Senin, 17 Juli 2017

Howitzer LG1 MkIII TNI AD

Membuka Era Baru Digitalisasi Artilerihttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiA09Xj84jD6yLIkTqQxi0GmEXvS3a-Cod4Smk2bCOfj__Ogv-6VDVtMT1hyV-4iUR2SizlGLvgZKb_ATPmDhpyC6AN8eFevz9GaI3ko5F0rhMAuVxH7o3375uaHqxHKnZDPup-rP0Pmw8/s1600/Formasi-Perang-Latgab-2014-15.jpgMeriam LG1 MkII Marinir [TNI AL]

Korps Artileri TNI AD boleh dikata menang banyak dalam pemenuhan Kekuatan Esensial Minimum Tahap II. Di antara kecabangan lainnya, Korps Artileri khususnya Artileri Medan memperoleh beragam alutsista dari kelas berat, menengah, dan sedang dalam jumlah yang sangat signifikan. Setelah pembelian sistem howitzer swagerak berbasis truk CAESAR, satu lagi produk sistem artileri buatan perusahaan Nexter dipastikan diakusisi oleh Armed TNI AD.

Produk dimaksud adalah meriam howitzer ringan LG1 MkIII kaliber 105mm, yang dibeli dalam jumlah yang sangat besar, yaitu 36 pucuk yang kurang lebih mencakup kebutuhan untuk 2 batalyon sekaligus. Rencana pengadaan meriam baru 105mm yang akan diadakan untuk memenuhi MEF II adalah untuk 3 batalyon lagi.

LG-1 MkIII dibeli sebagai pengganti meriam M101, M2A2, dan meriam gunung 76mm yang sudah lama mengabdi. Maklum saja, meriam gunung 76mm sudah tentu out of league alias sudah kalah kelas dibandingkan dengan sistem howitzer ringan di negara lain yang sudah menjadikan kaliber 105mm sebagai standar. TNI AD menjadi pengguna kedua di tanah air setelah Korps Marinir menggunakan varian LG1 MkII. Sebagai catatan, Korp Marinir sudah membeli menggunakan 22 pucuk meriam LG1 MkII.

Keputusan TNI AD menjatuhkan pilihan pada LG1 ini dilakukan tidak dalam waktu singkat. Butuh masa perkenalan kurang lebih tiga tahun sebelum TNI AD mantap menjatuhkan pilihan kepada salah satu sistem meriam paling ringan di kelasnya tersebut.Maklum, sebelumnya TNI AD sudah mengadopsi meriam KH-178 lansiran Korea Selatan sebelum memutuskan berpaling ke Perancis.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_R1FEwAQwhSBPtovIqZiX8YDZLf4rOOhyuV4YckMo558h03clsSbK8VcfL0Cir1EB-KrMhiT_WmhPXRGX4576rfVbGPBiSuu8NPdPmj2y5gkR-LZu1NgrhWKDMVdfPbX0_QPFnnOHU0A/s400/iovji3u3.jpgMeriam artileri KH 178 TNI AD produk Korea Selatan [TNI AD]

Dibandingkan dengan sistem LG1 MkII yang sudah diadopsi terlebih dahulu, LG-1 MkIII membawa sejumlah penyempurnaan, di antaranya berkurangnya jumlah prajurit yang harus mengawaki meriam, dari tujuh orang menjadi lima orang, dan sistem digitalisasi sistem bidik dan komunikasi antar baterai.

LG1 sendiri didesain sebagai sistem yang sangat portabel. Dalam konfigurasi transpor, antara kaki-kaki penstabil dan laras kanon yang bisa diputar 180 derajat membentuk satu bidang yang berukuran kompak dan masuk dalam palet standar NATO.

Selain cukup ditarik oleh rantis 4x4, meriam howitzer berbobot 1,5 ton ini bisa dibawa dengan helikopter sekelas Bell 412SP/EP yang dimiliki oleh Penerbad TNI AD, atau bahkan diterjunkan dengan menggunakan parasut dengan palet standar NATO. Nexter sebagai pabriknya mengklaim bahwa LG1 MkIII merupakan sistem howitzer tarik 105mm paling ringan di dunia.

Kemampuan tembaknya pun tergolong tinggi, mencapai 12 butir peluru 105mm per menitnya. Jarak jangkaunya bisa mencapai 15 atau 17 kilometer, dengan catatan menggunakan munisi khusus buatan Nexter yaitu tipe Base Bleed OE LP G3 atau HE BB ER G3. Dengan amunisi standar, jarak jangkaunya mencapai 10 sampai dengan 11 kilometer.

Total Nexter memiliki lima jenis amunisi untuk LG1, tetapi meriam ini kompatibel dengan berbagai amunisi 105mm dari berbagai produsen. Maklum saja, TNI AD tercatat membeli amunisi 105mm howitzer dengan lebih dari 3 pemasok dari berbagai negara.

[soltron]

Namun yang membuat LG1 MkIII istimewa adalah digitalisasi sistem penembakannya. Tidak perlu lagi menggunakan klinometer dan mengukur elevasi untuk menentukan sudut penembakan (gun laying). LG1 MkIII telah dilengkapi dengan komputer balistik tipe Kearfott KN-4051 MILNAV.

Komputer balistik yang dipasang pada casing baja anti peluru 5,56x45mm di sisi kiri meriam ini bisa mengukur azimuth, elevasi, dan menerima data target sasaran secara otomatis menggunakan sistem datalink, dan hasilnya ditampilkan pada display LCD layar lebar berukuran 6x8 inci buatan Astronautics. Layar ini memang belum menggunakan layar sentuh, tetapi artikulasi menggunakan tombol yang mengelilingi layar. KN-4051 sendiri memiliki tingkat akurasi hanya 10 meter dari titik koordinat, memastikan akurasi perkenaan meriam yang tinggi.

Keputusan TNI AD membeli kendaraan pengarah artileri Nexter dan juga sistem CAESAR tentu membantu integrasi sistem manajemen pertempuran khususnya artileri dalam memberikan bantuan tembakan. Belum diketahui sistem manajemen tempur artileri yang akan digunakan, tetapi Perancis sendiri menggunakan sistem Atlas buatan Thales untuk menghubungkan sistem artilerinya. [Aryo nugroho/berbagai sumber]

  UCtalks  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.