Selasa, 22 Agustus 2017

Indonesia Beli 11 Sukhoi

✈️ Harganya 90 Juta Dollar AS Per Pesawat✈️ Sukhoi Su-35[KnAAPO]

Pemerintah Indonesia dan Rusia sepakat melakukan imbal beli dalam pembelian 11 pesawat Sukhoi SU-35 dengan sejumlah komoditas nasional.

Barter tersebut terealisasi setelah ditandatangainya Memorandum of Understanding (MOU) antara BUMN Rusia, Rostec, dengan BUMN Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.

Pembelian pesawat ini untuk menggantikan pesawat F-5 dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan di dalam negeri.

Lalu, berapa harga satu Sukhoi yang akan dibeli Indonesia dari Rusia?

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, awalnya pihak Rusia menawarkan harga 150 juta dollar AS untuk satu pesawat Sukhoi.

Setelah proses tawar menawar akhirnya disepakati harga 90 juta dollar AS per pesawat.

Ryamizard memastikan seluruh pesawat Sukhoi yang akan dibeli tersebut sudah lengkap dengan sistem persenjataannya.

"Yang kita beli ini 90 juta dollar AS, bisa dua-duanya, menembak dan mengebom, lengkap. Saya nawar sudah lama, buka harga 150 dollar AS, sekarang jadi 90 dollar AS," ujar Ryamizard saat memberikan keterangan pers di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa (22/8/2017).

Menurut Ryamizard, pihaknya akan mengundang pihak Rusia untuk membicarakan proses pembelian sebelas Sukhoi.

Rencananya, pesawat Sukhoi tersebut akan tiba di Indonesia pada 2019 atau dua tahun setelah penandatanganan perjanjian jual beli.

"Biar ini cepat selesai saya undang mereka ke sini. Mungkin minggu depan atau bulan depan. Setelah tanda tangan, dua tahun, (pesawat) baru akan sampai sini," tuturnya.

Selain itu, Ryamizard menegaskan bahwa pembelian Sukhoi melalui mekanisme imbal beli tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. UU No. 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Pasal 43 ayat 5 (e) UU Industri Pertahanan menyatakan bahwa setiap pengadaan alat peralatan pertahanan keamanan (Alpalhankam) dari luar negeri wajib disertakan imbal dagang, kandungan lokal dan offset minimal 85 persen, di mana Kandungan lokal dan/atau offset paling rendah 35 persen.

Sementara itu, pihak Rusia hanya sanggup memberikan offset dan lokal konten sebesar 35 persen, maka Indonesia menegaskan kembali bahwa pembelian Sukhoi ini dibarengi dengan kegiatan imbal beli yang nilainya 50 persen nilai kontrak.

Artinya, Indonesia membeli Sukhoi dari Rusia, dan Rusia sebagai negara penjual berkewajiban membeli sejumlah komoditas ekspor Indonesia.

"Ini baru pertama kali kita merasakan UU itu sebelumnya belum terlaksana. Pembelian ini berdasarkan UU, sesuai aturan," ujar Ryamizard.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, dengan skema imbal beli tersebut, Indonesia mendapat potensi ekspor sebesar 50 persen dari nilai pembelian SU-35.

Namun, menurut Enggar, Rusia belum memutuskan komoditas nasional apa yang akan dibeli.

"Persentase dalam pengadaan SU-35 ini yaitu 35 persen dalam bentuk ofset dan 50 persen dalam bentuk imbal beli. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan nilai ekspor sebesar 570 juta dollar AS dari 1,14 miliar dollar AS pengadaan SU-35," ujar Enggar.

Pemerintah Rusia dan Indonesia sepakat menunjuk Rostec dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai pelaksana teknis imbal beli tersebut.

Dalam MoU tersebut Rostec menjamin akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor, dengan pilihan berupa karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri pertahanan, dan produk lainnya.

Dengan imbal beli ini, Indonesia dapat mengekspor komoditas yang sudah pernah diekspor maupun yang belum diekspor sebelumnya,” tutur Enggar.

 Terganjal Fluktuasi Harga Komoditas 
Barter Sukhoi Rusia Terganjal Fluktuasi Harga KomoditasSaat ini, pemerintah masih mengkaji skema valuasi barang yang akan diperdagangkan antara komoditas perkebunan Indonesia dengan pesawat Sukhoi Rusia. [REUTERS/Sergei Karpukhin]

Kesepakatan Indonesia dengan Rusia untuk perdagangan tukar barang (barter) pesawat Sukhoi dengan sejumlah komoditas agaknya belum bisa terlaksana dalam waktu dekat ini. Pasalnya, kesepakatan kedua negara masih terganjal oleh penentuan harga kedua barang yang akan 'diperjual-belikan'.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pemerintah masih akan mengkaji skema valuasi barang yang akan diperdagangkan antara komoditas perkebunan Indonesia dengan pesawat Sukhoi Rusia. Dengan demikian, perjanjian imbal dagang sukhoi masih menunggu proses valuasi.

Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk membeli 11 pesawat SU-35 dari Rusia senilai US$ 1,14 miliar. Namun, untuk mendapatkan pesawat tersebut, Indonesia harus berhitung lebih cermat lantaran harga sejumlah komoditas tidak stabil, serta cenderung berfluktuasi di pasar global.

Agar tak saling merugikan, lanjut Enggartiasto, perlu pula transparansi terkait volume dan nilai ekspor komoditas yang dibarter ke publik, termasuk valuasi pesawat Sukhoi dari Rusia sendiri.

"Mengenai harga, kami masih open (terbuka). Kami akan melihat analisis proyeksi dari komoditas. Saya akan melibatkan para pemain CPO dan asosiasinya untuk membuat proyeksi pasar," tutur dia, Selasa (22/8).

Sebelumnya, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan Rusia, Rostec. Kedua pihak berkomitmen untuk segera merealisasikan pertukaran Sukhoi SU-35 dengan sejumlah komoditas Indonesia.

Enggar menjelaskan, pesawat tempur Sukhoi akan menggantikan armada F-5 milik Indonesia yang sudah usang. Pemerintah menyiapkan sejumlah komoditas mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan untuk ditukar dengan pesawat itu.

"Secara relatif, harga bisa kami kontrol. Karena Indonesia punya pangsa pasar CPO terbesar di dunia. Pada saat harga komoditas naik, saat itulah kami akan lakukan transaksi," terang dia.

Sementara itu, pemerintah masih menahan diri untuk tidak melibatkan komoditas karet lantaran kondisi harganya yang diproyeksi masih terus menurun.

"Karet, saya tidak mau kasih, karena ada kecendurungan harga karet terus turun. Kalaupun mau ya paling hanya crumb rubber," kata Enggartiasto.

Kementerian Perdagangan memiliki catatan perdagangan total antara kedua negara mencapai US$ 2,11 miliar dengan surplus untuk Indonesia sebesar US$ 411 juta pada 2016. Neraca perdagangan kedua pihak meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu US$ 1,9 miliar. (bir)

 Berikut video liputan CNN dari Youtube : 


  ✈️ Kompas  | CNN 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.