Kamis, 20 September 2018

[Dunia] Rusia Ancam Balas Dendam

Sebut Tindakan Israel sebagai MusuhJet Israel sengaja menjadikan pesawat Il-20 Rusia sebagai tameng dan sasaran sistem pertahanan rudal S-200 Suriah. [Foto/Istimewa]

Militer Moskow menyebut tindakan Israel sebagai perilaku bermusuhan dalam insiden jatuhnya pesawat pengintai Il-20 Rusia oleh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah. Pesawat dengan 15 awak itu jatuh saat sistem pertahanan Suriah merespons serangan empat jet tempur Tel Aviv di Latakia pada Senin malam.

Ke-15 tentara Moskow di dalam pesawat itu dipastikan tewas. Moskow mengancam akan membalas dendam atas tindakan Israel.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Tel Aviv sepenuhnya menjadi pihak yang bertanggung jawab atas insiden itu. Alasannya, pada saat insiden itu, jet-jet tempur F-16 Israel sedang melakukan serangan udara ke target-target di Latakia dan hanya memberi peringatan satu menit kepada Moskow. Hal itu menempatkan pesawat Rusia dalam bahaya, yakni terperangkap dalam baku-tembak.

"Kami melihat tindakan militer Israel sebagai musuh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov kepada stasiun televisi pemerintah Rusia, yang dilansir Reuters, Rabu (19/9/2018). "Akibat tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel layanan (militer) Rusia tewas."

Menurut kementerian itu, jet tempur F-16 Israel yang melakukan serangan udara menggunakan pesawat Rusia sebagai tameng untuk memungkinkan mereka mendekati target mereka di darat tanpa terkena tembakan sistem anti-pesawat Suriah.

"Bersembunyi di belakang pesawat Rusia, pilot Israel meletakkannya di garis tembak sistem anti-pesawat Suriah. Akibatnya, Il-20...ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200 (Suriah)," kata Konashenkov.

"Pilot Israel tidak mungkin gagal melihat pesawat Rusia, karena itu datang ke darat dari ketinggian 5 km. Namun demikian, mereka sengaja melakukan provokasi ini," kata Konashenkov.

Moskow mengancam akan membalas dendam atas tindakan Israel. "Ini benar-benar tidak sesuai dengan semangat kemitraan Rusia-Israel," ujar Konashenkov.

"Kami berhak untuk mengambil langkah-langkah sepadan dalam menanggapi," imbuh dia tanpa merinci langkah-langkah dari balas dendam tersebut.

Sedangkan Presiden Vladimir Putin mencoba meredam ketegangan antara Moskow dan Tel Aviv terkait insiden di Suriah. "Saya mellihatanya paling mungkin dalam kasus ini bahwa itu adalah rantai peristiwa kebetulan yang tragis, karena pesawat Israel tidak menembak jatuh pesawat kami. Tapi, tanpa keraguan kami harus benar-benar (melihat) sampai ke dasar dari apa yang terjadi," kata Putin kepada wartawan.

Putin mengatakan tanggapan Moskow akan bertujuan untuk mengamankan keselamatan personel militer Rusia dalam perang sipil yang kompleks di Suriah, di mana berbagai kekuatan asing telah mendukung pihak yang berseberangan.

"Adapun langkah-langkah balas dendam, itu akan ditujukan pertama dan terutama untuk lebih menjamin keselamatan personel militer dan fasilitas kami di Suriah. Dan ini akan menjadi langkah-langkah yang akan diperhatikan semua orang," kata Putin.

 Jet Israel Jadikan Pesawat Rusia Tameng dan Target Rudal Suriah 

Militer Rusia mengatakan serangan Israel terhadap Suriah memicu serangkaian peristiwa yang menyebabkan pesawat Il-20 ditembak jatuh oleh rudal Suriah. Moskow berhak untuk menanggapi hal itu.

"Pada Senin malam, empat jet tempur F-16 Israel menyerang sasaran di Latakia, Suriah, setelah mendekat dari Mediterania," bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

"Pesawat-pesawat tempur Israel mendekat pada ketinggian rendah dan menciptakan situasi berbahaya untuk pesawat dan kapal lain di wilayah ini," terangnya.

Militer Rusia juga mengatakan bahwa kapal frigat Auvergne Prancis serta pesawat Il-20 Rusia berada di daerah itu selama operasi Israel.

