Rabu, 16 Mei 2018

Indonesia Butuh Pesawat Intai Baru

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiscR5-XJmkxyAg98UTxQVK3pnbQIpkghNvaFEHCeXTM00s_ZAVMoq4JS4CEtUNdlE8ynjobRl5aJSxq8TOclbHcAnVFCIIlSjeN2iBKxlzW7A1r53I6YZ-8IAdjsD17lFzz1IgW9fmQk/s400/halim737-2.JPGBoeing 737-200MPA TNI AU [Alex Sidharta]

Dalam rangka mendukung Indonesia menjadi poros maritim dunia, maka diperlukan pembaharuan Alutsista pengintaian udara.

Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin, Kolonel Pnb Benny Arfan, mengungkapkan bahwa konsep pengintaian udara sangatlah mendukung kegiatan operasional di darat maupun laut atau maritim.

"Karakteristik udara adalah memayungi, kita tidak bisa beroperasi di media udara tanpa melihat yang terjadi di media darat maupun media maritim itulah konsep kita, makanya kita terapkan konsep air surveillance yang meng-cover semuanya," ungkapnya dalam diskusi 'Studi Ekskursi Media Tentang Keamanan Maritim' di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/5).

Benny mengatakan bahwa pesawat intai yang dimiliki TNI AU saat ini sebenarnya sudah sangat tua, apalagi jenis Boeing 737-200. Pesawat tersebut sudah berusia hampir 40 tahun sejak pertama kali terbang di langit Indonesia yakni sekitar tahun 1982.

"Perlu saya sampaikan memang kita mengoperasikan pesawat intai strategis yang sudah cukup tua, sangat tua bahkan," ujarnya.

Namun meskipun demikian, Benny menegaskan, saat ini pesawat intai tersebut masih dalam keadaan yang prima. Bahkan, pesawat intai tersebut pernah mendapatkan sertifikat penghargaan dari Boeing dengan predikat 'zero accident for 30 years operation without any single accident'.

"Namun yang jadi masalah adalah mission system, kemampuan radar, kemampuan kamera, infra red, communication link, itu yang harus kita upgrade," katanya.

Benny menjelaskan, ada tiga platform dalam hal pengintaian udara. Pertama adalah menggunakan Satelit, Kedua Pesawat Drone/Unmaned Aerial Vehicle, dan Ketiga Pesawat Intai.

Menurut Benny, negara-negara maju seperti Amerika, China, Rusia dan Jerman menggunakan ketiganya. Sedangkan negara berkembang telah menggunakan pesawat intai yang lebih moderen dan canggih dibanding Indonesia.

"Yang menggunakan UAV dewasa ini adalah Singapura, Australia, India. Mereka juga menggunakan pesawat intai P8 Poseidon," ungkapnya.


  ★ Akurat  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.