Senjata Selundupan di Sudan Bukan Milik Pasukan Perdamaian RI Ilustrasi FPU Indonesia [reinhardjambi] ☆
Tim bantuan hukum Indonesia berhasil melakukan rekonstruksi bersama otoritas Sudan terkait dugaan penyelundupan senjata oleh pasukan Formed Police Unit (FPU) VIII RI. Rekonstruksi bersama tersebut menghasilkan temuan bahwa ratusan senjata itu bukan milik pasukan Indonesia.
"Dalam kegiatan penyelidikan, kita berhasil melakukan joint investigation di sana bersama-sama. Kemudian di sana melakukan pemeriksaan, melakukan rekonstruksi, jadi lokasi-lokasi, titik-titik masing-masing, di mana orang, di mana koper, di mana pintu masuk, di mana pintu keluar," jelas Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2017).
Dari hasil joint investigation itu dinyatakan bahwa ratusan senjata dan amunisi tersebut bukanlah milik pasukan FPU VIII Indonesia.
Tim bantuan hukum Indonesia yang dipimpin oleh Brigjen Johni Asadoma ini sudah bertemu dengan beberapa pihak, di antaranya pihak otoritas Sudan, pihak UNAMID, PBB, juga Kedutaan Besar Indonesia di Khartoum, Sudan.
"Dari sekarang kan makin jelas, tidak ada hal-hal yang ditemukan atau temuan yang menyatakan itu (senjata selundupan) bagian daripada barang-barang milik tim FPU VIII," ungkap Rikwanto.
Saat ini, Polri tengah menunggu keputusan dan kesimpulan dari UNAMID dan PBB mengenai tanggal pemulangan 139 personel pasukan FPU VIII ke Tanah Air.
"Informasi terakhir dari sana diperkirakan bisa dipulangkan setelah tanggal 15 (Februari) ya," pungkas Rikwanto. (brt/rvk)
Ilustrasi Latma di Samudra India ☆
India kini terus meningkatkan hubungan militer dengan Indonesia dengan perhatian khusus terhadap China. India dan Indonesia telah memutuskan untuk mengadakan latihan tempur udara bersama untuk pertama kalinya serta mempererat kerjasama keamanan maritim. Demikian seperti dilaporkan oleh The Times of India Online.
Laporan itu menyatakan bahwa sumber-sumber pertahanan India menawarkan diri untuk melatih prajurit Angkatan Laut dari Indonesia dalam apa yang dikatakan “seni yang rumit” operasi kapal selam dalam kunjungan Menteri Pertahanan Mohan Kumar ke Indonesia baru-baru ini.
India dan Indonesia berusaha meningkatkan hubungan pertahanan, mengingat meningkatnya pembangunan militer China di Laut Cina Selatan, seperti dilansir oleh International Business Times.
Angkatan laut kedua negara juga telah melakukan patroli terkoordinasi di sisi masing-masing dari garis perbatasan maritim internasional (IMBL) dua kali setahun sejak tahun 2002, dengan tujuan untuk menjaga bagian penting kawasan Samudera Hindia tetap aman bagi pelayaran komersial dan perdagangan internasional.
Di Laut Jawa Ilustrasi KCR 60 [RAN] ☆
Para penyelam Indonesia dan Australia siap beraksi bersama untuk menyelamatkan bangkai kapal Perang Dunia (PD) II HMAS Perth yang karam di Laut Jawa. Operasi penyelamatan itu akan berlangsung bulan depan.
Operasi penyelamatan bangkai kapal PD II itu menyusul laporan tentang penjarahan bangkai kapal. Di dalam bangkai kapal itu diyakini terdapat sisa-sisa dari jenazah korban PD II.
Selain HMAS Perth, ada juga tiga kapal perang Jepang yang tenggelam di Laut Jawa selama perang tahun 1944. Kapal-kapal perang Jepang tersebut karam setelah diserang pasukan Amerika Serikat kala itu.
