Kamis, 10 Agustus 2017

Singapura Punya Radar yang Daya Jangkaunya hingga Sulawesi

TNI AU kembangkan radar bersama UGMhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEQ5lBioExtX8VpviKAYYbKQDK7JNtuJ6y5lN0vNEjwBrVcIKVmHovW0hfZvEjyGESQh-MznW30jvhCe3yT3bx9IeNxqAaKmRP9-z3nRaT-u6n0gyLAT3KdDgjkam3itnr13Mhup85RBG9/s400/berita_415086_800x600_Radar_212.jpgRadar Terbaru TNI AU

Singapura memiliki teknologi radar yang daya jangkaunya hingga ke Pulau Sulawesi. Padahal, Singapura hanyalah sebuah pulau kecil. Tak pelak, ini menjadi ancaman nyata bagi kedaulatan udara Indonesia.

"Jatuhnya pesawat Adam Air DHI 574 tanggal 1 Januari 2007, salah satunya, diketahui dari sinyal radar milik Singapura. Itu jaraknya ribuan kilometer," kata Direktur Eksekutif Institute for Defense Security and Peace Studies, Mufti Makarim kepada VIVA.co.id, Rabu, 9 Agustus 2017.

Oleh karena itu, ia mengatakan, Indonesia harus memiliki radar yang kemampuan atau daya jangkaunya, minimal, setara atau lebih canggih dari Singapura.

Pernyataan Mufti ini menanggapi kerja sama pembuatan 12 radar antara TNI Angkatan Udara dengan Universitas Gadjah Mada, pada Senin 7 Agustus lalu.

Mufti melanjutkan, kemampuan radar yang dimiliki Indonesia nantinya harus mampu menjangkau beberapa pulau, karena sifatnya statis.

Hal ini untuk melengkapi kemampuan surveillance (pengawasan) udara yang lebih banyak mengandalkan jet tempur atau mobile.

 Mendesak 

"Daya dukung untuk memantau udara kita ada dua. Dinamis (mobile) dan statis (diam di tempat). Radar itu statis. Menerbangkan pesawat tempur itu dinamis. Dari sisi ongkos operasional, statis tentu lebih murah," ungkap Mufti.

Meski demikian, ia sepakat bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memperkuat pengawasan wilayah udara Indonesia.

Mengenai kemampuan pesawat nirawak (drone), Mufti mengaku kalau itu bagian dari komponen pendukung operasi dan bukanlah utama.

"Untuk menjaga Indonesia, tidak mungkin diserahkan ke drone. Karena memiliki keterbatasan. Tapi bisa dimasukkan ke dalam pendukung operasi. Tetap radar menjadi mata pertahanan udara nasional," tutur dia.

Menurut Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Hadi Tjahjanto, pihaknya masih memerlukan setidaknya 12 unit radar untuk melengkapi 20 unit yang sudah operasional selama ini.

Idealnya Indonesia memiliki 32 unit radar dan kini baru ada 20 unit. Karena itu kamu masih memerlukan sekurangnya 12 unit lagi,” kata Hadi, menjelaskan.

  Vivanews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.