Kamis, 24 Mei 2018

Terima Kasih Laksamana TNI Ade Supandi

... Dalam masa damai seperti sekarang kami tetap terlatih agar selalu siap saat menghadapi perang...Laksamana TNI Ade Supandi. Kepala staf TNI AL periode 31 Desember 2014-23 Mei 2018. (RMOL)

Hari itu, Jumat 26 Januari 2018, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, menyampaikan kepada pers hasil Rapat Pimpinan TNI AL Tahun 2018 di Markas Besar TNI AL, di Cilangkap, Jakarta Timur. Selain menyampaikan hasil-hasil rapim dan menyebut rapim kali itu merupakan forum terakhir baginya selaku pemegang nakhoda TNI AL, pejabat ke-25 di pimpinan puncak TNI AL itu menghadirkan lima perwira tinggi AL yang disebut sebagai calon penggantinya.

Kelima calon pengantinya itu adalah Wakil KSAL Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Laksamana Madya TNI Didit Herdiawan Ashaf, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Arie Soedewo, Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Letnan Jenderal TNI (Marinir) RM Trusono, dan Komandan Jenderal Akademi TNI Laksamana Madya TNI Siwi Sukma Adji.

Ini merupakan hal yang baru tatkala seorang petinggi militer yang akan berakhir masa jabatannya, memperkenalkan sejumlah calon penggantinya. "Calon pengganti saya ada di belakang saya, bintang tiga," kata Supandi, yang dikenal memang suka bercanda walau juga sanggup menjadi sangat serius itu. Kelima perwira tinggi di belakang dia --saat itu-- diam-diam saja, tidak menunjukkan ekspresi yang cukup berbeda ketimbang sebelum kalimat itu dia ucapkan.

Sebelumnya, hal yang baru juga terjadi pada Rabu, 6 Desember 2017. Bertempat di Gedung Parlemen, Jakarta, Panglima TNI kala itu, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersama KSAL Ade Supandi, KSAD Jenderal Mulyono, beserta sejumlah pimpinan TNI lainnya, beberapa saat mengantarkan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebelum KSAU menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon tunggal panglima TNI di depan Komisi I DPR.

Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 31 Desember 2014, atau sekitar dua bulan sejak pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla resmi memimpin Indonesia pada 20 Oktober 2014, Supandi membawa hal-hal baru yang terjadi di lingkungan TNI AL.

Dalam 2014, dia menjabat tiga jabatan penting, yakni asisten perencanaan dan anggara kepala staf TNI AL (sejak 2012 hingga Mei 2014), kepala staf umum panglima TNI (Mei-Desember 2014), dan kepala staf TNI AL (sejak 31 Desember 2014, menggantikan Laksamana TNI Marsetio) hingga 23 Mei 2018. Tentang ini, Marsetio, beberapa bulan sebelumnya juga tidak pernah menyatakan secara persis siapa perwira tinggi calon penggantinya. Supandi akan memasuki masa pensiun pada Juni mendatang.

Nakhoda TNI AL kini dikendalikan Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, salah satu dari lima orang yang diperkenalkan Supandi sebagai calon penggantinya.

 Poros Maritim hingga Kapal Selam 


Supandi yang merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut angkatan 28/1983, menjabat di pucuk pimpinan TNI AL menggantikan Marsetio, yang sukses dalam pengendalian operasi lapangan di medan penugasan Ambalat, Kalimantan Timur. Upacara serah terima jabatan itu berlangsung di Dermaga Madura, Komando Armada Indonesia Kawasan Barat (kini Komando Armada I), Ujung, Surabaya, pada 6 Januari 2015.

Panglima TNI (saat itu), Jenderal TNI Moeldoko, menilai TNI AL sangat menentukan pengembangan Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang dicanangkan pemerintahan Jokowi-Kalla. Kepemimpinan Supandi saat itu diharapkan membangun kekuatan TNI AL yang hebat, untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, apalagi industri dalam negeri, sebagaimana dimiliki PT PAL, sangat mendukung hal itu.

Kepemimpinan Marsetio sebelumnya telah membawa TNI AL sebagai World Class Navy atau angkatan laut berkelas dunia. Visinya ini dia terjemahkan sedemikian rupa, mulai dari menggelar simposium kemaritiman berskala dunia, latihan bersama juga dalam skala global, hingga menyekolahkan banyak perwira TNI AL ke manca negara.

Sebagaimana diarahkan Moeldoko saat itu, Supandi diminta melakukan percepatan dan pengembangan kemampuan sistem kesenjataan dan arsenal TNI AL. Terbukti, Supandi yang menjalani amanah sebagai kepala staf TNI AL dalam kepemimpinan tiga panglima TNI, dari era Moeldoko, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mampu melakukan percepatan pengembangan sistem kesenjataan dan arsenal TNI AL.

