Sabtu, 09 Juni 2018

Menteri Susi Sontak Berdiri Melihat Pergerakan Kapal Mencurigakan

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti disambut hangat oleh CEO Institute for Marine Resaerch (IMR) saat kunjungan ke lembaga riset perikanan tersebut di Kora Bergen, Norwegia, Kamis (8/6/2018)(Kompas.com/Wisnu Nugroho)

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melanjutkan kunjungan kerjanya ke Norwegia dengan mengunjungi Institute for Marine Reasarch (IMR) di Kota Bergen, Norwegia, Jumat (8/6/2018).

Saat tiba di IMR, Menteri Susi dan rombongan yang menaiki bus disambut dan diterima CEO IMR Sissel Rogne sejak bus tiba dan mendekat di jalan raya.

Menteri Susi dan Sissel lantas beriringan melewati jalan yang berliku dan terjal menyusuri tepian pantai menuju salah satu ruang kerja IMR yang letaknya di tepian laut.

Dalam pertemuan tersebut, Sissel memaparkan data dan hasil penelitian terkait produktivitas hasil tangkapan iklan di Norwegia. Pada suatu masa di akhir tahun 1980, penangkapan ikan di Norwegia dilakukan secara ekspolitatif.

 Jangka panjang 


Kebijakan eksploitatif tersebut dirasa merugikan dalam jangka panjang. Karena itu, kebijakan itu dikoreksi. Di awal-awal koreksi berupa pengaturan penangkapan ikan agar tidak eksploitatif, produktivitas hasil tangkapan turun tajam.

Namun, dalam jangka panjang, langkah pengaturan dan pembatasan tersebut membuahkan hasil yang baik. Beberapa tahun kemudian, produktivitas hasil tangkapan naik dengan kualitas yang lebih baik. Produktivitas juga bisa ditingkatkan dan dipertahankan.

Data dan hasil riset IMR mengkonfirmasi sekaligus menguatkan langkah-langkah yang sudah diambil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sejumlah hasil penelitian IMR akan dipakai untuk meninjau ulang sejumlah kebijakan KKP.

Dalam pertemuan itu, Menteri Susi didampingi Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief WIdjaja dan Koordinator Staf Khusus Satgas 115 Mas Achmad Santosa.

 Langsung berdiri 


Usai mendengarkan hasil riset dan data IMR, Menteri Susi diajak melihat bagaimana Norwegia memantau kapal-kapal yang beroperasi di Norwegia dan di seluruh dunia menggunakan teknologi satelit mereka.

Kali ini, Menteri Susi mendapat penjelasan dari Direktur Pengelolaan Sumber Daya Direktorat Perikanan Norwegia Aksel Reidar Aikemo dan tim.

Saat layar memperlihatkan pemantauan di sekitar perairan Indonesia, Menteri Susi sontak berdiri. Menteri Susi berjalan mendekat layar dan minta agar dilakukan pelacakan kegiatan belasan kapal yang terpantau di sekitar zona ekonomi eklusif (ZEE) Indonesia.

Dari pelacakan itu diketahui, kapal ikan yang dicurigai terdaftar dari Jepang dan sebelumnya melintasi perairan Indonesia dengan kecepatan rendah.

Menteri Susi curiga kapal ini tidak hanya sekadar melintas dari arah utara ke selatan melewati perairan sekitar Bali.

"Di sekitar Bali, banyak ikan tuna. Melihat hasil pelacakan dan catatan kecepatan kapal, kecurigaan kami muncul tentang aktivitas lain yang dilakukan selain melintas," ujar Menteri Susi yang berdiri di depan layar pelacakan kapal.

 Dicurigai ilegal 

Terpantauanya belasan kapal di sekitar ZEE Indonesia mengkonfirmasi masih adanya kegiatan di laut yang tidak dilaporkan dan tidak tersentuh aturan.

Menteri Susi terdiam sejenak mendapati kenyataan ini. Menteri Susi geregetan juga dengan hasil dan tindak lanjut pemantauan dan pelacakan pergerakan kapal di perairan Indonesia selama ini.

"Para petugas pemantau diharapkan untuk lebih punya sikap curious. Petugas harus menaruh curiga sampai kemudian terbukti sebaliknya," ujar Menteri Susi.

Sambil bergurau, Menteri Susi ingin menempatkan seorang pegawai di Bergen terkait pemantauan pergerakan kapal secara lebih gigih, menentukan, dan konsisten.

"Kita selama ini kurang gigih, menentukan dan konsisten. Dari Bergen kita bisa belajar karakter-karakter ini," ujarnya.

