Minggu, 13 Mei 2018

[Teror] Pengeboman 3 Gereja Surabaya

Pelaku Pengeboman Satu Keluarga Ledakan yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5) pagi terjadi di tiga tempat berbeda. Pelaku diduga menyamar untuk memasuki Gereja sebagai umat. (AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO)

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan para pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya masih memiliki hubungan keluarga.

"Pelaku ini diduga satu keluarga yang melakukan serangan. Dari tadi pagi, tim alhamdulillah sudah [melakukan investigasi]," kata Tito di Surabaya, Minggu (14/5).

Tito menjelaskan satu keluarga yang terdiri dari ayah-ibu dan empat anaknya itu melakukan pemboman di tiga gereja.

D bersama istrinya K dan dua anaknya, berangkat menggunakan Toyota Avanza yang telah dipasang bom. Mobil dikendarai oleh orangtua berinisial D.

Awalnya D menurunkan (mendrop) istrinya berinisial K dan dua anak perempuannya FS (12) dan VR di gereja di GKI jalan Diponegoro, dan kemudian D membawa mobil diduga berisi bom menuju Gereja Pantekosta.

Sementara itu, dua anak laki-laki pasangan D dan K, berinisial Y dan Ir, berangkat sendiri menggunakan motor ke gereja Santa Maria.

"Semua adalah serangan bom bunuh diri," kata Tito.

Menurut Tito, ledakan paling besar terjadi di Gereja Pantekosta, karena menggunakan bom mobil. Setelah semua keluarga di drop, D kemudian meledakan mobil tersebut di Gereja Pantekosta.

Tito belum dapat memastikan latar belakang kelompok tersebut, namun, dia mengatakan mereka tak lepas dari kelompok JAD dan JAT yang merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia.

"JAD dipimpin Aman Abdurrahman. Kelompok satu keluarga ini terkait JAD Surabaya. Aksi ini kita duga motifnya, ISIS ini ditekan oleh kekuatan dari Barat, Rusia, kemudian memerintahkan semua jaringan di luar, untuk melakukan serangan di seluruh dunia," kata Tito. (ugo/vws)

 Pelaku Diduga Menyamar

Ledakan yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5) pagi terjadi di tiga tempat berbeda. Pelaku diduga menyamar untuk memasuki Gereja sebagai umat dan meledakkan bom bunuh diri.

Ledakan yang diduga berasal dari bom bunuh diri terjadi di tiga tempat, yakni di depan Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel utara, GKI Diponegoro, dan GPPS Sawahan di Jalan Arjuno, Surabaya. Peristiwa terjadi sekitar pukul 07.00 saat jemaat melakukan ibadah.

Komisaris Besar Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera mengatakan kronologi ledakan bom tiga tempat itu ialah pelaku menyamar menjadi jemaat gereja, kemudian meledakkan dirinya sendiri hingga mengenai sejumlah korban.

"Pelaku pura-pura ingin masuk gereja, tapi kenyataannya mereka melakukan seperti itu," ujarnya, Minggu (13/5).

Untuk tahapan awal, Frans mengatakan pihaknya sudah menutup seluruh tempat kejadian perkara (TKP) untuk menyelidiki proses kejadian.

Dari keterangan yang dihimpun, salah satu korban yang tewas diduga pelaku ledakan bom bunuh diri, sementara satu orang lainnya merupakan jemaah gereja.

Sedangkan belasan orang yang terluka parah merupakan jemaah gereja dan polisi yang sedang berjaga di kawasan.

Baik korban yang meninggal dunia dan terluka saat ini dibawa ke Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya. (lav)

 Korban Tewas Ledakan Bom Gereja Surabaya Jadi 13 Orang
Korban Tewas Ledakan Bom Gereja Surabaya Jadi 13 OrangMenurut Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera, saat ini tim forensik bekerja melakukan proses identifikasi seluruh korban. (REUTERS/Beawiharta)

Korban tewas serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur kembali bertambah. Hingga pukul 18.00 WIB, korban meninggal dunia akibat bom bunuh diri tersebut menjadi 13 orang.

"Yang meninggal dunia, sementara, bahwa ada 13 yang meninggal dunia, sampai sekarang," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu (13/5).

