Kamis, 17 November 2016

Mi-17V5 TNI AD di Mali Dipanggil Kembali ke Pertiwi

 Tempo Operasi Meningkat 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ3RLWGkiaLa-4-TxjClTkwPep-Vt0iNjxNrd5OyQdBb68HwA2MVUBAJRmF04g_YRFeyDwvSYdkLrLlEENGyvWvplocHeh9PRt5rWWa12I-8GsKoGN97hXSgTwzaJgjVlRrq531yf_1jxH/s1600/CxX-Helikopter+Mi-17.+%255BDispen+Kostrad%255D.jpgHelikopter Mi-17 di pamerkan dalam kunjungan Jokowi. [Dispen Kostrad]

M
asih soal kunjungan Presiden Jokowi ke Markas Divisi 1 Kostrad di Cilodong pada 16 November 2016. Di lapangan terbuka ditampilkan sejumlah alutsista kelas berat seperti sistem artileri CAESAR, Marder 1A3, Leopard 2A4RI, peluncur roket ASTROS, dan paling luar adalah helikopter angkut Mi-17V5 Hip-H.

Dua helikopter Mi-17V5 ini tampil menarik perhatian dengan kelir putih khas warna penugasan PBB. Ada apa gerangan? Apakah TNI akan mengirimkan heli angkut tangguh andalan Penerbad ini sebagai tambahan untuk memenuhi permintaan PBB? Rupanya setelah ditelusuri, dua helikopter ini justru baru kembali dari Mali, setelah mengemban tugas selama setahun penuh.

Dua Mi-17V5 ini adalah bagian dari tiga helikopter yang dikirimkan ke Mali pada bulan September 2015 bersama 140 personel TNI AD dan TNI AU yang tergabung dalam dalam INDO MUHU (Indonesian Medium Utility Helicopter Unit) yang dikirim ke negeri Afrika tersebut dalam rangka mendukung operasi MINUSMA (Multidimensional Integrated Stabilisation Mission in Mali) PBB untuk menstabilkan negeri yang diamuk perang saudara tersebut.

Di Mali, ketiga Mi-17V5 tersebut benar-benar menjadi tulang punggung bagi kontingen pasukan penjaga perdamaian dan staf PBB untuk berkunjung ke seluruh negeri dan juga untuk mengirimkan berbagai logistik ke pos-pos pasukan penjaga perdamaian PBB. Selain Mi-17V5 milik Penerbad tersebut, MINUSMA juga dibantu Belanda untuk pemenuhan heli angkut dengan empat unit CH-47D dan tiga AH-64D yang tergabung dalam HELIDET (Heli Detachment).

Sayang seribu sayang, misi INDO MUHU di Mali tidak diperpanjang. Kebutuhan operasi di tanah air membuat pengabdian perdana Penerbad di negeri jauh tersebut tidak berlanjut. TNI AD memang membutuhkan Mi-17V5 yang ada untuk mendukung berbagai operasi, termasuk Latancab yang saat ini sedang dilaksanakan di Natuna.

Jadilah pada 21 Oktober 2016 ketiga Mi-17V5 yang tadinya malang-melintang di Mali itu dibongkar dan dimasukkan ke dalam perut pesawat angkut strategis An-124-100 milik Volga Dnepr yang membawanya kembali ke Indonesia. Setelah selesai dirakit kembali, dua Mi-17V5 inilah yang kemudian ditampilkan dalam kunjungan Presiden Jokowi.

Dari TNI belum terdengar rencana untuk mengirimkan misi dan helikopter pengganti ke Mali, walaupun PBB sudah mengajukan permohonan. Dengan kembalinya Mi-17V5 Penerbad ke tanah air, MINUSMA mengalami kekurangan armada helikopter yang kronis. CH-47D milik Belanda yang masih ada pun rencananya akan ditarik pada awal 2017.

Untungnya pada 1 November, Pemerintah Jerman menyatakan komitmennya mengisi celah yang ditinggalkan Indonesia dan Belanda untuk kebutuhan helikopter MINUSMA. Adalah tiga unit helikopter NH-90 dan tiga EC665 Tiger Jerman yang akan menggantikan peran Mi-17V5, CH-47D, dan AH-64D di Mali.

Author: Aryo Nugroho

  ★ Angkasa  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.