Sebuah survei sonar terhadap kapal HMAS Perth sudah dilakukan sejak 2014 lalu. Hasil survei itu mengejutkan para peneliti karena besi-besi tua dari bangkai kapal sudah dijarah.
Survei itu dilakukan tim dari Museum Maritim Nasional Australia dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Indonesia.
Direktur Museum Maritim Nasional Australia, Kevin Sumption, mengatakan penyelaman nanti akan mengonfirmasi kondisi bangkai kapal PD II.
”Kami sangat menyadari bahwa ada kekhawatiran di masyarakat dan kami melakukan segala yang kami bisa, bekerja dalam kemitraan erat dengan mitra kami di Indonesia, untuk mengamankan dan melindungi situs tersebut,” kata Sumption, seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Sabtu (11/2/2017).
Direktur Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Indonesia, I Made Geria, mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei sonar dan penyelaman, akan diambil tindakan segera untuk mengamankan situs kapal PD II yang karam di Laut Jawa.
“(Kami) memahami pentingnya bangkai Perth, baik secara historis sebagai kapal Perang Dunia II dan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi lebih dari 300 pelaut,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui bahwa proses penganggaran pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) Nomor 28 tahun 2015. Ia membantah akan adanya revisi atas Permen tersebut.
“Itu sudah betul. Kami tidak akan melanggar undang-undang,” kata Ryamizard di Kantor Menko Polhukam, Jakarta, Jumat 10 Februari 2017.
Masalah anggaran ini sempat menjadi polemik antara Panglima TNI Gatot Nurmantyo denga Menhan saat rapat dengan Komisi I DPR pada pekan lalu, terutama saat pembahasan anggaran pembelian helikopter canggih AgustaWestland (AW 101).
“Pembelian itu sudah jelas. Paket TNI AU,” kata Menhan.
Purnawirawan Jenderal TNI ini sepakat bahwa kelanjutan dan pengungkapan kasus pembelian helikopter AW 101 sedang menunggu hasil investigasi.
Langkah tersebut diikuti oleh TNI Angkatan Udara yang juga membentuk tim investigasi. “Ya, ya,” jawab Panglima TNI perihal pembentukan tim investigasi.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, pembentukan tim investigasi sudah mendapatkan izin dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
“Jadi investigasi terdiri dari perencanaan, pengadaan sampai dengan pengadaan itu mekanismenya bagaimana. Itu pun saya seizin Panglima TNI,” kata Hadi di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.
Meski ada dua tim dari TNI, Hadi mengklaim nantinya kedua tim akan tetap akan bersinergi. “Karena permasalahan internal yang tahu adalah saya, sehingga saya akan mengisi apa kekurangannya ya hasil dari yang didapat oleh Panglima TNI,” kata Hadi.
⚓️ The Most Powerful Frigate in Sout East AsiaStealth ship frigates DW-3000F number 471 of the Royal Thai Navy [RTN]
According to the images that appear on the Internet, first DW-3000F stealth frigates of the Royal Thai Navy with hull number 471 main power has been installed, its radar tower also relatively complete.
According to the contract signed with South Korean Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) will supply for Thailand one DW-3000F escort ships and technology transfer to build the second ship in this country.
The warships known as develoloped from prototype Gwanggaeto destroyer (KDX-1), the value of each ship up to 416 million.
3D realm Sea Giraffe AMB midrange radar and maritime navigation radar tower layout [Soha]
DW-3000F with full load of 3,700 tons of displacement; length 123 m; width 14.4 m; and 8 m draft. The ship is powered by combined diesel and gas engines, the maximum speed of 30 knots/h, a range of 4,000 nautical miles if sailing in the 18-nautical/h.
Sensors on DW-3000F is the realm of long-range radar Sea Giraffe 4A reconnaissance range 350 km; besides, Sea Giraffe AMB radar medium-range (range ; 180 km); comes with 3 maritime navigation radar; hydroacoustic positioning system (sonar) tensile and attached itself; 1 camera surveillance (including thermal imaging and TV channels); 2 jamming decoy launchers.
