Rabu, 07 Desember 2016

[Dunia] Industri Alutsista Laut AS Siap Ladeni Ambisi Trump

Presiden terpilih AS Donald Trump ingin menambah jumlah kapal Angkatan Laut menjadi 350 unit. (US Navy/Korrin Kim)

Industri alat utama sistem pertahanan (alutsista) laut di Amerika Serikat siap dan mampu meladeni keinginan Presiden terpilih Donald Trump untuk menggenjot produksi.

"Kalau saya tidak mempunyai kapasitas (produksi) yang dibutuhkan, saya bisa membangun kapasitas itu lebih cepat daripada kemampuan Anda menyediakan uang," kata Direktur Utama Huntington Ingalls Industries Mike Petters kepada Reuters, Senin (5/12).

Huntington Ingalls Industries merupakan salah satu perusahaan pembuat kapal militer terbesar di AS. Petters memaparkan, kendala dalam pemenuhan target Trump untuk memproduksi 350 kapal militer adalah soal pembatasan anggaran.

"Pertanyaannya adalah apakah Anda bisa menghilangkan pembatasan anggaran. Karena pembatasan itu akan mengaburkan penilaian orang-orang akan kecepatan investasi saya, seberapa cepat saya membangun kapasitas itu," kata Petters.

Terpisah, Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana John Richardson juga mengatakan dirinya meyakini industri kapal laut militer AS siap memenuhi tuntutan itu.

Menurutnya, meningkatkan target pembuatan kapal, dari 308 menjadi 350 unit, adalah hal yang relatif mudah selama dananya tersedia.

"Jika dananya tersedia, ini hanya soal kerja sama erat dengan basis industri dan mereka sangat siap untuk melakukan itu," kata Richardson.

Berbeda dengan kata Petters, dia menyebut faktor penghambat dalam hal ini adalah perekrutan dan pelatihan tenaga kerja untuk membangun kapal yang baru.

Tekad trump untuk meningkatkan jumlah kapal Angkatan Laut hingga angka 350 unit diumbar pada masa kampanye.

Kala itu, pejabat pemerintahan dan militer sudah langsung menyadari penggenjotan harus disertai peningkatan besar di bidang tenaga manusia, perawatan dan infrastruktur.

Pejabat Angkatan Laut AS masih menghitung berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan jumlah kapalnya menjadi 350 unit.

Saat ini, jumlah kapal diperkirakan masih di kisaran 290 unit.

Permintaan anggaran tambahan mungkin diajukan untuk amunisi, pesawat terbang dan peralatan lain yang mungkin dibeli dalam waktu singkat, diikuti dengan pesanan kapal selam, kapal penghancur, amphibi dan kapal induk. (aal/ama)

 AS Ubah Anggaran Pertahanan 
Bendung Rusia, AS Ubah Anggaran PertahananAktivitas militer Rusia di berbagai kawasan dinilai semakin agresif, hingga menimbulkan ancaman bagi AS. (Norwegian Royal Airforce/NTB Scanpix/Handout via Reuters)

Sejumlah pejabat militer Amerika Serikat menyatakan akan mengatur kembali anggaran pertahanan militer negara, guna membendung peningkatan agresi militer Rusia di sejumlah kawasan yang dianggap telah mengancam keamanan AS.

Rusia adalah ancaman nomor satu AS. Kita menghadapi berbagai ancaman keamanan, namun Rusia merupakan ancaman yang paling utama bagi AS, karena aspek nuklir,” ungkap pimpinan Angkatan Udara AS, Deborah James, kepada Reuters dalam Forum Pertahanan Nasional Reagan pada Minggu (4/12).

James bersama pimpinan Angkatan Laut, Laksamana John Richardson, dan pimpinan divisi pembelian persenjataan Kementerian Pertahanan AS, Frank Kendall, menyuarakan kekhawatiran perilaku militer Rusia yang dinilai semakin agresif.

Kekhawatiran ini dilontarkan seiring dengan upaya merampungkan peninjauan sektor keamanan bagi pemerintahan AS di tangan presiden terpilih Donald Trump. Dalam kampanyenya, Trump menjanjikan hubungan yang lebih dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pejabat Pentagon diperkirakan akan mengubah rencana belanja pertahanan AS secara substansial saat Trump resmi duduk di Gedung Putih meskipun rancangan belanja pertahanan 2018 sebenarnya sudah hampir rampung.

James menyatakan, salah satu yang menjadi perhatian dari agresi Rusia adalah mengenai pasukan angkatan udara Rusia dan serangan siber dari peretas Rusia pada jaringan internal institusi AS.

Sementara itu, kebijakan pertahanan AS yang selama ini lebih terfokus pada penanggulangan ancaman keamanan di wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah akan lebih terfokus kepada Rusia pada masa datang.

Perilaku Rusia menyebabkan kami mesti berpikir ulang untuk menyeimbangkan kapabilitas militer yang kami punya dengan yang akan kami butuhkan,” kata Kendall.

Kepala Staf Gabungan Korps Marinir AS, Joseph Dunford menyebutkan, tujuan utama militer Rusia adalah untuk melawan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Militer Rusia beroperasi dengan frekuensi yang cukup sering dan di wilayah yang tidak kami lihat selama beberapa dekade ini,” kata Dunford. Ia menambahkan, peningkatan operasi militer Rusia dapat terlihat dengan tindakan Moskow terkait masalah Ukraina, pencaplokan Crimea, dan konflik Suriah.

Ketegangan militer antar negara Barat khususnya AS dengan Rusia meningkat sejak pencaplokan Crimea dan intervensi Rusia dalam konflik Suriah. (stu)

  ☠ CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.