 Ditentang di Indonesia, Menteri Susi Dipuji Dunia karena Melawan "Illegal Fishing

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0-rFzeEccrfm3w2ylEsmdZDQx5dfN05zto08jpscZgkJU732brEY6VnkCBiaD188reDo8NdBVbVQaMMLrXc2uugH3c9OwQfIRokrKTLr47WbR1eYgUQsokmkNZXLl1n4YpGnWzBVNNaUr/s1600/4072938331.jpgDirektur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva menyalami Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di sela-sela pencanangan Hari Internasional Perlawanan terhadap Penangkapan Ikan Ilegal, Tak Terlaporkan dan Liar di Markas FAO, Roma, Italia, Selasa (5/6/2018)(Kompas/Wisnu Nugroho)

Direktur Jenderal Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (Food and Agriculture Organization/ FAO) Jose Graziano da Silva memuji Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti untuk upayanya melawan segala aktivitas ilegal di tengah laut.

"Ibu Susi Pudjiastuti yang memulai dan menjadi yang pertama untuk upaya konsisten melawan segala bentuk aktivitas ilegal di laut, tidak hanya soal penangkapan ikan ilegal," ujar Jose disambut tepuk tangan hadirin.

Pujian kepada Susi itu disampaikan Jose saat memberikan sambutan pembukaan pencanangan Hari Internasional perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan, dan liar di Sheikh Zayed Center yang ada di Markas FAO di Roma, Italia, Selasa (5/6/2018).

Susi yang mendapat pujian dan duduk di antara para pembicara hanya tersenyum menatap hadirin yang memenuhi ruangan pertemuan.

Jose menggarisbawahi pentingnya Hari Internasional perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan dan liar ini sebagai bagian dari upaya bersama. Dalam bahasa Inggris, peringatan internasional ini disingkat sebagai IUUF (Illegal, Unreported dan Unregulated Fishing).

Acara di Kantor Pusat FAO merupakan acara pertama sekaligus pencanangan Hari Internasional IUUF.

Pujian yang sama untuk Menteri Susi disampaikan Komisioner Uni Eropa untuk Urusan Kelautan dan Perikanan Karmenu Vella.

 Kewajiban moral 


Vella menyebut, terkait kelautan dan perikanan, dirinya dan Susi bersepakat dalam banyak hal.

Untuk perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan dan liar, Vella menyebutnya sebagai kewajiban moral yang sifatnya imperatif alias keharusan bagi negara-negara yang memiliki wilayah laut.

Vella yang sebelumnya menggelar pertemuan dengan Menteri Susi di Indonesia Room menyadari, pemberantasan IUUF harus berfokus pada pelaksanaannya, bukan hanya secara unilateral, namun juga harus bilateral dan regional.

"Praktik IUUF lebih terstruktur, karena itu kita harus bekerja sama dalam pemberantasannya, ujar Vella.

 Kekuatan besar 


Atas pujian dan sambutan istimewa di panggung dunia, Susi yang menjadi salah satu pembicara tidak banyak merespons. Di depan panggung FAO, Susi memaparkan bagaimana IUUF harus ditangani bersama-sama karena kekuatannya yang besar.

Susi menyebut, mereka yang melakukan IUUF seperti negara tersendiri di tengah laut dengan adanya dukungan aparat, teknologi, dan peralatan yang canggih.

Susi menyebut, kegiatan ilegal di tengah laut telah menjadi pintu masuk bagi banyaknya kejahatan transnasional.

"Pemberantasan IUUF harus dilakukan dengan lingkup yang lebih luas sehingga butuh outreaching yang lebih dari negara-negara di dunia dan organisasi internasional," ujar Susi.

Apa yang dikemukakan Susi merupakan penekanan atas apa yang disampaikan Vella sebelumnya.

Praktik IUUF bukan hanya melulu soal “penangkapan ikan”, tetapi juga termasuk banyak aktivitas ilegal lainnya, seperti penyelundupan segala jenis barang termasuk narkotika dan hewan-hewan langka asal Indonesia.

Mendapatkan banyak pujian di tingkat dunia karena upayanya melawan segala bentuk aktivitas ilegal di laut, termasuk penangkapan ikan, Menteri Susi tidak sepi kritik dan tentangan di Indonesia.

Menteri Susi menyadari hal itu. Konsistensinya untuk melawan segala macam bentuk aktivitas ilegal di laut termasuk penangkapan ikan ilegal dilakukan untuk kepentingan jangka panjang.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajak puluhan pengusaha Jepang untuk berinvestasi di 6 pulau terluar di Indonesia. (Kompas TV)

   Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.