Selasa, 25 April 2017

[Dunia] Semodern Apakah Armada Militer Udara Rusia?

✈ Dalam setahun setengah terakhir, aviasi militer Rusia mengalami tiga kecelakaan besar: MiG-29KUB dan SU-33 yang jatuh saat beroperasi di Suriah, dan nasib nahas Tu-154 yang jatuh di Laut Hitam. Para pakar mengatakan bahw Rusia tidak akan mampu mengatasi masalah aviasi militernya dalam waktu dekat. Jet tempur Sukhoi Su-34. [Vadim Savitsky/Global Look Press]

Dalam enam tahun terakhir, Rusia telah memodernisasi lebih dari setengah teknologi di pasukan kedirgantaraannya. Per hari ini, 55 persen pesawat Rusia adalah hasil rakitan baru dan per 2020, persentasenya akan meningkat menjadi 70 persen, ujar Viktor Bondarev, Panglima Pasukan Kedirgantaraan Rusia.

Sembilan puluh persen pesawat Amerika dibeli pada 1980-an. Beberapa tahun terakhir, AS hanya menggunakan F-22 dan F-35 generasi kelima, sementara pesawat lain diperbaiki dan dimodernisasi,” ujar Alexei Ramm, analis militer untuk koran Izvestia.

Ia menambahkan bahwa, berbeda dengan AS, ada masanya di mana Rusia tidak menyuplai teknologi baru untuk tentaranya dan pesawat tua semakin berkarat di anggar. “Yang ada hari ini adalah hasil dari keputusan yang dibuat pada 2010 untuk kembali mempersenjatai tentara Rusia.

Ini berarti per 2020, sesuai kerangka Program Pengadaan Senjata Kembali untuk Tentara, Pasukan Kedirgantaraan Rusia akan menerima lebih dari 600 pesawat modern, termasuk jet tempur generasi kelima dan lebih dari 1.000 helikopter.

Armada udara menerima sekitar 150 pesawat dan helikopter setiap tahunnya. Tahun lalu, pasukan kedirgantaraan menerima 139 unit teknologi, termasuk 59 jet tempur MiG-29SMT, Su-30M2, Su-30SM, Su-34, dan Su-35S. Selain itu ada pula pengebom strategis Tu-160 dan Tu-95.

Tupolev Tu-95MS four-engine turboprop-powered strategic bomber and missile platform. / Photo: Vadim Savitsky/Global Look PressTupolev Tu-95MS four-engine turboprop-powered strategic bomber and missile platform. / Photo: Vadim Savitsky/Global Look PressPengebom strategis Tupolev Tu-95MS bertenaga turboprop. [Vadim Savitsky/Global Look Press]

 Aviasi sipil-militer 

Pada 25 Desember 2016, sebuah pesawat militer Tu-154 jatuh di Laut Hitam 70 detik setelah lepas landas, membunuh semua 92 orang di dalamnya.

Tragedi ini adalah kecelakaan udara paling mematikan tahun lalu dan sebagai hasilnya, Kemenhan Rusia saat ini ingin mengganti setiap Tu-154-nya yang sudah menua dengan mesin modern, ujar Pavel Burat, Direktur Laboratorium Internasional Sistem Energi dan Mekanika di Universitas Teknologi Informasi.

Rusia berencana untuk mengganti mesin-mesinnya yang berusia 30 hingga 40 tahun dengan pesawat An-148 jarak sedang. Tapi masalahnya Rusia perlu membeli 50 pesawat, sedangkan satu An-148 berharga 30 juta dolar AS. Untuk mampu membeli, Rusia harus meninjau anggarannya dan juga mengoreksi rencana untuk membeli teknologi aviasi. Inilah mengapa kemenhan tidak akan mampu mengatasi masalah ini dalam waktu dekat,” ujar Burat.