The armament of the ship is very strong and comprehensive, include 1 Oto Melara Super Rapid gun 76.2 mm; 2 ultra-range defense system near the Phalanx; 2 DS-30M gun pedestal size 30 mm Mark 2 automatic control; 2 Size 12.7mm M2 machine gun.
Vertical launch tubes and missile RIM-162 ESSM to equip DW-3000F [Soha]
Most notably on DW-3000F is the Mk 41 vertical launchers with eight launch tubes, which carries 32 medium-range air defense missile RIM-162 ESSM, or 8 RIM 66/67 Standard SM-2MR/ER, or VL ASROC anti-submarine missiles. Amidships also cruise missile launchers Harpoon anti-ship and anti-submarine lightweight torpedoes Mk 44.
Visible both in size and features, the DW-3000F of the Royal Thai Navy deserves to be regarded as No. 1 frigates in Southeast Asia, its power is even marginally better than Formidable class of the Republic of Singapore Navy.
This frigates will escort small aircraft carriers of the Navy with other warships owned many sizes, preparing to receive and then proceed to play in DW-3000F class warship, combined with attack submarines supplied by China, Thailand is on the road back to position the leading naval powers ASEAN.
Indonesia is currently considering options in the acquisition of 50 APCs for its Marines Corps. Contract to include an in-country licensed production component for latter units [tactdb] ☆
The Indonesian Ministry of Defence is currently evaluating proposals from Russia, Turkey, and South Korea in a programme to acquire 50 armoured personnel carriers (APCs) for the Indonesian Marines (Korps Marinir: KORMAR).
Jane's understands from sources close to the procurement process that options being considered are namely the BTR-80 from Russia's Military-Industrial Company, the ACV-19 from Turkey's FNSS, and the Next Infantry Fighting Vehicle (NIFV) K21 from South Korea's Doosan. A sum of USD95 million has been allocated for the programme, and will be provided for under the defence ministry's budget for 2017.
Hanwha K-21 amphibious [reddit]
Besides deployment with local KORMAR units, the APCs are also being planned for Indonesia's deployment at international operations, such as United Nations (UN) peacekeeping missions.
According to programme briefing documents provided to Jane's, one of the requirements in the contract is that the winning bidder must deliver between 10-15 APCs in 'semi-knocked down' (SKD) state of assembly to Indonesia, with final assembly to be done locally through technology transfer arrangements.
FNSS ACV-19 [FNSS]
A subsequent batch of 35-40 units is to be delivered through licenced production arrangements with local companies that have been certified by the Indonesian government as capable of undertaking the production tasks. A company that is widely anticipated to be given this responsibility is state-owned PT Pindad, which has produced a line or armoured vehicles for the Indonesian Armed Forces.
The ministry is expected to come to a decision by April 2017, by when approval to proceed with acquisition will be formally sought from the Indonesian House of Representatives commission on defence, intelligence, and foreign affairs (Komisi I).
Setelah empat hari melaksanakan pelayaran dari pelabuhan Colombo Srilanka menuju Pakistan, akhirnya KRI Sultan Iskandar Muda (SIM) - 367 yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Rio Henrymuko Yumm yang akan mengikuti Latihan Bersama (Latma) Multinational AMAN Tahun 2017, tiba dengan aman di Dermaga Karachi,Pakistan. Kamis, (09/02/2017).
Kedatangan KRI SIM-367 yang mewakili Angkatan Laut Indonesia dalam kegiatan Latma Multinational AMAN Tahun 2017, disambut dengan sangat baik dan sangat meriah oleh Angkatan Laut Pakistan yang memberikan pengawalan pada saat KRI SIM - 367 melaksanakan peran pemanduan sampai berlabuh di Dermaga Karachi, penyambutan yang begitu meriah serta diiringi Drum Band dan juga kibaran bendera dari dua negara yaitu Pakistan - Indonesia oleh prajurit Angkatan Laut Pakistan.
