Jumat, 20 Januari 2017

TNI Yakin Kerjasama Militer Tetap Berjalan

Di bawah Donald TrumpFormasi 49 kapal perang dari berbagai negara pada latma "Komodo 2016". [TNI AL] ★

S
ebentar lagi kepemimpinan nasional Amerika Serikat beralih dari Barack Obama ke Donald Trump. TNI yakin peralihan kepemimpinan Amerika Serikat kepada Trump itu tidak akan berpengaruh apapun pada masa depan kerja sama militer Indonesia dan Amerika Serikat.

Trump dikenal sebagai sosok yang kontroversial dengan pernyataan-pernyataannya dan rencana-rencana program kerjanya.

Saya yakin apa yang menjadi kebijakan Presiden Barack Obama akan dilanjutkan. Kerja sama latihan-latihan milter di antara kedua negara tetap berjalan baik,” kata Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, seusai Rapat Pimpinan TNI 2017, di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis petang.

Berbagai kerja sama di bidang militer antara Indonesia dan Amerika Serikat sudah digalang dan terjadi sejak lama. Mulai dari latihan bersama, pertukaran perwira di jenjang-jenjang pendidikan, pembelian peralatan perang dan sistem-sistem pendukung, hingga peningkatan kapasitas SDM masing-masing pihak.

Di antara yang berjalan sejak 2000-an itu adalah International Military Education and Training di bawah kementerian pertahanan kedua negara, walau program ini sempat tersendat. Juga program pelatihan anti teror dan beasiswa kontraterorisme, program pendanaan pembelian peralatan perang, dan lain-lain.

Salah satu latihan perang dengan penekanan juga pada misi operasi militer selain perang adalah CARAT bagi TNI AL dan Iron Flash Exercise. Belakangan hal ini terjadi semakin kerap pada TNI AU, sebagaimana yang paling mutakhir terjadi di Pangkalan Udara TNI Sam Ratulangi, Manado.

TNI AU, sejak Orde Baru, menjadi pihak yang peralatan perangnya paling banyak bergantung dari Amerika Serikat.

http://defenceupdate.in/wp-content/uploads/2016/12/F-16_Fighting_Falcon.jpgTercatat AURI adalah operator perdana C-130 Hercules di belahan selatan Bumi, juga termasuk operator perdana F-16 Fighting Falcon di ASEAN, dan menyusul sebagian sistem kesenjataannya sesuai kemampuan anggaran negara.

Bahkan T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan mengambil model pengembangan teknologi dari Lockheed Martin, Amerika Serikat.

F-16 Block 60/70 Viper juga menjadi salah satu kontestan dalam program penggantian F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.

Ditanya soal pembelian, pelatihan, dan pemeliharaan peralatan perang dari Amerika Serikat, Nurmantyo menyatakan, “Pemeliharaan khan sudah dalam kontrak. Saya yakin tidak akan diputus,” kata dia.

  Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.