Para pilot Israel menggunakan pesawat Rusia sebagai tameng dan membuatnya sebagai target pasukan pertahanan udara Suriah. Sebagai akibatnya, Il-20, yang memiliki penampang radar jauh lebih besar daripada F-16, ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200,” jelas pernyataan itu, menambahkan bahwa 15 anggota militer Rusia telah meninggal sebagai hasilnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (19/9/2018).

Kementerian Rusia mengatakan Israel pasti tahu bahwa pesawat Rusia ada di daerah itu, tetapi ini tidak menghentikan mereka mengeksekusi tindakan "provokasi" tersebut. Israel juga gagal memperingatkan Rusia tentang operasi yang direncanakan sebelumnya.

"Peringatan itu datang hanya satu menit sebelum serangan dimulai, yang tidak meninggalkan waktu untuk memindahkan pesawat Rusia ke area aman," bunyi pernyataan itu.

Pernyataan itu memberikan korban tewas yang lebih besar daripada laporan sebelumnya oleh militer Rusia, yang mengatakan ada 14 anggota awak di pesawat Il-20 yang hilang. Dikatakan operasi pencarian dan penyelamatan untuk pesawat yang ditembak jatuh sedang berlangsung.

Pembaruan kemudian mengatakan puing-puing dari pesawat yang jatuh ditemukan sekitar 27 km di lepas pantai Latakia. Tim pencari mengumpulkan beberapa bagian tubuh, milik pribadi kru, dan potongan-potongan pesawat.

Menanggapi tuduhan Rusia, Angkatan Pertahanan Israel menegaskan bahwa mereka telah melakukan misi pemboman di Latakia. Dikatakan bahwa serangan ini menargetkan apa yang diklaim sebagai pengiriman peralatan manufaktur senjata yang ditujukan untuk Hizbullah atas nama Iran.

Pernyataan IDF mengatakan bahwa pihaknya berduka atas kematian pasukan Rusia, tetapi menambahkan bahwa tanggung jawab atas kerugian mereka terletak pada Suriah dan sekutu Iran serta Libanonnya. (ian)

 Pesawat Rusia Ditembak Jatuh S-200 Suriah 
Pesawat Rusia Ditembak Jatuh S-200 Suriah, bak Senjata Makan TuanSistem rudal pertahanan S-200 Suriah. [Foto/REUTERS]

Insiden penembakan pesawat pengintai Il-20 militer Rusia oleh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah ibarat senjata makan tuan. Pasalnya, baik sistem pertahanan maupun pesawat yang dihantam sama-sama buatan Soviet, negara yang kini menjadi Rusia.

Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat pengintai Il-20 militer Moskow ditembak jatuh oleh sistem rudal pertahanan Damaskus saat sistem rudal itu merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia pada Senin (17/9/2018) malam. Sebanyak 15 tentara yang ada di dalam pesawat Il-20 tewas.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak menyalahkan militer Damaskus dan menganggap insiden itu sebagai "friendly fire" atau "tembakan bersahabat". Sebaliknya, militer Tel Aviv yang disalahkan.

"Kami melihat tindakan militer Israel sebagai musuh," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov kepada stasiun televisi pemerintah Rusia. "Akibat tindakan militer Israel yang tidak bertanggung jawab, 15 personel layanan (militer) Rusia tewas."

Pesawat Ilyushin Il-20M adalah pesawat Il-18D yang dimodifikasi untuk penggunaan militer dan diproduksi antara 1969 dan 1976. Dijuluki "Coot" oleh NATO, Il-20M didukung oleh empat mesin turboprop dan memiliki kecepatan maksimum 373 mil per jam.

Pesawat ini memiliki radar yang tampak samping, kamera pengintai video, dan sistem pengumpulan intelijen elektronik Romb-4. Ini juga memiliki sistem analisis radar Kvadrat-2 dan sistem sinyal intelijen Vishnya untuk memantau transmisi radio.

Pesawat Il-20M tidak memiliki fitur perlindungan diri untuk melindunginya dari rudal yang mengarah kepadanya.

