Sabtu, 08 Oktober 2016

Suka Duka Prajurit Penjaga Perairan Natuna

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmpeAfXNL2p5NJqN-AUrmfUSwBj63J2RkW4757lAsuEtbmvFDA5suPLBUU5UyDrkYHezirdRxaj0VDn4fshZFpiW9y0FtvqYCcAY3ADSgj2Y3BY3oOyaRgFgdPlpB4tT3O67HrWRTrBJu_/s1600/cerita-suka-duka-prajurit-penjaga-di-perairan-natuna.jpgTNI di Natuna. ©2016 Merdeka.com

Hamparan lahan seluas 30 hektare di pesisir selatan Pulau Natuna, Kepulauan Riau, terpampang di pelupuk mata. Di kawasan yang belakangan menjadi konflik dengan China ini sudah diduduki 180 pasukan Marinir sejak awal September 2016.

Mereka yang diamanahkan negara untuk mempertahankan NKRI dari ancaman asing mulai membangun Komplek Komposit Marinir dan benteng pertahanan terintegrasi. Komplek Komposit Marinir itu nantinya menjadi markas prajurit infantri serta gudang persenjataan personel matra laut.

Langit Natuna, pada Kamis (6/10) tampak mendung. Awan hitam mulai menyelimuti hingga akhirnya mulai meneteskan hujan. Di sisi barat pesisir selatan Pulau Natuna, prajurit Marinir tengah membangun dermaga di atas air. Mereka tampak tak mengenal lelah.

"Total pekerja 180 personel dibagi dua tempat, di Lampa (barat) dibangun dermaga yang terdiri dermaga di atas air sekaligus bunker kapal selam," ujar Komandan Satgas Swakelola Pulau Natuna, Kolonel Mar Teguh Widodo di lokasi, Kamis (6/10).

Di kepulauan yang berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja ini, Kolonel Mar Teguh menjalani tugas penuh dengan suka duka. Begitu pula dengan para prajuritnya. Di tempat ini, prajurit mengalami kesulitan untuk mendapatkan logistik hingga sinyal telepon seluler.

"Tiga Minggu yang lalu sinyal susah. Lalu minta ke Telkomsel, dikasih tower pisat, jadi langsung satelit," ujarnya.

Meski dibuntuti suka duka, Kolonel Mar Teguh mengatakan para prajurit melaluinya dengan tenang. Sebagai garda depan negara, prajurit TNI tak mengenal kata menyerah.

"Suka-duka harus menyenangi tugas pokok. Kita reguler, karena kita keluarga, suka duka bareng, (prajurit) gabungan dari Jakarta dan Surabaya," terang dia.

Kolonel Mar Teguh menegaskan, Pulau Natuna satu dari sekian banyak kekayaan alam Indonesia. Pulau ini memiliki daya tarik bagi asing, sebab hamparan laut lebih luas ketimbang pegunungan. TNI meluncurkan sedikitnya empat kapal patroli setiap hari untuk menjaga keamanan perairan Natuna.

"Pengamanan pulau terdepan. Pengamanan pantai. Karena ini LCS, kita ada pasukan di Sekatung," jelasnya.

Kolonel Mar Teguh tak menampik gangguan asing selalu menghantui Natuna. Penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal asing seringkali terjadi. Bahkan, pada saat puncak latihan TNI Angkasa Yudha 2016 berlangsung, ada empat kapal asal Vietnam melakukan penangkapan ikan ilegal di perairan Natuna.

"Thailand dan Vietnam (sering melanggar). Kebetulan di Lanal punya tahanan 100 orang. Kita tugas di sini saling mengingatkan dan menghibur. Kita terlatih, bukan baru jadi kemarin," kata dia.

Meski kapal-kapal asing masih kerap memasuki perairan Natuna, Kolonel Mar Teguh memastikan TNI akan memperketat pengamanan perairan itu. Hingga saat ini, pembangunan benteng pertahanan terintegrasi terus dilakukan untuk memperkuat pengamanan di perairan Natuna. [hhw]

  Merdeka  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.