumat (5/8).

Pada April lalu, Satgas operasi Tinombala mengeluarkan selebaran yang berisi 31 daftar pencarian orang kelompok teroris Santoso. Berikut nama-nama tersangka teroris tersebut:

1.Santoso alias Abu Wardah alias Kombes alias Pakde (tewas)
2. Basri alias Bagong alias Bang Ayas alias Opa
3. Ali Ahmad alias Ali Kalora
4. Firdaus alias Daus alias Barok alias Rangga
5. Mukhtar alias Kahar (tewas)
6. Askar alias Jaid alias Pak Guru
7. Adji Pandu Suwotomo alias Sobron
8. Qatar alias Farel
9. Jumri alias Tamar
10. Suharyono alias Yono Sayur alias Pak Hiban
11. Salman alias Opik
12. Samil alias Nunung
13. Mohammad Faisal alias Namnung alias Kobar
14. Firman alias Aco alias Ikrima
15. Nae alias Galuh
16. Basir alias Romzi
17. Andika Eka Putra alias Andika alias Hilal
18. Yazid alias Taufik
19. Abu Alim
20. Ibadurohman alias Ibad alias Amru
21. Saiful alias Ahmad
22. Sucipto alias Cipto Ubaid
23. Mochammad Sulaiman
24. Irfan Maulana alias Akil
25. Kholid
26. Ibrohim (Turkistan/Uighur)
27. Mustafa Genc alias Mus'ab (Turkistan/Uighur)
28. Nurettin Gunddogdu alias Abdul Malik (Turkistan/Uighur)
29. Jamiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi Delima (istri Santoso)
30. Nurmi Usman alias Oma (istri Basri)
31. Tini Susantika alias Umi Farel (istri Ali Kalora)

(wis/obs)

 Densus Tangkap Terduga Anak Buah Santoso di Atas Pesawat 
Densus Tangkap Terduga Anak Buah Santoso di Atas PesawatIlustrasi penangkapan teroris. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap seorang yang diduga merupakan anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur berinisial MA (32). Penangkapan berlangsung di Bandara Sis Al Jufri, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/8) pagi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh seorang perwira kepolisian, saat ditangkap MA hendak berangkat menuju Tarakan, Kalimantan Utara. Dalam identitasnya tertulis bahwa MA berstatus sebagai mahasiswa.

Penangkapan dilakukan setelah Polri berkoordinasi dengan petugas keamanan bandara dan pemimpin maskapai penerbangan yang akan ditumpangi MA.

Dengan dibantu personel Polisi Militer TNI Angkata Udara, Densus menangkap MA di atas pesawat disaksikan oleh pemimpin maskapai.

MA selanjutnya dibawa turun dari pesawat dan diperiksa di ruang khusus. Selain menggeledah MA, petugas juga memeriksa barang bawaan MA.

Pria tersebut selanjutnya dibawa ke kantor polisi terdekat untuk menjalani pemeriksaan intensif.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto membenarkan informasi tersebut. Namun, ia enggan memberikan informasi lebih detail terkait penangkapan itu.

"Untuk kepentingan penyidikan, belum bisa saya sampaikan selengkapnya," kata Hari.

Setelah berhasil menembak mati pemimpin kelompok MIT, Abu Wardah alias Santoso bersama anggotanya Muktar alias Kahar, 18 Juli 2016, Tim Satuan Tugas Tinombala terus memburu para pengikutnya.

Selang beberapa hari, Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Delima menyerahkan diri ke petugas.

Hingga kini Tim Satgas Tinombala pun masih berupaya membersihkan jaringan kelompok Santoso dengan memburu 18 orang lainnya. Dua nama yang dinilai bisa jadi pengganti Santoso, Basri alias Bagong dan Ali Kalora menjadi perhatian khusus petugas. (sur)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.