Menurutnya, ada satu cara alternatif: mengganti Tu-154 yang sudah berusia 40 tahun dengan pesawat serupa dari tahun ’90-an, yang sudah berdebu di anggar dan hanya mampu menempuh jarak dekat.

Mesin ini seharga kacang, hanya 500.000 dolar AS per pesawat. Untuk sementara mereka dapat mengatasi masalah transportasi udara sipil-militer, sementara militer mencari uang tambahan untuk mesin baru yang mahal,” ujar Burat.

Ditambahkannya, jika rencananya tidak berubah, dalam beberapa tahun ke depan Kemenhan Rusia akan menggunakan An-48 dan turboprop II-112. Tu-204 dan Tu-214 akan digunakan untuk penerbangan jarak jauh.

 Pembiayaan 

Dalam beberapa tahun terakhir, ada sejumlah perubahan di program pengadaan senjata kembali. Jumlah anggaran tetap sama, tapi pembelian beberapa jenis teknologi ditunda.

Enam tahun lalu Kemenhan Rusia menginvestasikan 7,5 triliun rubel (sekitar 127 miliar dolar AS) untuk memodernisasi armada udaranya per 2022. Mereka bahkan berencana membeli sekitar 50 unit jet tempur T-50 tahun itu,” ujar Ruslan Pukhov, Direktur Pusat Analisis Strategi dan Teknologi Rusia. Namun begitu, menurutnya, krisis, sanksi, dan resesi ekonomi telah menunda rencana tersebut.

Selain perubahan batas waktu produksi teknologi, kemenhan juga memutuskan untuk hanya membeli 12 unit jet tempur T-50, ujar Pukhov. Selanjutnya, untuk periode 2018 hingga 2025, program pengembangan senjata negara mungkin akan turut meliputi penyuplaian pesawat generasi kelima.

 Sanksi dan substitusi impor 

Tahun 2014, setelah Krimea bergabung Rusia, Rusia diberikan sanksi ekonomi dan industri, terutama di sektor militer. Hasilnya, Moskow terpaksa mengakhiri perjanjian komersial dengan beberapa perusahaan asing.

Untuk industri aviasi Rusia, ketiadaan komponen dari Barat dan Ukraina berarti ketiadaan mesin pesawat transportasi militer, ketiadaan suplai teknologi, dan ketiadaan komponen elektronik untuk beberapa model pesawat.

Akibatnya, pemerintah terpaksa mengembangkan program substitusi impor, yaitu produksi onderdil dan komponen ekspor di pabrik Rusia. Sekitar 50 miliar rubel (842 juta dolar AS) dialokasikan untuk program ini.

 Mikoyan MiG-29. / Photo: Vadim Savitsky/Global Look PressMikoyan MiG-29. [Vadim Savitsky/Global Look Press]

Menurut Igor Korotchenko, pemimpin redaksi majalah Natsionalnaya Oborona, hasil program itu muncul hanya setahun setelah diluncurkan.

Perusahan-perusahaan kita sudah menguasai rantai produksi untuk onderdil mesin pesawat latihan militer Yak-130 dan mengembangkan sistem penargetan baru untuk Su-27SM3, Su-30SM, dan Su-35S, yang mengganti sistem Sura milik Ukraina,” ujar Korotchenko.

Menurut Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitri Rogozin, Rusia akan mampu memproduksi komponen yang setara dengan buatan Ukraina per 2018, dan setara dengan buatan Barat per 2021.

Namun begitu, para pakar percaya bahwa terlalu ambisius bagi Rusia untuk merealisasikannya tahun tersebut. Menurut mereka, Rusia baru akan mampu memproduksi onderdil dan sistem navigasi terpisah pada pertengahan 2020-an.