Pada saat sandar di Dermaga Karachi Pakistan, CDR Javed Niazi PN Perwakilan Angkatan Laut Pakistan di dampingi Bpk. Dempo Awang Yuddie selaku Konsulat Jenderal (Konjen) RI Karachi dan Atase Pertahananan (Athan) RI di Islamabad Kolonel Arh Putut Witjaksono Hadi, menyambut Komandan KRI SIM – 367 dengan menyerahkan Hand Bouquet. Dilanjutkan acara kunjungan ke KRI SIM – 367 yang berlangsung di Lounge Room Perwira dengan penuh keakraban dan kekeluargaan.
Untuk Perkuat Alutsista TNI AD Meriam Caesar 155 mm TNI AD [Kostrad] ☆
Kementerian Pertahanan kembali akan mendatangkan Meriam Caesar 155 MM/GS sebagai bagian dari upaya modernisasi Alutsista TNI khususnya TNI AD di jajaran Batalyon Alteleri Medan (Armed). Meriam Caesar 155 MM/GS diproduksi oleh perusahaan persenjataan asal Perancis, Nexter System.
Rencana pengadaan meriam yang memiliki daya jangkau tembakan sejauh 39 km tersebut, ditandai dengan penandatanganan kontrak pengadaan 18 unit Meriam Caesar 155 MM/GS antara Kemhan dan Nexter System, Kamis (9/2) di kantor Kemhan, Jakarta.
Kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak, masing-masing dari pihak Kemhan diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Leonardi, sedangkan dari Nexter Systems France diwakili oleh Executive Vive Presiden / Weapons & Altillery Systems, Gilles Sarreau.
Kabaranahan Kemhan dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa pengadaan Meriam Caesar 155 MM/GS oleh Kemhan kepada produsen langsung dalam hal ini Nexter Systems France merupakan yang kedua kalinya dan diharapkan akan ada keberlanjutan kerjasama dimasa mendatang.
Dijelaskannya, dalam kontrak pengadaan Meriam Caesar 155 MM/GS tersebut, telah memuat persyaratan local content sebagaimana dipersyaratkan dalam Undang Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Hal ini adalah bagian dari upaya memberdayakan dan meningkatkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri.
“Pengadaan ini bagian dari pembangunan kekuatan yang sudah sudah direncanakan menuju kekuatan MEF, ini adalah pengadaan yang kedua, jadi tidak ada kesulitan seperti masalah teknologi, negosiasi local content, bahkan kita bisa mengejar lebih besar lagi untuk nilai dari local content”, jelas Kabaranahan Kemhan.
Menurutnya, dengan penambahan 18 Meriam Caesar 155 MM/GS ini, maka kekuatan Alutisista di jajaran Armed TNI AD dirasa sudah cukup. Selanjutnya adalah bagaimana keberlanjutan dari pemeliharaan dan ketersediaan cuku cadang serta amunisinya. Untuk itu, Kemhan berharap perlu adanya suatu keberlanjutan kerjasama antara industri pertahanan dalam negeri dalam hal ini PT. Pindad dengan Nexter Systems France.
Guna melihat kesiapan unsur Kolinlamil yang sedang dilakukan pemeliharaan, Kepala Staf Kolinlamil Laksamana Pertama TNI R. Edi Surjanto, S.E., M.M. di dampingi berberapa Asisten Pangkolinlamil dan Kepala Dinas serta Komandan Satlinlamil Surabaya, melaksanakan kunjungan kerja di galangan kapal PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung, yang beralamat di Jl Alamsyah Ratu Prawiranegara KM 12 Srengsem, Panjang, Bandar Lampung, Kamis (9/2).
Kunjungan kerja ini bertujuan untuk melihat hasil pengerjaan perbaikan terhadap KRI Banjarmasin 592 semasih berada di atas dok galangan.
Selain itu juga dapat melihat secara langsung kemampuan dari PT DRU dalam membangun kapal dengan dukungan kesiapan peralatan perusahaan yang di miliki.
