Rabu, 05 Juli 2017

[Dunia] Militer Filipina Temukan Jasad Milisi Warga Indonesia

Di Marawi Seorang anggota Philippine National Police (PNP) menutup sebuah pintu rusah warga, usai ditandainya dengan lambang `X` saat mencari militan ISIS, Maute yang telah menguasai kota Marawi di Filipina, 29 Juni 2017. [REUTERS]

Militer Filipina menemukan jasad milisi warga Indonesia di antara sebelas jasad milisi asing lainnya di Marawi saat mengevakuasi korban pertempuran antara pasukan pemerintah dan Maute, kelompok pemberontak jaringan ISIS.

Militer Filipina pada Selasa, 4 Juli 2017, telah memulai misi untuk menemukan dan mengevakuasi ratusan jenazah korban di Marawi.

Sejauh ini tim evakuasi telah menemukan 57 jenazah dan beberapa di antaranya diyakini merupakan jenazah milisi Maute yang berencana mendirikan kekhalifahan di Filipina.

Berdasarkan identifikasi awal, milisi dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Yaman, Arab Saudi, Chechnya, dan India termasuk di antara sebelas jasad warga asing yang ditemukan.

"Satu jenazah yang tampaknya milisi asing juga ditemukan oleh tentara. Diyakini bahwa ia adalah salah satu milisi asing yang dilaporkan berasal dari Singapura," kata sumber militer Filipina, seperti yang dilansir Channel News Asia pada 4 Juli.

Selain jasad milisi asal Singapura, jasad milisi asing lainnya adalah 2 warga Malaysia, 2 warga Arab Saudi, dan 2 warga Indonesia, serta masing-masing 1 dari Yaman, Chechnya, dan India.

Pemerintah Indonesia pada Mei lalu menyatakan terdapat beberapa warga Indonesia yang terlibat dalam kegiatan terkait dengan terorisme di Filipina selatan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT Suhardi Alius mensinyalir ada lebih dari 40 warga negara Indonesia yang diduga bergabung dan terlibat dalam aksi teror di Marawi.

Marawi yang terletak di selatan Filipina itu telah berada di bawah darurat militer sejak 23 Mei, setelah ratusan orang bersenjata mengibarkan bendera ISIS menduduki Kota Marawi dan memicu pertempuran yang mematikan yang belum berakhir.

Lebih dari 400 orang, termasuk 337 milisi dan 85 anggota pasukan keamanan, tewas dalam pertempuran di Marawi. Sebanyak 44 warga sipil juga telah terbunuh, baik dalam baku tembak atau dieksekusi oleh milisi.

Kehadiran milisi asing yang bertempur di Marawi telah menimbulkan kekhawatiran bahwa wilayah tersebut ditargetkan untuk menjadi pusat kekuasaan ISIS yang telah kalah di Irak dan Suriah.

 Tim Evakuasi Temukan 57 Jenazah 
Tim Evakuasi Temukan 57 Jenazah dari MarawiPasukan Filipina mengawal warga yang terjebak selama 5 minggu dilokasi pertempuran dengan militan Maute di kota Marawi, Filipina, 1 Juli 2017. [REUTERS/Jorge Silva]

Tim evakuasi telah memulai misi untuk menemukan dan mengevakasui ratusan jenazah korban pertempuran antara tentara pemerintah Filipina dan milisi Maute di Marawi. Sejauh ini tim menemukan 57 jenazah.

Menurut Zia Alonto Adiong, juru bicara Komite Manajemen Krisis Provinsi, sebanyak 57 jenazah itu ditemukan tim penyelamat dari daerah-daerah di kota Marawi yang telah dinyatakan aman.

Adiong mengatakan, jenazah-jenazah tersebut terdiri dari anggota masyarakat sipil dan anggota kelompok Maute yang terbunuh. Namun belum dilakukan identifikasi.

"Jenazah-jenazah tersebut akan dibawa ke Iligan City untuk diproses oleh Laboratorium Kejahatan Berat Kepolisian Filipina," kata Adiong seperti yang dilansir GMA News pada 4 Juli 2017.

Militer mengatakan bahwa lebih dari 40 warga sipil telah dikonfirmasi terbunuh oleh kelompok Maute di Marawi. Selain melaporkan bahwa lebih dari 300 militan dan sedikitnya 80 dari pihak pemerintah telah terbunuh dalam konflik yang dimulai pada 23 Mei 2017.

 Hapilon, Bersembunyi di Masjid 
Pemimpin Abu Sayyaf, Hapilon, Bersembunyi di Masjid di Marawi   Pria yang diidentifikasi oleh perwira Intelijen Filipina sebagai Isnilon Hapilon (slayer juning) dan Abdullah Maute (kanan kedua) terlihat dalam gambar diam yang diambil dari video yang dikeluarkan oleh Angkatan Bersenjata Filipina pada tanggal 7 Juni 2017. Angkatan Bersenjata Filipina / Handout via REUTERS

Militer Filipina menegaskan bahwa pemimpin Abu Sayyaf yang memimpin aksi teror di Marawi, Isnilon Hapilon, masih bersembunyi di satu masjid di kota itu.

Militer Filipina pekan lalu menduga Hapilon telah melarikan diri dari Marawi. Namun laporan intelijen menyebutkan dia masih di Marawi, kota yang telah menjadi medan pertempuran antara pasukan pemerintah dengan pemberontak selama hampir enam pekan.

"Menurut informasi terbaru kami, dia masih berada di dalam Marawi, dia bersembunyi di dalam salah satu masjid di Marawi," kata Delfin Lorenzana, Menteri Pertahanan Filipina seperti yang dilansir Inquirer pada 3 Juli 2017.

Lorenzana mengatakan, Hapilon belum kembali ke pulau asalnya di Basilan. "Ada tiga milisi dari Marawi yang tiba di Basilan lebih dari seminggu yang lalu, tapi Isnilon bukan salah satunya, jadi kita masih percaya bahwa dia masih di Marawi," katanya.

Hapilon telah ditunjuk sebagai pemimpin ISIS di Asia Tenggara. Dia dan anak buahnya mendukung kelompok Maute, yang dipimpin oleh dua bersaudara Abdullah dan Omar, untuk mendirikan kekhalifahan di Marawi.

Pertempuran antara kelompok Abu Sayyaf pimpinan Hapilon melawan pasukan pemerintah Filipina meletus di kota Marawi pada 23 Mei 2017. Sedikitnya 459 orang, yakni 336 tersangka teroris, 39 warga sipil, dan 84 tentara pemerintah telah meninggal sejak pertempuran itu dimulai. Pertempuran juga memaksa sekitar 400.000 warga sipil mengungsi ke wilayah yang lebih aman.


  ★ Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.