 Pesawat Tempur T-50 Akan Dapatkan Mesin Baru 
A T-50 fighter jetJet tempur T-50 mengudara selama kompetisi keterampilan penerbangan internasional Aviadarts 2016 di pusat pengujian Angkatan Udara Rusia Chauda di luar kota Feodosia. [Evgeny Biyatov / RIA Novosti]

Perusahaan Rusia United Engine Corporation (UEC), bagian dari Rostec, telah sukses menyelesaikan sistem pengapian pertama pada pengerjaan tahap kedua mesin pesawat Sukhoi T-50 PAK FA (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation, ‘Kompleks Dirgantara Prospektif Aviasi Garis Depan’).

Selain mesin tersebut, perusahaan juga telah menyiapkan generator gas untuk melakukan pengujian mesin.

 Mesin Apa yang Digunakan T-50 Saat Ini? 

Saat ini, T-50 masih menggunakan mesin tahap pertama, yaitu Al-41 yang dimodernisasi.

Menurut Pavel Bulat, seorang pakar avionik sekaligus kepala Perusahaan Kupol Group, mesin tersebut serupa dengan mesin Su-27 dan Su-30, serta model lain dari seri tersebut, meski ini adalah versi yang lebih baru.

Mesin untuk T-50 telah ditingkatkan secara signifikan dibanding model aslinya — mereka memiliki sistem kendali terbaru, kompresor, dan lain-lain. Namun, mesin itu masih ketinggalan dibanding konsep generasi kelima dan sangat terlihat di layar radar,” kata sang pakar.

Mesin baru, tahap kedua, merupakan salah satu yang paling canggih di dunia, terang Bulat. Berkat mesin ini, T-50 dapat berakselerasi menuju kecepatan supersonik tanpa menggunakan pembakaran lanjut (afterburner), dan mempertahankan kecepatan sepanjang penerbangan.

Saya pikir kecepatannya akan mencapai Mach 1,6 atau sekitar 2.000 kilometer per jam, tergantung pada medan yang dilalui penerbangan tersebut. Mesin juga akan memperbaiki kemampuan siluman T-50 secara signifikan berkat penggunaan material komposit baru,’ terang Bulat.

Selain itu, para perancang berharap dapat menguji mesin baru pada jet tempur mereka 1,5 tahun dari sekarang. Mereka ingin mesin itu sudah digunakan secara menyeluruh pada 2020.

Selain mesin, ada dua hal lain yang juga perlu dimodifikasi, yakni stasiun radar, dan mereka perlu mengeliminasi kekurangan dalam konsep kerangka udara, yang — di antara semua pesawat yang terbang saat ini — merupakan yang paling modern di dunia," terang sang analis.

 Meriam Berkaliber 30 Milimeter 

Salah satu meriam yang paling ringan di kelasnya, yaitu meriam 9-A1-4071K dirancang untuk menyerang kendaraan lapis baja atau target lapis baja milik musuh. Dalam sekali penerbangan, pilot dapat melancarkan 150 tembakan dari senjata 30 milimeter ini.

Senjata baru ini merupakan modifikasi dari meriam pesawat single-barrel GSh-301 yang digunakan oleh pesawat tempur dan pengebom Rusia.

 Bom Pesawat 

PKe depannya, pesawat tempur generasi kelima juga akan menerima bom berdaya ledak tinggi dan bom thermobaric, kata CEO perusahaan “Techmash” Sergey Rusakov pada 22 September lalu.

Menurutnya, saat ini pemasangan bom berdaya ledak tinggi OFZAB-500 dan bom thermobaric ODAB-500PMB untuk PAK FA sedang dipertimbangkan. Keduanya pernah digunakan dalam operasi di Suriah oleh Rusia. Saat ini, hulu ledaknya sudah diproduksi untuk kemudian dilakukan uji coba.

Sesuai program persenjataan Rusia, Angkatan Bersenjata Rusia akan menerima 12 pesawat tempur T-50 sebelum akhir tahun ini. Sebuah kontrak pasokan pesawat generasi terbaru akan didiskusikan dengan Kementerian Pertahanan Rusia pada akhir 2016. Kemudian, Departemen Perang akan memutuskan berapa banyak pesawat yang dibutuhkan.

  RBTH  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.