Dari peninjauan ini kedepan tidak tertutup kemungkinan Kolinlamil dalam memenuhi kebutuhan unsur/KRI yang dibutuhkan dalam tipe/jenis tertentu dapat menyarankan untuk dibangun di galangan kapal ini apabila memenuhi persyaratan.
Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah dalam mendukung pemberdayaan dan pemanfaatan industri dalam negeri untuk bangga menggunakan barang-barang hasil produksi dalam negeri yang tidak kalah bersaing kualitas dengan produksi galangan kapal di luar negeri.
Sebelumnya TNI Angkatan Laut telah mengoperasikan sebuah kapal produksi PT DRU jenis Angkut Tank (AT) yaitu KRI Teluk Bintuni 520 yang saat ini beroperasi di bawah pembinaan Satuan Lintas Laut Militer Surabaya. KRI Teluk Bintuni 520 dibangun khusus untuk mendukung pengangkutan Tank Leopard kendaraan tempur milik satuan TNI AD yang memiliki bobot mencapai 62 ton.
Pada saat kunjungan kerja tersebut, Kaskolinlamil juga memberikan pengarahan kepada seluruh ABK di geladak hanggar heli KRI Banjarmasin 592.
Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu menyambut baik Portugal yang berkeinginan menjalin kerja sama bilateral sektor pertahanan dengan Indonesia.
Keinginan Portugal tersebut, diungkapkan Duta Besar (Dubes) Portugal untuk Indonesia, Rui Fernando Sucena Do Carmo, saat melakukan kunjungan kerja kepada Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kamis (8/2).
Kerja sama sektor pertahanan itu diantaranya dengan melakukan komunikasi intensif ke industri-industri pertahanan dalam negeri Indonesia, sebagi upaya tindak lanjut keikutsertaan Portugal pada Pameran Industri Pertahanan Internasional Indo Defence Tahun 2016 yang saat itu menghadirkan industri pertahanannya dalam hal sistem komunikasi dan perawatan pesawat tempur.
Sedangkan Menhan menyatakan, bahwa kerja sama sektor pertahanan dapat dimulai dan difokuskan pada pertukaran informasi atau data intelejen, untuk mengantisipasi secara dini ancaman terorisme yang sudah merebak ke berbagai belahan dunia.
Dan hal pertama yang akan dilakukan Portugal untuk memulai jalinan kerja sama sektor pertahanan, mengagendakan pertemuan pejabat pertahanan kedua negara untuk membicarakan lebih lanjut rencana kerja sama. (Bond/Sugi)
SU-30 MK2 ☆
Salah satu penerbang muda pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2, Lettu Pnb Nur Wachid dinyatakan lulus terbang solo dengan pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2, Kamis (9/2), ditandai dengan upacara tradisi di Shelter Skadron Udara 11.
Lettu Pnb Nur Wachid merupakan alumni AAU tahun 2012 dan mengantongi 425 jam terbang dengan menerbangkan pesawat, T-50i Golden Eagle dan pesawat tempur Sukhoi 30 MK2.
Dalam upacara tersebut, Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Bowo Budiarto, S.E. menyampaikan terbang solo ini merupakan langkah awal dalam pengembangan karier dan profesi seorang penerbang sebelum menuju tahap berikutnya.
Komandan Lanud Sultan Hasanddin juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Komandan Skadron Udara 11 beserta jajarannya sehingga Lettu Pnb Nur Wachid dapat mencapai keberhasilan terbang solo.
Upacara tradisi ini juga dihadiri Komandan Wing 5, para Kepala Dinas, Komandan satuan jajaran Lanud Sultan Hasanuddin, para pejabat staf dan undangan lainnya.
Setelah pelaksanaan upacara dilanjutkan acara tradisi dengan pemecahan telur di atas kepala dan penyiraman air bunga.
Kapal selam TNI AL ★
India has agreed to impart submarine training to Indonesia as part of a bilateral effort to diversify defence cooperation.
During Defence Secretary Mohan Kumar’s South East Asia visit, the two countries also agreed to cooperate in defence manufacturing and expand military to military cooperation. Mr. Kumar visited Indonesia on January 17-18 and Singapore on January 19.