Frans merinci korban tewas ledakan bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela sebanyak tujuh orang, di Gereja kristen Indonesia (GKI) sebanyak tiga orang, dan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), sebanyak tiga orang.

"Di Ngagel ada tujuh orang, kemudian di GKI ada tiga orang, termasuk pelaku. Di Pantekosta ada tiga orang juga, dua pelaku," ujarnya.

Menurut Frans, saat ini Tim Indentifikasi Korban Bencana (DVI) Polri tengah melakukan proses pengenalan terhadap 13 jenazah korban akibat ledakan bom bunuh diri itu. Dia mengatakan terduga pelaku berjumlah enam orang, yang merupakan satu keluarga, ikut tewas.

Pantauan CNNIndonesia.com di RS Bhayangkara, sejumlah anggota forensik (INAFIS) terlihat datang dan langsung menuju Ruang Jenazah RS Bhayangkara Surabaya. Selain itu terlihat pula keluarga korban tewas yang akan mengambil jenazah keluarganya.

Kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengklaim mereka bertanggung jawab atas peristiwa itu.

"ISIS bertangung jawab atas amaliyah (bom bunuh diri) di tiga gereja di Kota Surabaya, yang menewaskan sebelas orang dan melukai 41 orang," tulis ISIS melalui kantor berita mereka, Amaq News Agency, sebagaimana dilansir oleh situs siteintelgroup.com.

Bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel pada pukul 06.30 WIB. Lantas bom kedua meletup di Gereja kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro pukul 07.15 WIB, disusul serangan bom ketiga di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno pada pukul 07.53 WIB. (ayp)

 Intelijen Indonesia Sangat Lemah
Sekjen PBNU: Intelijen Indonesia Sangat Lemah Sisa ledakan bom di gereja Surabaya. (REUTERS/Beawiharta)

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini mengatakan aksi teror di rutan Mako Brimob, dan peledakan bom di tiga gereja di Surabaya bukan hanya menunjukkan bahwa intelijen kecolongan.

"Kejadian ini terus berulang, dan terus berulang. Kita lihat misalnya Thamrin, di Sarinah, di Mako Brimob, di Markas Kepolisian, kemudian di Surabaya. Ini menunjukkan bahwa intelijen kita bukan hanya kecolongan, ini sangat, sangat lemah sekali," kata Helmy Faizal saat konferensi pers pernyataan sikap tokoh lintas agama di Jakarta, seperti disiarkan CNNIndonesiaTV, Minggu (13/5).

Helmy mengatakan para tokoh lintas agama akan mendukung aparat keamanan dan pemerintah untuk mengawasi potensi teror.

"Kami bersepakat membentuk Posko Kemanusiaan untuk memberikan informasi ke masyarakat, agar pengawasan pusat daerah dapat terjaga dengan baik," kata Helmy.

Selain itu, Helmy mengatakan tokoh lintas agama menyerukan kepada umat beragama di Indonesia agar tak terprovokasi dengan kejadian peledakkan bom di Surabaya.

Pada kesempatan yang sama, sejumlah tokoh agama membacakan pernyataan sikap terkait peledakan bom di Surabaya. Di antaranya mengutuk keras aksi terorisme di tiga gereja.

Menurut tokoh lintas agama, kejadian di Surabaya menunjukkan gejala terpola, berjejaring, yang sengaja ingin mengubah haluan negara.

"Mengutuk keras berbagai tindakan terorisme atas latar belakang apapun, gerakan terorisme merajelala butuh penanganan khusus, negara wajib hadir," demikian pernyataan sikap tokoh lintas agama.

Mereka juga menyampaikan rasa belasungkawa yang sangat mendalam kepada seluruh keluarga korban, dan mengajak seluruh warga negara Indonesia untuk bersatu padu, menahan diri dan tidak terprovokasi.

Selain itu, para tokoh juga mengimbau umat beragama menghentikan spekulasi yang dapat memperkeruh suasana.

Selain itu, juga mengimbau semua tokoh politik dan masyarakat agar mengutamakan kepentingan bangsa dan tidak mengeluarkan pernyataan tendesius. (ugo/asa)
 

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.