Pesawat Il-20M terbang di atas Mediterania timur pada saat serangan itu terjadi. Mengingat kemampuannya, kemungkinan Coot sedang melakukan pengawasan terhadap kapal perang NATO di daerah tersebut menggunakan sistem Kvadrat-2 untuk mengambil emisi radar untuk analisis. Kemungkinan lain, pesawat itu mencoba untuk mengambil transmisi radio di antara kapal-kapal armada NATO.

Sedangkan sistem rudal pertahanan S-200 dinamai SA-5 "Gammon" oleh NATO. Senjata pertahanan ini dirancang pada tahun 1960 untuk mempertahankan area besar dari serangan pesawat pembom strategis.

Sistem rudal suraface-to-air S-200 diandalkan untuk pertahanan instalasi administratif, industri dan militer yang paling penting dari semua jenis serangan udara. S-200 juga diandalkan untuk mengalahkan pesawat modern dan canggih hingga untuk pembuatan jamming pesawat musuh. S-200 diklaim bisa beroperasi di segala cuaca dan berbagai iklim.

Pada 1966, S-200 secara resmi masuk layanan militer untuk menggantikan sistem anti rudal balistik RZ-25/5V11 Dal.

Resimen operasional S-200 pertama dikerahkan pada tahun 1966 dengan 18 situs dan 342 peluncur beroperasi pada akhir tahun tersebut. Di Suriah, sistem ini jadi andalan saat wilayahnya diserang berbagai militer, termasuk militer Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Israel.

 Israel Tawarkan Bantuan Penyelidikan 

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa pasukan Suriah harus disalahkan atas jatuhnya pesawat militer Moskow di lepas pantai Suriah. Pihaknya menawarkan bantuan untuk penyelidikan terkait insiden itu.

Pesawat pengintai Il-20 militer Rusia ditembak jatuh sistem rudal pertahanan S-200 Suriah saat sistem pertahanan itu merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel di Latakia pada Senin (17/9/2018) malam.

Militer Moskow menyalahkan militer Tel Aviv atas insiden yang menewaskan 15 tentara Rusia yang ada di pesawat Il-20. Menurut militer Moskow, pilot Israel memangsakan pesawat Il-20 kepada sistem rudal S-200 Suriah.

Namun, Putin mencoba meredam ketegangan antara Moskow dan Tel Aviv. Dia mengatakan penembakan pesawat tersebut adalah hasil dari rantai peristiwa kebetulan yang tragis. Namun, pihaknya perlu melihat lebih jauh ke dalam apa yang sebenarnya terjadi.

"Perdana menteri menyatakan penyesalan atas nama negara Israel atas kematian tentara Rusia dan mengatakan tanggung jawab untuk menjatuhkan pesawat itu ditempatkan pada Suriah," bunyi pernyataan kantor Netanyahu tak lama setelah percakapan telepon antara Netanyahu dengan Putin.

Netanyahu menekankan pentingnya koordinasi pertahanan dengan militer Rusia yang telah berhasil mencegah banyak kerugian di kedua belah pihak dalam tiga tahun terakhir selama perang sipil Suriah berkecamuk. Perang sipil di negara Bashar al-Assad itu sangat kompleks, di mana banyak kekuatan asing mendukung kekuatan yang saling berlawanan di Suriah.

Sejak melakukan intervensi militer di Suriah pada tahun 2015, Rusia kerap menutup mata terhadap serangan Tel Aviv di Suriah yang diklaim menargetkan aset-aset militer Iran. Para pejabat Israel mengatakan militer Tel Aviv Israel telah melakukan sekitar 200 serangan di Suriah dengan target posisi militer Iran dan Hizbullah Lebanon.

"Netanyahu menawarkan pengiriman komandan Angkatan Udara Israel ke Moskow untuk menyampaikan semua rincian yang diperlukan guna penyelidikan," lanjut pernyataan kantor Netanyahu, seperti dikutip Reuters, Rabu (19/9/2018).

"Israel bertekad untuk menghentikan pemberontakan militer Iran di Suriah dan upaya untuk mentransfer senjata mematikan ke (faksi yang didukung Iran) Hizbullah untuk melawan Israel," imbuh pernyataan kantor Netanyahu.

Pernyataan kantor Netanyahu dikeluarkan ketika sirene terdengar di seluruh Israel untuk menandai dimulainya hari keagamaan Yom Kippur. Selama ritual keagamaan itu berlangsung, siaran radio dan televisi dan semua transportasi berhenti selama 24 jam. (mas)

   sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.