India already trains Vietnamese sailors in operating Kilo class submarines and its pilots on Su-30 fighter aircraft, both Russian built platforms India operates in large numbers. This move also fits into India’s larger engagement with the region as part of its ‘Act East’ policy.
“On military to military ties, the present Army exercise has been expanded to a company level. The two sides have agreed to start Air Force exercises and also expand maritime cooperation, which includes Navy training in submarines and so on,” defence sources said on Wednesday.
Sources observed that Indonesian defence industry had strengths in some areas and, like in India, is largely dominated by Public Sector Undertakings. “We can do some components and sub-assemblies for them. They are also interested in some technologies,” sources said. Discussions were under way.
Indonesian President Joko Widodo was in India in December last year and both sides had agreed to “conclude a substantive bilateral Defence Cooperation Agreement” and “explore collaboration between defence industries for joint product”ion of equipment with technology transfer.”
Ilustrasi Ak 630 KRI Kujang (Eko Jasindo)
After Vietnam, Singapore and other countries in Southeast Asia, India is now also steadily stepping up military ties with Indonesia with an eye firmly on China. India and Indonesia have now decided to hold their first-ever joint air combat exercise as well as deepen maritime security cooperation.
Defence sources say India also offered to train sailors from Indonesia in the complex art of submarine operations during the recent visit of defence secretary G Mohan Kumar to the country.
Vietnamese sailors, incidentally, are already being trained in "comprehensive underwater combat operations'' in the Indian Navy's submarine school INS Satavahana in Visakhapatnam. A similar programme to train the Vietnamese fighter pilots on Indian Sukhoi-30MKI fighter jets is set to begin this year, as was earlier reported by TOI.
The two navies have also been conducting coordinated patrols on their respective sides of the international maritime boundary line (IMBL) twice a year since 2002, with the aim to keep this vital part of the Indian Ocean region safe and secure for commercial shipping and international trade.
India, for instance, provides facilities to Singapore for exercises of mechanised forces at Babina and artillery at Deolali ranges as well as for fighters at the Kalaikunda airbase in West Bengal. The two countries also regularly hold the Simbex naval wargames, which have graduated from being purely anti-submarine warfare exercises to complex ones involving multiple facets of operations at sea.
As for Singapore, India has also renewed its air force training agreement with the city state for another five years. With land and airspace being a scarce commodity in Singapore, it has been utilising Indian military facilities to train its own small but high-tech armed forces under special agreements signed in 2007 and 2008.
Much like the expansion of its military training, technology-sharing, joint exercises, visits and exchange of experts with Vietnam, India is now poised to crank up defence ties with Indonesia. Apart from exploring opportunities for collaboration in the defence production sector, the two countries will also upgrade their joint Army exercise called Garuda Shakti, the fourth edition of which was held at Magelang in Indonesia March 2016.
KF-X fighter [Aviation] ★
South Korea and Indonesia opened a joint office on Wednesday to carry out close consultations in the KF-X fighter aircraft development project, the state defense procurement agency said.
"The opening of the joint program management office will not only help the two countries exchange views on pending issues during the KF-X project but also allow them to effectively fine-tune differences," Jung Kwang-sun, director general for the KF-X Program Group at the Defense Acquisition Program Administration (DAPA), said in a statement.
The office has been set up in Sacheon, 437 kilometers southeast of Seoul.
Seoul and Jakarta signed an 8.1 trillion-won (US$7.1 billion) deal to jointly develop the KF-X/IF-X 4.5-generation fighter in January last year, with the latter investing 1.7 trillion won for a 20 percent stake in the project.
The project is led by South Korea's DAPA, with the Korea Aerospace Industries Co. (KAI), the country's sole aircraft manufacturer, leading the development, the spokesman said.
Currently, Indonesia's state-owned aerospace prime, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), has sent 74 engineers and officials to KAI to participate in the development project, he said.