Istilah alat utama sistem kesenjataan (alutsista) yang sering disebut dan dikenal hanyalah satu pranata dari sekian banyak subsistem kesenjataan dan arsenal yang diperlukan militer dalam melaksanakan tugasnya. Khusus untuk TNI AL, doktrin pembinaan dan penggelaran-proyeksi kekuatan mereka adalah Sistem Senjata Armada Terpadu yang terus dipermodern dan diperkuat.

Supandi diganti secara resmi dari jabatan kepala staf TNI AL, pada tiga hari sebelum tepat berusia 58 tahun. Pria kelahiran Batujajar, Bandung, pada 26 Mei 1960, ini merupakan kepala staf TNI AL kedua yang berasal dari tatar Sunda setelah Laksamana TNI RE Martadinata. Sementara Adji yang lahir di Kota Cimahi, 14 Mei 1962, menjadi orang ketiga asal Jawa Barat di posisi itu. Entah kebetulan atau tidak, Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman, juga berasal dari Jawa Barat, yaitu Sukabumi, dan sama-sama alumnus angkatan 30/1985 di Akademi TNI AL.

Sejak lulus dari SDN Galanggang III pada 1972, SMP Negeri Batujajar (1975), dan SMA Negeri Cimahi (1979), kecintaannya pada TNI AL telah mengarahkan Supandi hingga berhasil lulus dari Akademi TNI AL di Bumimoro, Surabaya, pada 1983.

Sejak lulus dari sana, dia menjalani penugasan di berbagai kapal perang di jajaran Komando Armada Indonesia Kawasan Timur hingga 1996.

Suami dari Endah Esti Hartaningsih dan ayah dari dua anak, drg Anindita Rivylarasati dan perwira TNI AL Andaru Dhimas Nugraha Vidianto yang mengikuti jejak sang ayah sebagai perwira TNI AL.

Di Batujajar pula pada 15 Februari lalu Supandi menerima penyematan Brevet Komando Kehormatan Kopassus TNI AD dari Komandan Jenderal Kopassus TNI AD, Mayor Jenderal TNI Madsuni, di Markas Komando Pusat Pendidikan dan Latihan Kopassus TNI AD, di Batujajar, Bandung.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUQ5Md19DxHmuF9F58ukKHk7MWE7y7c17cGvU7k9EUJTqK3Bq84Blqc6D7HzphSa8o4p5ArQ-BEmTI6QzR98kmOh4BGpYJnZpgbOuv7K9iR749-DnQGTg61eTUtn3GTuL4xA33N0JQicRd/s1600/KRI+628+RAN.jpgSaat dia memimpin TNI AL, Supandi menargetkan TNI AL bisa memiliki 20 kapal cepat berpeluru kendali kelas 60 meter buatan dalam negeri hingga 2024 untuk memperkuat alutsista nasional sesuai target kekuatan pokok minimum. Keberadaan kapal perang di kelas ini dibutuhkan karena memiliki kekuatan tempur yang sesuai dengan karakter perairan Indonesia, yang bertaburan pulau-pulau dengan kedangkalan di tingkat lithoral.

Karakter kapal perang di kelas ini mampu bergerak cepat dan gegas (persiapannya singkat saja sejak perintah diluncurkan), mampu membawa peluru kendali anti kapal perang atau ranjau laut, dan biaya operasi-perawatan relatif tidak tinggi. Dia juga dilengkapi senjata khas kapal perang ringan, kanon 30 milimeter. Dengan ukurannya yang kompak, dia mudah untuk bersembunyi di antara teluk, muara, pulau kecil dan lain sebagainya. Jika dia dimaksudkan untuk mengintersepsi kapal-kapal ikan pencuri ikan ataupun patroli jarak dekat-menengah, dia sangat pas.

Saat meluncurkan kapal cepat berpeluru kendali 60 meter batch 2 di Galangan Kapal PT PAL Indonesia, Surabaya, pada Februari lalu, Supandi mengharapkan setiap tahun, minimal ada tiga kapal baru di kelas ini walau pembiayaan dan keputusan finalnya tetap tergantung dari kebijakan pemerintah. Saat ini terpenuhi empat kapal cepat berpeluru kendali 60 meter buatan PT PAL Indonesia.

Untuk kepentingan kaderisasi dan pendidikan-latihan di TNI AL, Supandi juga mendapat kehormatan menerima penyerahan kapal layar tiang tinggi baru, KRI Bima Suci, dari galangan kapal pembuatnya, Freire di Vigo, Spanyol. KRI Bima Suci menjadi penerus legenda maritim Tanah Air dan dunia, KRI Dewaruci, yang telah dua kali berlayar keliling dunia (1964 dan 2012).

Pada masa Orde Lama, kekuatan laut Indonesia cukup ditakuti di kelas dunia. Pasalnya, ada 12 kapal selam kelas Whiskey yang dimiliki TNI AL. Namun setelah Orde Baru berkuasan, kekuatan bawah air ini pelan-pelan namun pasti, semakin lemah dan akhirnya tinggal dua unit kapal selam saja, yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 buatan Jerman dari kelas Type-209 1400. Pada masa kini, TNI AL juga kini telah memiliki dua kapal selam baru dan satu kapal selam yang sedang dibuat, hasil kerja sama dengan Korea Selatan, suatu program kemandirian persenjataan yang dirintis sejak bertahun lalu.

