Minggu, 21 Agustus 2016

Kontribusi Dinas Hidrografi-Oseanografi TNI AL dituntut makin ditingkatkan

Dokumentasi personel Komando Pasukan Katak TNI AL berjaga di dekat peralatan pemetaan bawah laut di KRI Rigel-933, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (15/5). Arsenal militer TNI AL buatan Perancis yang diklaim berteknologi paling canggih se-Asia dalam survei dan pemetaan bawah laut tersebut tiba di Jakarta setelah berlayar selama 50 hari dari Perancis. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) 

Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, secara resmi membuka seminar nasional Hari Hidrografi Dunia 2016. Dia katakan, salah satu prioritas pembangunan nasional adalah sektor kemaritiman sehingga kontribusi Dinas Hidrografi-Oseanografi TNI AL dituntut semakin ditingkatkan.

Seminar di Hotel Mercure, Jakarta Utara, Jumat, itu mengangkat tema Hidrografi: Kunci Mengelola Perairan dan Kelautan Lebih Baik.

TNI AL memiliki dua kapal hidrografi-oseanografi yang terbilang paling canggih se-Asia, yaitu KRI Rigel-933 dan KRI Spica-934, yang diadakan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono. Kedua kapal hidrografi-oseanografi militer itu dioperasikan dan dirawat oleh Dinas Hidrografi-Oseanonrafi TNI AL, dari dermaganya, di kawasan Pantai Utara Jakarta.

Dinas Hidrografi-Oseanografi TNI AL menyediakan data dan informasi untuk pertahanan dan pelayaran nasional. Yang paling mudah dilihat awam adalah penyediaan peta dan data sahih perairan nasional untuk kepentingan pelayaran dan hal lain terkait. Juga data sahih pasang-surut pantai dan perairan pesisir.

Pada tataran lebih tinggi, dinas ini strategis dari sisi pertahanan dan keamanan negara, karena produknya menjadi acuan strategi dalam pengamanan wilayah laut nasional.

Seminar nasional ini bertujuan memperoleh masukan para pakar dari berbagai pemangku kepentingan sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan terkait peran Dinas Hidrografi-Oseanografi TNI AL dalam mendukung kebijakan pemerintah.

Dalam amanatnya, Supandi mengatakan, Hari Hidrografi Dunia diperingati setiap 20 Juni sejak 2006 oleh negara-negara anggota Organisasi Hidrografi Internasional dengan tujuan meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut.

Untuk mencapai itu, diperlukan peran instansi kemaritiman termasuk lembaga hidrografi yang memiliki fungsi dan kegiatan survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran.

Menurut dia, aktivitas maritim tentunya membutuhkan pemahaman mengenai kondisi hidrografi. Organisasi Hidrografi Internasional menyatakan, tanpa dukungan hidrografi, tidak akan ada kapal yang bisa dan dapat berlayar secara aman, tidak ada pelabuhan yang bisa dibangun, dan tidak ada infrastruktur kawasan pantai yang bisa dikembangkan.

Ungkapan itu mengilustrasikan betapa penting hidrografi bagi aktivitas ekonomi maritim. Indonesia salah satu negara di dunia yang memiliki garis pantai panjang, yaitu lebih dari 80.000 kilometer.

Pembangunan fasilitas fisik dan keselamatan pelayaran dari aspek navigasi sangat bergantung pada data hidrografi. Survei mendukung pembangunan pelabuhan, serta penyiapan peta-peta laut baik dalam bentuk kertas maupun elektronik merupakan kegiatan yang kompleks dan hanya dapat dilaksanakan oleh personel hidrografi yang profesional,” kata dia.

Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut, Presiden Organisasi Hidrografi Internasional, Robert Ward, Deputi I Menko Maritim, Dr Arief Havas Oegroseno, Presiden Komisi Hidrografi Asia Timur, Zaaim Hasan, Kepala Hidrografi Singapura, Parry Oei, serta Kepala Dinas Hidrografi-Oseanografi TNI AL, Laksamana Pertama TNI Daryanto.
 

  Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.