The preliminary design phase for the KF-X/IF-X began in December and is expected to be completed in the second quarter of 2018. A prototype is due to fly in 2021 or 2022, with deliveries scheduled for around 2025, according to DAPA.
South Korea's military requires more than 100 KF-Xs, while Indonesia needs at least 50 IF-Xs. There will be minor differences in operating systems between the two, official sources said.
Once they become operational, the KF-X fighters are to replace South Korea's F-4 and F-5 jets. The 16-meter next-generation fighter is being built to reach speeds of up to Mach 1.97, or 2,411 kph. It can carry more advanced radar systems and electronic equipment compared to KF-16.
Seoul has beefed up its defense capabilities to better counter North Korea's nuclear and missile threats in the past decade. Last year alone, Pyongyang conducted two nuclear tests and a series of ballistic missile launches.
Hugin AUV training to Indonesian Navy [Kongsberg] ★
Kongsberg Maritime’s Marine Robotics department has provided a three-week training of Hugin AUV systems set up on Indonesian Navy’s new survey ship program.
The introduction training was conducted at a hotel in Central Jakarta, and the last week was at sea in Semangka Bay for practical training down to depths of 1000 metres.
The training objectives for the crew before embarking for the sea trials ranged from system understanding to inertial navigation and advanced mission planning.
“Language barriers made the training challenging,” says chief AUV instructor Stian Hopmark, “luckily, this was compensated for by the students having an extraordinary interest in the subjects and willingness to learn.”
OCEA, the French shipbuilder that built and delivered the two survey ships has stated that they are very pleased with Kongsberg Maritime’s efforts during the training. “Both crews have gained a lot of experience and feedback on their Hugin AUV system, in a very high level of expertise provided by the Kongsberg team. Goals of operator training have been reached above expectations,” says Julien Lagadec, OCEAs representative in Jakarta.
The Head of Delegate from the Indonesian Navy, Colonel Budi, said: “We are in many ways pioneers using such advanced survey equipment in South Asia. This is just the start”.
Ilustrasi dermaga TNI AL ★
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, hari ini meninjau calon lokasi dermaga untuk TNI Angkatan Laut (AL) yang akan dibangun di Desa Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Maluku.
Pembangunan dermaga di Desa Tawiri merupakan pengganti Dermaga TNI AL yang sebelumnya ada di Desa Halong, namun setelah adanya Jembatan Merah Putih, kapal-kapal tidak dapat melintas.
“Mudah-mudahan tahun 2017 ini sudah dapat dibangun Dermaga dan komplek Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) di sana agar TNI AL dapat melaksanakan tugasnya,” ujar Basuki seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (8/2/2017).
Pembangunan Dermaga Tawiri beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya dimaksudkan sebagai tempat kapal-kapal perang tonase besar milik TNI AL bersandar untuk mengisi perbekalan baik bahan bakar, air tawar, bahan makanan, obat-obatan maupun amunisi, perawatan kesehatan bagi ABK KRI yang sakit, perbaikan dan perawatan kapal bila terjadi kerusakan peralatan kapal, serta sarana hiburan bagi ABK seperti olahraga dan pesiar agar siap berlayar.
Saat ini, pembangunan dermaga baru ini masih dalam proses lelang. Dermaga Tawiri akan dibangun di atas lahan seluas 12 ha, dengan biaya konstruksi pembangunannya sebesar Rp 130 miliar. Sedangkan pengadaan lahan sebesar Rp 70 miliar dan telah terbayarkan dari dana APBN 2016.
Nantinya, dermaga ini akan dilengkapi sarana dan prasarana antara lain gedung kantor dan staf, lapangan apel, kantor Denma, gudang senjata, gedung serba guna, pos penjagaan, balai pengobatan, kantor satkom, kantor Disang, hanggar, rumah ganset dan panel, gudang Disbek, kantor Disahal, kantor Pomal, dan marsheling area.
Pembangunan dermaga baru yang berjarak kurang lebih 20 Km dari dermaga lama, akan dilakukan oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVI, Ditjen Bina Marga, Kementerian PUPR.