Dahulu ada lelucon bahwa Indonesia sudah sejak dahulu bisa membuat "kapal selam" dan banyak dibuat di Palembang, Sumatera Selatan.

Kapal selam baru yang Indonesia miliki adalah KRI Ardadedali-404 menjadi bukti betapa anak negeri ini mampu mewujudkan impian besarnya untuk memproduksi kapal, meskipun masih dibantu dari para teknisi dari Daewoo Shipbuilding Marine and Engineering (DSME), Okpo, Korea Selatan. Itulah kapal kedua dari tiga kapal pesanan Indonesia dari Korea Selatan yang dibuat dengan skema alih teknologi. Kapal selam ketiga akan dibangun di Surabaya, di dermaga PT PAL, yang direncanakan akan dinamai KRI Alugoro-405, dan dijadwalkan bisa diserahkan kepada negara pada awal 2019.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEboxPLNO1pyU3Gq9b5rLMeLkA6ZZBZ4OABrnfs2R7eLXoeOI1lY_cKJ5R4xoWm62RxlgyBT3mkHTYfepxeZVC_empE5n0SU1h6UqAKKQE3wf3RiXuP07EY-i_Ay3gWBqUjY-G2RUN5jXY/s1600/Daewoo-Shipbuilding-hands-over-submarine-to-Indonesian-navy.jpgTahun lalu, kapal selam pertama, hasil kerja sama Indonesia dan Korea Selatan, yang diberi nama KRI Nagapasa-403 dengan komandan pertamanya, Letnan Kolonel Pelaut Harry Setyawan, telah tiba di dermaga Komando Armada Indonesia Kawasan Timur, Surabaya, pada 28 Agustus 2017 setelah berlayar selama 16 hari dari demaga galangan kapal DSME.

Keberadaan kapal selam baru bisa dipahami mengingat KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 hasil pengadaan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada 1981. Sedangkan program pengadaan sistem kesenjataan dan arsenal TNI pada masa kini terjadi secara cukup besar-besaran berdasarkan skema kekuatan pokok minimum I-III (2009-2024) yang dicanangkan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Yudhoyono.

Kapal selam kelas Changbo-go buatan Korea Selatan termasuk kapal selam berteknologi canggih di kelasnya. Model utama yang dia adopsi adalah Type 209/1400 buatan galangan kapal Howaldtswerke, di Kiel, Jerman, yang dikembangkan sendiri oleh Korea Selatan. Indonesia menjadi pengguna pertama internasional kelas Changbo-go ini, sebagaimana halnya dengan pesawat tempur T50i Golden Eagle dan pesawat latih turboprop KT-1B Wong Bee. Pada sisi lain, "keakraban" personel pengawak dengan sistem dan subsistem di Type 209/1400 (sebagai model asal Changbo-go) sudah terjadi secara alami melalui KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 itu.

Data menyatakan, kapal selam ini memiliki bobot 1.400 ton, panjang 61,3 meter, dengan kecepatan kurang lebih 21 knots di bawah air dan mampu berlayar lebih dari 50 hari, serta menampung 40 awak. Sistem persenjataan terbaru dengan menggunakan torpedo sepanjang 6,3 meter dan diameter 533 mm. Torpedo ini memiliki jarak luncur ideal 50 kilometer dengan kecepatan 50 knots.

Peluru kendali antikapal permukaan turut melengkapi kekuatan kapal selam ini. Torpedo "hiu hitam" buatan Fincantieri, Italia, juga melengkapi sistem persenjataan kapal ini.

Kapal selam yang teknologinya diadopsi dari teknologi Jerman itu, merupakan kapal selam dengan sistem persenjataan terbaru, sistem operasi yang canggih, akomodasi yang nyaman Enhanced Operating System, memiliki radar navigasi non-hull penetrating mast. TNI AL sudah menyiapkan markas untuk kapal bawah air itu di Teluk Palu, Sulawesi.

Pada sisi lain Supandi memastikan seluruh prajurit TNI AL telah dibekali kemampuan untuk melaksanakan peperangan khusus antiteror, evakuasi tempur dan lain sebagainya dalam menghadapi berbagai jenis tantangan yang dapat mengancam wilayah Indonesia.

"Dalam masa damai seperti sekarang kami tetap terlatih agar selalu siap saat menghadapi perang," katanya. Sesuai UU Nomor 34/2004 tentang TNI, pada pasal 9 disebutkan TNI AL bertugas melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi.

Selain itu melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah, dan melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut, serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

Terima kasih Laksamana Ade Supandi, Anda telah menjaga pertahanan dan keamanan laut dan perairan Negara Kesatuan Indonesia. Jalesveva Jayamahe! Justru di laut kita jaya!

   antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.