Rabu, 18 Januari 2017

[Dunia] Filipina Kirim Nota Protes atas Sistem Senjata China

Di Laut China Selatan http://cdn2.tstatic.net/banjarmasin/foto/bank/images/gaven-reef-adalah-salah-satu-pulau-buatan-china-di-lcs-dipersenjatai_20161216_102210.jpgChina Persenjatai Tujuh Pulau Buatan di LCS ☆

Filipina melayangkan nota protes diplomatik kepada China atas pengerahan sistem anti-rudal dan anti-pesawat di pulau buatan Beijing di wilayah sengketa Laut China Selatan.

Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay, mengonfirmasi kepada Reuters, Senin (16/1), bahwa nota protes tersebut dikirimkan ke Kedutaan Besar China di Manila pada Desember lalu.

Nota itu dibuat setelah Filipina mendapatkan konfirmasi dari Pusat Studi Strategi Internasional (CSIS) mengenai pengerahan senjata di pulau-pulau buatan di Spratly. Salah satu pulau tersebut terletak di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina.

Yasay mengatakan, pemerintah harus berhati-hati dalam menangani masalah LCS agar tak menimbulkan masalah yang lebih besar kelak.

"Saya hanya ingin memastikan kepada Warga Filipina bahwa kami mengambil tindakan tegas terhadap China dalam sengketa ini. Kami tidak ingin bertindak agresif atau provokatif yang tidak akan menyelesaikan masalah," katanya.

Ia kemudian menuturkan, posisi Filipina memang cukup rumit setelah Rodrigo Duterte memegang tampuk pemerintahan. Sejak menjabat, Duterte memutar balik kebijakan luar negeri Filipina sehingga lebih dekat ke China.

Pergeseran kebijakan ini cukup menyita perhatian publik. Pasalnya, pemerintah Filipina sebelumnya sangat keras terhadap China yang mengklaim 90 persen wilayah perairan LCS, salah satu jalur perdagangan tersibuk dunia.

Manila bahkan mengajukan tuntutan ke Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) mengenai klaim China di LCS yang juga tumpang tindih dengan sejumlah negara lain, termasuk Malaysia, Brunei, dan Vietnam.

Namun ketika keputusan PCA yang menolak klaim China akhirnya diumumkan tak lama setelah pelantikan Duterte, Filipina justru bersedia berunding lagi dengan China. Kedua negara bahkan kian akrab dengan perjanjian pasokan senjata dari China ke Filipina.

Meskipun demikian, Yasay memastikan bahwa Filipina harus tetap menjaga kedaulatannya. Namun sekali lagi ia mengatakan, Filipina harus berhati-hati dalam mengambil tindakan terkait LCS.

"Kami tak dapat berperang dengan China, (tapi) ketika ada laporan mengenai pembangunan sistem senjata di daerah itu yang kami ketahui, kami harus memastikan bahwa kepentingan dan hak warga Filipina terlindungi," tutur Yasay. (has)

 Persenjataan China di LCS Mengkhawatirkan 
http://www.newsjs.com/gjgp.php?q=https://news.detik.com/internasional/d-3372307/citra-satelit-tunjukkan-china-pasang-sistem-senjata-di-laut-china-selatanCitra Satelit Tunjukkan China Pasang Sistem Senjata di Laut China Selatan [Detikcom]

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan langkah China mempersenjatai pulau-pulau buatan di Laut China Selatan sangat mengganggu.

"Mereka tidak beraksi sesuai dengan retorika pemerintahan China yang mengaku damai dan bersahabat," kata Lorenzana dalam pernyataan pers yang dikutip Reuters, Selasa (17/1).

"Aksi China memiliterisasi perairan sengketa itu sangat mengganggu."

Pernyataan ini lebih keras dari Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay yang enggan mengkritisi China. Dia hanya mengatakan masalah perlu ditangani dengan berhati-hati.

"Ketika peristiwa yang bisa mengancam kedaulatan kami terjadi, kami mengeluarkan nota verbal sehingga kita bisa membicarakannya dengan pantas," ujarnya kepada stasiun televisi ANC.

Filipina mesti menyeimbangkan antara mempertahankan kedaulatan dan hubungan baik dengan China yang telah dibangun oleh Presiden Rodrigo Duterte. Terutama, jutaan dolar potensi perdagangan dengan negara rivalnya itu kini dipertaruhkan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan pihaknya mempunyai hak untuk mengerahkan "peralatan yang penting dan pantas untuk melindungi kedaulatan."

Dia juga kembali menyerukan pembicaraan dua arah antara China dan pihak yang mengklaim perairan tersebut, termasuk Filipina.

Menurutnya, hubungan antara China dan semua pihak relevan kini sudah "secara progresif mendinginkan suasana di Laut China Selatan."

Filipina, di sisi lain, telah memutuskan untuk mengesampingkan peningkatan fasilitas di pulau-pulau yang dikuasainya untuk menghindari kemarahan China.

Lorenzana mengatakan protes diplomatis adalah prosedur yang tepat. Meski hubungannya dengan China menghangat, pemerintah masih tetap harus melindungi kepentingan negara. (aal)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.