Selasa, 10 Juli 2018

Penguatan Industri Senjata RI

Pindad menyiapkan proposal untuk investasi propelan dan munisiMenteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengadakan rapat produksi senjata dalam negeri. Rapat ini dihadiri Direktur Utama (Dirut) PT Pindad (Persero) Abraham Mose, Deputi bidang Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Ridwan Djamaluddin.

Selain itu, ada Direktur Operasi II PT Len Industri (Persero) Adi Sufiadi Yusuf, Asrenum Panglima TNI Laksda TNI Agung Prasetiawan, dan perwakilan dari Korps Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Lantas, apa hasil rapat tersebut?

"Jadi Pak Menko (Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan) maunya kan dikurangin impor, jadi kemampuan dalam negeri lah yang ditambah. Kalau Pindad itu apa, saya bilang kan kita harus mandiri di propelan, kemudian mandiri di munisi," kata Dirut PT Pindad (Persero) Abraham Mose usai rapat di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Abraham mengatakan saat ini Pindad masih terkendala kapasitas produksi yang belum memadai.

"Untuk mandiri di munisi berarti kita harus nambah kapasitas munisi kita. Nambah kapasitas munisi apa yang diperlukan? duit saya bilang, investasi. Nah beliau minta segera Pindad memberikan proposal untuk pembangunan penambahan munisi, kemudian memberikan proposal untuk pembangunan propelan. Dua itu kalau dari Pindad," lanjutnya.

Menurut Abraham, Luhut meminta Pindad dalam waktu 2 minggu menyiapkan proposal untuk investasi propelan dan munisi.

"Minta 2 minggu, beliau minta segera Pindad memberikan proposal untuk pembangunan penambahan (produksi) munisi, kemudian memberikan proposal untuk pembangunan propelan," ujarnya.

"Tadi belum sampai bicara kekurangan dana, tapi buat lah proposal untuk kapasitas misalnya 200 juta butir per tahun untuk munisi, dan propelan bisa sampai 600 atau 800 ton," sambung Abraham.

Dia menambahkan produksi munisi Pindad belum mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan.

"Kalau kita sekarang (produksi) munisi kan sekitar 197 juta butir per tahun, sampai akhir 2019 kita sekitar 300 juta butir per tahun. Tapi kebutuhan itu kan lebih besar dari itu, sehingga Pak Menko minta ya coba dibanyakin lagi," terang Abraham. (hns/hns)

   detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.