Rabu, 09 Mei 2018

Wiranto Anggap Masalah di Mako Brimob Menyangkut Keamanan Nasional

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2018/05/09/8b7cb068-ad01-4033-9068-de315e90aaa9_169.jpeg?w=780&q=90Penjagaan di depan Mako Brimob. (Grandyos Zafna-detikcom)

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto belum mau menjelaskan detail mengenai kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Wiranto beralasan, masalah ini terkait keamanan nasional.

Awalnya, wartawan menanyakan kegentingan situasi di Mako Brimob.

Pasalnya, sejumlah pejabat berkumpul di kantor Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta, pada Rabu (9/5/2018) siang.

Tampak hadir Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala BNPT Suhardi Alius, Kabareskrim Komjen Pol Ari Dono Sukmanto, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan hingga Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Utami.

"Ya, kalau sudah ada yang terbunuh kan, ya urgen," ucap Wiranto kepada wartawan seusai pertemuan.

Namun, Wiranto belum mau menjelaskan lebih detail mengenai korban.

"Udah nanti aja ya, masalah begini enggak bisa saya ekspos. Kalau selesai kita ekspos ya," kata Wiranto.

Mantan Panglima ABRI itu tetap tak mau memberi penjelasan saat terus ditanya wartawan.

"Saya akan sampaikan, you enggak bisa desak saya kaya apa, enggak bisa ya. Ini masalah yang harus kita tangani dengan hati-hati tetapi sungguh sungguh karena menyangkut masalah keamanan nasional. Menyangkut bagaimana kita mengatasi dengan baik, benar berdasarkan hukum, dan tuntas," kata dia sambil berjalan.

Sejumlah pejabat berkumpul di Kantor Menko Polhukam, Jakarta, Rabu (9/5/2018). Mereka membahas kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Pantauan Kompas.com, begitu keluar dari kantor, mereka langsung menaiki bus. Hanya Sri Puguh Utami yang menaiki mobil dinasnya.

Belum diketahui hendak kemana rombongan tersebut.

Seperti dikutip Kompas.id, insiden di Mako Brimob, Selasa (8/5/2018) malam, diduga diawali oleh tahanan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) asal Sumatra Selatan (Sulsel) Wawan Kurniawan alias Abu Afif.

Berdasarkan informasi dari sumber di kepolisian, Wawan yang tengah menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (8/5/2018), dibesuk keluarganya yang juga membawa makanan untuk Wawan.

Namun, pengawal dari kepolisian melarang pemberian makanan itu dan Wawan marah.

Sudah jamak diketahui di kalangan aparat, termasuk di lembaga pemasyarakatan bahwa tahanan atau nara pidana (napi) teroris kerap kali mendapatkan barang-barang selundupan yang dilarang aparat dari keluarga atau penjenguk, termasuk melalui makanan.

Barang tersebut, sekalipun tidak berbahaya, tak jarang berupa surat atau catatan, dari sesama anggota jejaring terorisme yang diindikasi cukup berisiko ketika menjadi cara mereka menebar pemahaman ekstrem/radikal.

Oleh karena itu, aparat bersikap lebih tegas. Kemarahan Wawan berlanjut setelah persidangan dan kembali ke tahanan di Mako Brimob.

Sekitar pukul 17.00 WIB, Wawan menuntut untuk dipertemukan dengan petugas untuk memprotes soal larangan pemberian makanan tadi.

Namun, petugas yang ingin ditemui Wawan sedang tidak di tempat, dan Wawan diminta bertemu keesokan harinya.

Namun, Wawan rupanya tidak puas. Sekitar pukul 20.00 Wawan memprovokasi tahanan lain untuk membuka paksa sel mereka.

Mereka kemudian merangsek ke ruang interogasi, yang saat itu sedang ada polisi wanita yang tengah memeriksa tahanan baru, anggota JAD dari Ambon.

Mereka kemudian merebut senjata Sang Polwan dan memukulinya. Dari insiden inilah kemudian para tahanan teroris menyerang aparat lainnya dan menyandera mereka.

Para tahanan bahkan menjarah gudang barang bukti dan merebut sedikitnya enam senjata laras panjang dan lima senjata laras pendek.

 Media Asing Soroti soal ISIS dalam Kerusuhan di Mako Brimob 
Kata Polisi soal Kondisi Ahok dan Tahanan Lainnya di Mako BrimobSejumlah petugas berjaga pasca kerusuhan di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5/2018).

Kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat menarik perhatian sejumlah media asing. kerusuhan tersebut terjadi pada Selasa (8/5/2018) malam hingga Rabu (9/5/2018) dini hari.

Media Australia ABC News mewartakan, sebanyak enam orang menjadi korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi antara kepolisian Indonesia dengan narapidana terorisme. Kejadian tersebut terjadi di rutan yang memiliki tingkat keamanan tinggi.

"Rutan di Mako Brimob di Depok menampung narapidana terorisme berisiko tinggi," tulis ABC News dalam artikelnya hari ini.

Media asal AS, New York Times pun mewartakan hal serupa. New York Times menulis, ISIS mengklaim kerusuhan di Mako Brimob yang menewaskan lima polisi dan satu narapidana.

"Kerusuhan mematikan terjadi di rutan berkeamanan tinggi di luar ibukota Indonesia dan media ISIS mengklaim para loyalisnya menyandera di sana," demikian diwartakan New York Times.

Bahkan, masih diberitakan New York Times, unit propaganda ISIS mengunggah video dan foto yang berasal dari dalam rutan. Mereka dikabarkan mengangkat bendera ISIS dan mengungkap janji setia terhadap pemimpinnya.

Selain itu, media Daily Telegraph yang berpusat di Sydney, Australia mengabarkan, teroris ISIS mengklaim telah menewaskan 10 orang polisi antiteror di rutan berkeamanan tinggi, yakni Mako Brimob.

Beberapa foto menunjukkan korban tewas dan ada oknum-oknum bersenjata beratribut ISIS.

"(Foto-foto tersebut) disebarluaskan di media sosial teroris dan ISIS telah menyatakan bertanggung jawab," tulis Daily Telegraph.

Beberapa media asing lainnya turut mewartakan kerusuhan di Mako Brimob, antara lain Reuters, Gulf Times, SFGate, PerthNow, dan The Straits Times.

Sementara itu, pihak kepolisian sendiri menyatakan ada enam korban tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob. Korban tewas antara lain lima orang anggota kepolisian dan seorang narapidana kasus terorisme.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Muhammad Iqbal menyatakan, satu narapidana terorisme tewas ditembak lantaran melawan dan merebut senjata petugas.

"Kami sampaikan bahwa kejadian insiden in memakan korban jiwa. Ada lima rekan kami dan satu dari mereka (narapidana terorisme) terpaksa kami lakukan upaya kepolisian karena melawan dan mengambil senjata petugas," ujar Iqbal.

Sebanyak 6 kantong jenazah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.(Kompas TV)

  Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.