Minggu, 11 September 2016

★ Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia

Akan Menembus Langit kerja sama AeroTerraScan dengan LAPAN Ekspedisi Menembus Langit merupakan kerja sama AeroTerraScan dengan LAPAN

Percobaan mengirim unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak dengan kemampuan HALE (High Altitude Long Endurance) produksi dalam negeri dimulai ke lapisan stratosfer segera dimulai.

Ekspedisi bertajuk Menembus Langit itu telah melalui fase uji terbang (trial flight) pada 27 Agustus 2016 lalu di Area Pelatihan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Indonesia (LAPAN), Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Adapun jadwal final peluncuran wahana UAV Ai-X1 produksi AeroTerrascan dari Bandung, Jawa Barat direncanakan pada 28 Oktober 2016 mendatang di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-0/p526x296/13882233_2076569082568502_7919624179186679511_n.jpg?oh=ab065b9bf9e363ff2bb61271fd392bc8&oe=584A2FC1Walaupun MoU joint research antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dengan AeroTerrascan masih dalam tahap finalisasi, semangat kekeluargaan dan kerjasama antar lembaga sudah terbentuk. Hari itu AeroTerrascan melakukan studi banding ke fasilitas LAPAN di Pameungpeuk untuk mempelajari prosedur pelepasan balon atmosfer dan roket.

Ekpedisi Menembus Langit oleh AeroTerrascan, LAPAN, dan sejumlah pihak lain di Indonesia itu menggunakan UAV dengan kemampuan return-to-home sehingga dapat dipergunakan kembali untuk misi selanjutnya.

Ini merupakan perkembangan karena selama ini ini riset semacam itu dilakukan dengan mengirimkan semacam roket riset yang tidak bisa kembali ke titik awal peluncuran.

Valencia Mega Luwinda Stefany, Lead Public Relations Menembus Langit, Jumat (9/9/2016), mengatakan, uji terbang yang sudah dilakukan membuktikan bahwa sistem autopilot dan fungsi ulang alik UAV Ai-X1 berjalan baik.

Pesawat akan dibawa hingga lapisan stratosfer menggunakan balon cuaca. Wahana dari bahan fiber komposit yang dirancang bertahan hingga suhu minus 70 derajat Celsius itu terbukti mampu mencapai ketinggian 12,9 kilometer sebelum lepas dari balon udara.

Pada ketinggian 12,7 kilometer, sistem autopilot UAV Ai-X1 berfungsi. Adapun suhu minimum yang dihadapi wahana tersebut selama uji terbang adalah minus 15 derajat Celsius.

"Harapan jangka panjang terkait pengembangan teknologi aeronautika adalah membuaat UAV jenis HALE (High Altitude Long Endurance)," sebut Valencia.

UAV Ai-X1 yang dipergunakan itu memiliki daya angkut seberat 600 gram berupa sejumlah sensor guna beroleh data eksplorasi stratosfer untuk kepentingan riset meteorologi dan pengembangan teknologi aeronautika. Data meteorologi yang diperoleh bakal dipergunakan untuk penelitian cuaca dan iklim Indonesia.

Buku panduan tentang eksplorasi stratosfer tersebut terkait dengan riset permulaan, metodologi, cara kerja, dan pengoperasian sistem menuju stratosfer juga akan didistribusikan pada publik. Hal ini dilakukan agar hal tersebut bisa memicu eksplorasi dan riset serupa guna mempercepat perkembangan teknologi antariksa di Indonesia.

  Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.